Pages

Showing posts with label Bahasa Jepang. Show all posts
Showing posts with label Bahasa Jepang. Show all posts

Pakaian Jepang Kimono

Tuesday, February 25, 2014


Kimono adalah pakaian tradisional Jepang. Arti harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki berarti pakai, dan mono berarti barang).

Pada zaman sekarang, kimono berbentuk seperti huruf "T", mirip mantel berlengan panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat hingga ke pergelangan kaki. Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagian perut/pinggang, dan diikat di bagian punggung. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalah zōri atau geta.


Kimono sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan istimewa. Wanita yang belum menikah mengenakan sejenis kimono yang disebut furisode.



Kimono
[1] Ciri khas furisode adalah lengan yang lebarnya hampir menyentuh lantai. Perempuan yang genap berusia 20 tahun mengenakan furisode untuk menghadiri seijin shiki. Pria mengenakan kimono pada pesta pernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Ketika tampil di luar arena sumo, pesumo profesional diharuskan mengenakan kimono.

[2] Anak-anak mengenakan kimono ketika menghadiri perayaan Shichi-Go-San. Selain itu, kimono dikenakan pekerja bidang industri jasa dan pariwisata, pelayan wanita rumah makan tradisional (ryōtei) dan pegawai penginapan tradisional (ryokan).

Pakaian pengantin wanita tradisional Jepang (hanayome ishō) terdiri dari furisode dan uchikake (mantel yang dikenakan di atas furisode). Furisode untuk pengantin wanita berbeda dari furisode untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan untuk furisode pengantin diberi motif yang dipercaya mengundang keberuntungan, seperti gambar burung jenjang. Warna furisode pengantin juga lebih cerah dibandingkan furisode biasa. Shiromuku adalah sebutan untuk baju pengantin wanita tradisional berupa furisode berwarna putih bersih dengan motif tenunan yang juga berwarna putih

Sebagai pembeda dari pakaian Barat (yōfuku) yang dikenal sejak zaman Meiji, orang Jepang menyebut pakaian tradisional Jepang sebagai wafuku ( pakaian Jepang). Sebelum dikenalnya pakaian Barat, semua pakaian yang dipakai orang Jepang disebut kimono. Sebutan lain untuk kimono adalah gofuku . Istilah gofuku mulanya dipakai untuk menyebut pakaian orang negara Dong Wu (bahasa Jepang : negara Go) yang tiba di Jepang dari daratan Cina.

Kimono adalah pakaian khas/tradisional bangsa Jepang. Arti kimono itu sendiri adalah baju atau sesuatu yang dikenakan. Bentuk baju kimono seperti huruf “T”, berlengan panjang dan berkerah. Baju kimono untuk wanita berbentuk baju terusan sedangkan kimono pria berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada dibawah kerah bagian kiri. Sabuk kain/Obi dililitkan pada bagian perut/pinggang dan diikat dipunggung. Alas kaki saat memakai kimono adalah zori atau geta.
 
Pada saat sekarang ini, kimono lebih sering digunakan wanita pada acara istimewa, sedangkan pria lebih sering menggunakan kimono pada acara pernikahan, upacara minum the dan acara formal lainnya. Pemilihan kimono haruslah berhati-hati dan harus disesuaikan dengan acara yang akan dihadiri. Perlu adanya pengetahuan yang mendalam mengenai simbolisme dan isyarat yang terkandung pada kimono. Ada beberapa jenis kimono yang dapat disesuaikan dengan fungsi dan tingkat formalitasnya.
 

Kimono Wanita
Kurotomesode
Tomesode adalah jenis kimono yang paling formal untuk wanita yang sudah menikah dan berwarna hitam. Pakaian ini digunakan untuk menghadiri resepsi pernikahan dan acara resmi lainnya. Ciri khas kurotomesode adalah bermotif indah pada bagian bawah sekitar kaki depan dan belakang. Ada lambang keluarga yang terletak pada tiga sisi yaitu punggung, dada bagian atas kanan dan kiri, dan bagian belakang lengan.

Irotomesode
Pakaian ini terbuat dari tomesode yang berwarna. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum menikah. Pemilihan motif lambang dapat disesuaikan dengan jenis acaranya. Kimono irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang memakai kuritimesode, misalnya resepsi di istana kaisar.

Furisode
Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahannya berwarna cerah dengan motif yang mencolok diseluruh bagian kain.Ciri furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Pakaian ini digunakan saat menghadiri upacara seijin shiki, resepsi pernikahan teman, upacara wisuda atau hatsumode.
Iromuji
Iromuji adalah kimono semiformal, tetapi bisa dijadikan kimono formal bila iromuji memiliki lambang keluarga(kamon). Iromuji terbuat dari bahan yang berwarna lembut seperti pink, biru muda, atau kuning dan warna lembut lainnya.Iromuji dapat digunakan pada acara pernikahan jika jumlah lambang keluarga ada lima. Tetapi jika hanya satu, pakaian ini dapat digunakan saat acara minum teh.

Tsukesage
Tsukesage adalah kimono semiformal yang digunakan oleh wanita yang sudah/belum menikah. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga dan diperbolehkan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi atau perayaan tahun baru.

Komon
Komon adalalah kimono santai untuk wanita yang sudah/belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah bermotif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang. Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman atau menonton pertunjukan digedung.

Tsumugi
Tsumugi adalah kimono yang dipakai untuk bersantai dirumah dan dapat digunakan untuk wanita yang sudah/belum menikah. Kimono jenis ini dapat digunakan saat keluar rumah seperti berbelanja atau berjalan-jalan. Bahan yang digunakan adalah katun ataupun sutra kelas rendah yang tebal dan kasar.

Yukata
Yukata adalah kimono yang dipaaki saat musim panas. Bahannya terbuat dari kain katun yang tipis  tanpa pelapis.  

Homongi
Hōmon-gi (arti harfiah: baju untuk berkunjung) adalah kimono formal untuk wanita, sudah menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas memilih untuk memakai bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas homongi adalah motif di seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi dipakai sewaktu menjadi tamu resepsi pernikahan, upacara minum teh, atau merayakan tahun baru.

Kimono pria
Kimono pria dibuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua, coklat tua, biru tua, dan hitam.
Kimono paling formal berupa setelan montsuki hitam dengan hakama dan haori
Bagian punggung montsuki dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan montsuki yang dikenakan bersama hakama dan haori merupakan busana pengantin pria tradisional. Setelan ini hanya dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.

Kimono santai kinagashi
Pria mengenakan kinagashi sebagai pakaian sehari-hari atau ketika keluar rumah pada kesempatan tidak resmi. Aktor kabuki mengenakannya ketika berlatih. Kimono jenis ini tidak dihiasi dengan lambang keluarga.

Sejarah
Zaman Jomon dan zaman Yayoi



Pakaian wanita pada sekitar tahun 1870
Kimono zaman Jomon dan zaman Yayoi berbentuk seperti baju terusan. Dari situs arkeologi tumpukan kulit kerang zaman Jomon ditemukan haniwa. Pakaian atas yang dikenakan haniwa disebut kantoi (貫頭衣?).
Dalam Gishiwajinden (buku sejarah Cina mengenai tiga negara) ditulis tentang pakaian sederhana untuk laki-laki. Sehelai kain diselempangkan secara horizontal pada tubuh pria seperti pakaian biksu, dan sehelai kain dililitkan di kepala. Pakaian wanita dinamakan kantoi. Di tengah sehelai kain dibuat lubang untuk memasukkan kepala. Tali digunakan sebagai pengikat di bagian pinggang.

Masih menurut Gishiwajinden, kaisar wanita bernama Himiko dari Yamataikoku (sebutan zaman dulu untuk Jepang) "selalu mengenakan pakaian kantoi berwarna putih". Serat rami merupakan bahan pakaian untuk rakyat biasa, sementara orang berpangkat mengenakan kain sutra.

Zaman Kofun
Pakaian zaman Kofun mendapat pengaruh dari daratan Cina, dan terdiri dari dua potong pakaian: pakaian atas dan pakaian bawah. Haniwa mengenakan baju atas seperti mantel yang dipakai menutupi kantoi. Pakaian bagian bawah berupa rok yang dililitkan di pinggang. Dari penemuan haniwa terlihat pakaian berupa celana berpipa lebar seperti hakama.

Pada zaman Kofun mulai dikenal pakaian yang dijahit. Bagian depan kantoi dibuat terbuka dan lengan baju bagian bawah mulai dijahit agar mudah dipakai. Selanjutnya, baju atas terdiri dari dua jenis kerah:
Kerah datar sampai persis di bawah leher (agekubi)
Kerah berbentuk huruf "V" (tarekubi) yang dipertemukan di bagian dada.

Zaman Nara
Aristokrat zaman Asuka bernama Pangeran Shotoku menetapkan dua belas strata jabatan dalam istana kaisar (kan-i jūnikai). Pejabat istana dibedakan menurut warna hiasan penutup kepala (kanmuri). Dalam kitab hukum Taiho Ritsuryo dimuat peraturan tentang busana resmi, busana pegawai istana, dan pakaian seragam dalam istana. Pakaian formal yang dikenakan pejabat sipil (bunkan) dijahit di bagian bawah ketiak. Pejabat militer mengenakan pakaian formal yang tidak dijahit di bagian bawah ketiak agar pemakainya bebas bergerak. Busana dan aksesori zaman Nara banyak dipengaruhi budaya Cina yang masuk ke Jepang. Pengaruh budaya Dinasti Tang ikut mempopulerkan baju berlengan sempit yang disebut kosode untuk dikenakan sebagai pakaian dalam.

Pada zaman Nara terjadi perubahan dalam cara mengenakan kimono. Kalau sebelumnya kerah bagian kiri harus berada di bawah kerah bagian kanan, sejak zaman Nara, kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Cara mengenakan kimono dari zaman Nara terus dipertahankan hingga kini. Hanya orang meninggal dipakaikan kimono dengan kerah kiri berada di bawah kerah kanan.

Zaman Heian
Menurut aristokrat Sugawara Michizane, penghentian pengiriman utusan Jepang untuk Dinasti Tang (kentoshi) memicu pertumbuhan budaya lokal. Tata cara berbusana dan standarisasi protokol untuk upacara-upacara formal mulai ditetapkan secara resmi. Ketetapan tersebut berakibat semakin rumitnya tata busana zaman Heian. Wanita zamanHeian mengenakan pakaian berlapis-lapis yang disebut jūnihitoe. Tidak hanya wanita zaman Heian, pakaian formal untuk militer juga menjadi tidak praktis.
Ada tiga jenis pakaian untuk pejabat pria pada zaman Heian:
Sokutai (pakaian upacara resmi berupa setelan lengkap)
I-kan (pakaian untuk tugas resmi sehari-hari yang sedikit lebih ringan dari sokutai)
Noshi (pakaian untuk kesempatan pribadi yang terlihat mirip dengan i-kan).
Rakyat biasa mengenakan pakaian yang disebut suikan atau kariginu (狩衣?, arti harafiah: baju berburu). Di kemudian hari, kalangan aristokrat menjadikan kariginu sebagai pakaian sehari-hari sebelum diikuti kalangan samurai.Pada zaman Heian terjadi pengambilalihan kekuasaan oleh kalangan samurai, dan bangsawan istana dijauhkan dari dunia politik. Pakaian yang dulunya merupakan simbol status bangsawan istana dijadikan simbol status kalangan samurai.

Zaman Kamakura dan zaman Muromachi
Pada zaman Sengoku, kekuasaan pemerintahan berada di tangan samurai. Samurai mengenakan pakaian yang disebut suikan. Pakaian jenis ini nantinya berubah menjadi pakaian yang disebut hitatare. Pada zaman Muromachi, hitatare merupakan pakaian resmi samurai. Pada zaman Muromachi dikenal kimono yang disebut suō (素襖?), yakni sejenis hitatare yang tidak menggunakan kain pelapis dalam. Ciri khas suō adalah lambang keluarga dalam ukuran besar di delapan tempat.Pakaian wanita juga makin sederhana. Rok bawah yang disebut mo (裳?) makin pendek sebelum diganti dengan hakama. Setelan mo dan hakama akhirnya hilang sebelum diganti dengan kimono model terusan, dan kemudian kimono wanita yang disebut kosode. Wanita mengenakan kosode dengan kain yang dililitkan di sekitar pinggang (koshimaki) dan/atau yumaki. Mantel panjang yang disebut uchikake dipakai setelah memakai kosode.

Awal zaman Edo
Penyederhaan pakaian samurai berlanjut hingga zaman Edo. Pakaian samurai zaman Edo adalah setelan berpundak lebar yang disebut kamishimo (裃?). Satu setel kamishimo terdiri dari kataginu (肩衣?) dan hakama. Di kalangan wanita, kosode menjadi semakin populer sebagai simbol budaya orang kota yang mengikuti tren busana.

Zaman Edo adalah zaman keemasan panggung sandiwara kabuki. Penemuan cara penggandaan lukisan berwarna-warni yang disebut nishiki-e atau ukiyo-e mendorong makin banyaknya lukisan pemeran kabuki yang mengenakan kimono mahal dan gemerlap. Pakaian orang kota pun cenderung makin mewah karena iking meniru pakaian aktor kabuki.Kecenderungan orang kota berpakaian semakin bagus dan jauh dari norma konfusianisme ingin dibatasi oleh Keshogunan Edo. Secara bertahap pemerintah keshogunan memaksakan kenyaku-rei, yakni norma kehidupan sederhana yang pantas. Pemaksaan tersebut gagal karena keinginan rakyat untuk berpakaian bagus tidak bisa dibendung. Tradisi upacara minum teh menjadi sebab kegagalan kenyaku-rei. Orang menghadiri upacara minum teh memakai kimono yang terlihat sederhana namun ternyata berharga mahal.Tali pinggang kumihimo dan gaya mengikat obi di punggung mulai dikenal sejak zaman Edo. Hingga kini, keduanya bertahan sebagai aksesori sewaktu mengenakan kimono.

Akhir zaman Edo
Politik isolasi (sakoku) membuat terhentinya impor benang sutra. Kimono mulai dibuat dari benang sutra produksi dalam negeri. Pakaian rakyat dibuat dari kain sutra jenis crape lebih murah. Setelah terjadi kelaparan zaman Temmei (1783-1788), Keshogunan Edo pada tahun 1785 melarang rakyat untuk mengenakan kimono dari sutra. Pakaian orang kota dibuat dari kain katun atau kain rami. Kimono berlengan lebar yang merupakan bentuk awal dari furisode populer di kalangan wanita.

Zaman Meiji dan zaman Taisho
Industri berkembang maju pada zaman Meiji. Produksi sutra meningkat, dan Jepang menjadi eksportir sutra terbesar. Harga kain sutra tidak lagi mahal, dan mulai dikenal berjenis-jenis kain sutra. Peraturan pemakaian benang sutra dinyatakan tidak berlaku. Kimono untuk wanita mulai dibuat dari berbagai macam jenis kain sutra. Industri pemintalan sutra didirikan di berbagai tempat di Jepang. Sejalan dengan pesatnya perkembangan industri pemintalan, industri tekstil benang sutra ikut berkembang. Produknya berupa berbagai kain sutra, mulai dari kain krep, rinzu, omeshi, hingga meisen.Tersedianya beraneka jenis kain yang dapat diproses menyebabkan berkembangnya teknik pencelupan kain. Pada zaman Meiji mulai dikenal teknik yuzen, yakni menggambar dengan kuas untuk menghasilkan corak kain di atas kain kimono.Sementara itu, wanita kalangan atas masih menggemari kain sutra yang bermotif garis-garis dan susunan gambar yang sangat rumit dan halus. Mereka mengenakan kimono dari model kain yang sudah populer sejak zaman Edo sebagai pakaian terbaik sewaktu menghadiri acara istimewa. Hampir pada waktu yang bersamaan, kain sutra hasil tenunan benang berwarna-warni hasil pencelupan mulai disukai orang.Tidak lama setelah pakaian impor dari Barat mulai masuk ke Jepang, penjahit lokal mulai bisa membuat pakaian Barat. Sejak itu pula, istilah wafuku dipakai untuk membedakan pakaian yang selama ini dipakai orang Jepang dengan pakaian dari Barat. Ketika pakaian Barat mulai dikenal di Jepang, kalangan atas memakai pakaian Barat yang dipinjam dari toko persewaan pakaian Barat.Di era modernisasi Meiji, bangsawan istana mengganti kimono dengan pakaian Barat supaya tidak dianggap kuno. Walaupun demikian, orang kota yang ingin melestarikan tradisi estetika keindahan tradisional tidak menjadi terpengaruh. Orang kota tetap berusaha mempertahankan kimono dan tradisi yang dipelihara sejak zaman Edo. Sebagian besar pria zaman Meiji masih memakai kimono untuk pakaian sehari-hari. Setelan jas sebagai busana formal pria juga mulai populer. Sebagian besar wanita zaman Meiji masih mengenakan kimono, kecuali wanita bangsawan dan guru wanita yang bertugas mengajar anak-anak perempuan.Seragam militer dikenakan oleh laki-laki yang mengikuti dinas militer. Seragam tentara angkatan darat menjadi model untuk seragam sekolah anak laki-laki. Seragam anak sekolah juga menggunakan model kerah berdiri yang mengelilingi leher dan tidak jatuh ke pundak (stand-up collar) persis model kerah seragam tentara. Pada akhir zaman Taisho, pemerintah menjalankan kebijakan mobilisasi. Seragam anak sekolah perempuan diganti dari andonbakama (kimono dan hakama) menjadi pakaian Barat yang disebut serafuku (sailor fuku), yakni setelan blus mirip pakaian pelaut dan rok.

Zaman Showa
Semasa perang, pemerintah membagikan pakaian seragam untuk penduduk laki-laki. Pakaian seragam untuk laki-laki disebut kokumin fuku (seragam rakyat). Wanita dipaksa memakai monpei yang berbentuk seperti celana panjang untuk kerja dengan karet di bagian pergelangan kaki.Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, wanita Jepang mulai kembali mengenakan kimono sebelum akhirnya ditinggalkan karena tuntutan modernisasi. Dibandingan kerumitan memakai kimono, pakaian Barat dianggap lebih praktis sebagai pakaian sehari-hari.Hingga pertengahan tahun 1960-an, kimono masih banyak dipakai wanita Jepang sebagai pakaian sehari-hari. Pada saat itu, kepopuleran kimono terangkat kembali setelah diperkenalkannya kimono berwarna-warni dari bahan wol. Wanita zaman itu menyukai kimono dari wol sebagai pakaian untuk kesempatan santai.Setelah kimono tidak lagi populer, pedagang kimono mencoba berbagai macam strategi untuk meningkatkan angka penjualan kimono. Salah satu di antaranya dengan mengeluarkan "peraturan mengenakan kimono" yang disebut yakusoku. Menurut peraturan tersebut, kimono jenis tertentu dikatakan hanya cocok dengan aksesori tertentu. Maksudnya untuk mendikte pembeli agar membeli sebanyak mungkin barang. Strategi tersebut ternyata tidak disukai konsumen, dan minat masyarakat terhadap kimono makin menurun. Walaupun pedagang kimono melakukan promosi besar-besaran, opini "memakai kimono itu ruwet" sudah terbentuk di tengah masyarakat Jepang.Hingga tahun 1960-an, kimono masih dipakai pria sebagai pakaian santai di rumah. Gambar pria yang mengenakan kimono di rumah masih bisa dilihat dalam berbagai manga terbitan tahun 1970-an. Namun sekarang ini, kimono tidak dikenakan pria sebagai pakaian di rumah, kecuali samue yang dikenakan para perajin.

Aksesori dan pelengkap
Hakama:Hakama adalah celana panjang pria yang dibuat dari bahan berwarna gelap. Celana jenis ini berasal dari daratan Cina dan mulai dikenal sejak zaman Asuka. Selain dikenakan pendeta Shinto, hakama dikenakan pria dan wanita di bidang olahraga bela diri tradisional seperti kendo atau kyudo.
Geta:Geta adalah sandal berhak dari kayu. Maiko memakai geta berhak tinggi dan tebal yang disebut pokkuri
Kanzashi:Kanzashi adalah hiasan rambut seperti tusuk konde yang disisipkan ke rambut sewaktu memakai kimono.

Obi:Obi adalah sabuk dari kain yang dililitkan ke tubuh pemakai sewaktu mengencangkan kimono
Tabi:Tabi adalah kaus kaki sepanjang betis yang dipakai sewaktu memakai sandal.
Waraji:Waraji adalah sandal dari anyaman tali jerami. Zōri:Zōri adalah sandal tradisional yang dibuat dari kain atau anyaman.

beda kimono ama yukata ?
Yukata adalah jenis kimono nonformal yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis yang dipakai untuk santai di musim panas. Yukata dibuat dari yang mudah dilewati di masuki angin, agar badan menjadi sejuk di sore hari atau sesudah mandi malam dengan air panas di Jepang.

Kimono yang menurut ukuran lebar lengannya dapat diketahui status seorang wanita (sudah menikah atau masih gadis), Yukata dapat dipakai oleh siapa sajatanpa mengenal status.

Cerita Rakyat Jepang: Putri Kaguya

Monday, February 24, 2014

Putri Kaguya (Kisah Putri Kaguya) atau Taketori monogatari (Kisah Pengambil Bambu) adalah cerita rakyat Jepang yang tertua. Kisah seorang anak perempuan yang ditemukan kakek pengambil bambu dari dalam batang bambu yang bercahaya.



Di zaman dulu hiduplah seorang kakek bersama istrinya yang juga sudah tua. Kakek bekerja dengan mengambil bambu di hutan. Bambu dibuatnya menjadi berbagai barang, dan orang-orang menyebutnya Kakek Pengambil Bambu. Pada suatu hari, ketika kakek masuk ke hutan bambu, terlihat sebatang bambu yang pangkalnya bercahaya. Kakek merasa heran dan memotong batang bambu tersebut. Keluar dari dalam batang bambu, seorang anak perempuan yang mungil, tingginya cuma sekitar 9 cm tapi manis dan lucu. Anak perempuan tersebut dibawanya pulang dan dibesarkannya seperti anak sendiri. Sejak itu, setiap hari kakek selalu menemukan emas dari dalam batang bambu. Kakek dan nenek menjadi kaya. Dalam 3 bulan, anak perempuan yang dibesarkan tumbuh menjadi seorang putri yang sangat cantik. Kecantikan putri ini sulit ditandingi, begitu cantiknya sehingga perlu diberi nama. Orang-orang menyebutnya Putri Kaguya (Nayotake no kaguya hime).

Berita kecantikan Putri Kaguya tersebar ke seluruh negeri. Pria dari berbagai kalangan, mulai dari bangsawan hingga rakyat biasa, semuanya ingin menikahi Putri Kaguya. Mereka datang berturut-turut ke rumah Putri Kaguya untuk meminangnya, namun terus menerus ditolak oleh Putri Kaguya. Walaupun tahu usaha mereka sia-sia, para pria yang ingin menikahi Putri Kaguya terus bertahan di sekeliling rumah Putri Kaguya. Satu per satu dari mereka akhirnya menyerah, dan tinggal 5 orang pria yang tersisa, yang semuanya pangeran dan pejabat tinggi. Mereka tetap bersikeras ingin menikahi Putri Kaguya, sehingga Kakek Pengambil Bambu membujuk Putri Kaguya, "Perempuan itu menikah dengan laki-laki. Tolong pilihlah dari mereka yang ada." Dijawab Putri Kaguya dengan, "Aku hanya mau menikah dengan pria yang membawakan barang yang aku sebutkan, dan sampaikan ini kepada mereka yang menunggu di luar."

Ketika malam tiba, pesan Putri Kaguya disampaikan kepada kelima pria yang menunggu. Pelamar masing-masing diminta untuk membawakan barang yang mustahil didapat, mangkuk suci Buddha, dahan pohon emas berbuah berkilauan, kulit tikus putih asal kawah gunung berapi, mutiara naga, dan kulit kerang bercahaya milik burung walet. Pelamar pertama kembali membawa mangkuk biasa, pelamar kedua membawa barang palsu buatan pengrajin, dan pelamar ketiga membawa kulit tikus biasa yang mudah terbakar. Semuanya ditolak Putri Kaguya karena tidak membawa barang yang asli. Pelamar keempat menyerah akibat dihantam badai di perjalanan, sedangkan pelamar kelima tewas akibat patah pinggang. Berita kegagalan ini terdengar sampai ke kaisar yang menjadi ingin bertemu dengan Putri Kaguya. Kakek Pengambil Bambu membujuk Putri Kaguya agar mau menikah dengan kaisar, tapi Putri Kaguya tetap menolak dengan berbagai alasan. Putri Kaguya bahkan tidak mau memperlihatkan dirinya di depan kaisar. Kaisar akhirnya memutuskan untuk menyerah setelah saling bertukar puisi dengan Putri Kaguya.

Musim gugur pun tiba. Putri Kaguya menghabiskan malam demi malam dengan memandangi bulan sambil menangis. Kalau ditanya kenapa menangis, Putri Kaguya tidak mau menjawab. Namun ketika bulan 9 tanggal 15 (bulan September) semakin dekat, tangis Putri Kaguya makin menjadi. Putri Kaguya akhirnya mengaku, "Aku bukan manusia bumi, tanggal 15 ini di saat bulan purnama, aku harus kembali ke bulan." Identitas sebenarnya Putri Kaguya disampaikan kepada kaisar. Prajurit-prajurit gagah berani diutus kaisar untuk melindungi Putri Kaguya dari jemputan orang bulan. Malam bulan purnama itu pun tiba, sekitar jam 2 malam, dari langit turun orang-orang bulan. Para prajurit dan Kakek Pengambil Bambu tidak mampu mencegah mereka membawa Putri Kaguya kembali ke bulan. Putri Kaguya adalah penduduk ibu kota bulan yang sedang menjalani hukuman buang ke bumi. Sebagai tanda mata, Putri Kaguya memberikan obat hidup kekal (tidak pernah mati) kepada kaisar. Namun tanpa Putri Kaguya, kaisar tidak merasa perlu hidup selama-lamanya. Diperintahkannya obat tersebut untuk dibakar di Suruga, di atas puncak gunung tertinggi di Jepang. Gunung tersebut kemudian disebut "Fushi no Yama," dan akhirnya disebut "Fujiyama" (Gunung Fuji). Obat yang dibakar di atas gunung kabarnya membuat Gunung Fuji selalu mengeluarkan asap hingga sekarang.

Kisah Rakyat Jepang: Putri Hime

Ribuan tahun lalu di Nara, Ibukota Jepang kuno, hiduplah seorang Menteri yang bernama Pangeran Toyonari Fujiwara. Istrinya yang mulia, baik, dan cantik bernama Putri Murasaki. Mereka telah menikah karena sejak muda telah dojodohkan oleh keluarga sesuai tradisi Jepang, dan telah hidup bahagia sejak itu. Belakangan sebuah persoalan membuat mereka merasa sangat sedih, karena beberapa tahun berlalu belum juga dikaruniai anak. Hal ini membuat mereka sedih, karena mereka berdua ingin melihat anak mereka sendiri tumbuh saat memasuki masa tua, meneruskan nama keluarga, dan mengikuti ritual nenek moyang ketika mereka mati.
 
Setelah lama berkonsultasi dan banyak berpikir, bertekad untuk melakukan ziarah ke kuil Hase-no-Kwannon (Dewi Welas Asih di Hase), karena mereka percaya, sesuai dengan tradisi agama mereka, bahwa Dwi Kwannon dapat menjawab doa-doa manusia dalam kebutuhan mereka yang paling penting. Harapannya tentunya setelah sekian tahun berdoa, doa akan terkabul dalam bentuk anak tercinta, karena itulah kebutuhan terbesar kehidupan mereka berdua. Hal yang lain semua terpenuhi, tetapi semua itu tidak berarti apa-apa karena mereka belum punya keturunan. Jadi, Pangeran Toyonari dan istrinya pergi ke kuil Kwannon di Hase dan tinggal di sana untuk waktu yang lama, setiap hari membakar dupa dan berdoa. Kemudian isterinya mengandung.


Seorang anak perempuan lahir dari Putri Murasaki, hatinya sangat gembira. Anak ditunjukkan kepada suaminya, mereka berdua memutuskan untuk memanggilnya Hase-Hime, atau Putri Hase, karena ia adalah karunia dewi Kwannon di tempat itu. Mereka berdua mengasuhnya dengan sangat hati-hati dan lembut, anak tumbuh dalam kekuatan dan keindahan.

Roda kehidupan bergulir dari atas ke bawah. Malang menimpa, ketika gadis kecil berumur lima tahun ibunya sakit parah, semua dokter dan obat-obatan tidak dapat menyelamatkannya. Sedikit sebelum mengembuskan napas terakhir ia memanggil putrinya, dengan lembut membelai kepalanya seraya berkata: "Nak, apakah nanda tahu bahwa ibumu tidak bisa hidup lebih lama lagi? Jika ibu meninggal, ananda harus tumbuh menjadi gadis yang baik. lakukan yang terbaik agar tidak menimbulkan masalah dengan perawat atau keluarga yang lain. Mungkin ayahmu akan menikah lagi dan kamu akan memiliki ibu baru. Maka jangan bersedih, anggaplah istri kedua ayahmu sebagai ibu sejati, patuh serta berbakti kepada mereka. Ingat ketika ananda sudah dewasa harus hormat kepada orang-orang yang lebih tua, dan untuk bersikap baik kepada semua orang yang berada di bawah nanda. Jangan lupakan ini. Ibu pergi dengan harapan bahwa nanda akan tumbuh sebagai wanita teladan. " 

Hase-Hime mendengarkan sangat khidmat petuah ibunya, dan berjanji untuk melakukan semuanya. Hase-Hime tumbuh sebagai ibunya berharap akan menjadi Putri kecil yang baik dan patuh, meskipun dia sekarang terlalu muda untuk memahami bagaimana sulitnya kehilangan seorang ibu. Tidak lama setelah kematian istri pertamanya, Pangeran Toyonari menikah lagi dengan seorang wanita bangsawan bernama Putri Terute. Sangat berbeda dengan karakter yang baik dan bijaksana Putri Murasaki, wanita ini kejam, buruk hati. Dia tidak menyayangi anak tirinya sama sekali, dan sangat egois. Tapi Hase-Hime menanggung setiap kekejaman dengan kesabaran, dan bahkan menunggu ibu tirinya dan mematuhinya dalam segala hal serta tidak pernah membuat kesulitan apapun, karena dia telah dilatih oleh ibunya yang baik, sehingga Putri Terute tidak punya keluhan terhadap dirinya. Putri kecil itu sangat rajin, dan pelajaran favoritnya adalah musik dan puisi. Dia akan berlatih berjam-jam setiap hari, dan ayahnya menemukan guru yang paling pandai untuk mengajarinya koto (kecapi Jepang), seni menulis surat dan puisi. Ketika ia berumur dua belas tahun dia bisa bermain begitu indah, ia dan ibu tirinya dipanggil ke Istana untuk bermain dihadapan Kaisar.

Saat Festival Bunga Sakura, ada pesta besar di Istana. Kaisar terhanyut menikmati keindahan musim semi, dan memerintahkan Putri Hase harus memainkan koto, ditemani ibunya Putri Terute bermain suling. Kaisar duduk di atas mimbar tinggi, didepannya tergantung tirai-iris bambu halus dan berwarna merah jambu, sehingga Yang Mulia bisa melihat semua dan tidak bisa dilihat, karena tidak ada apapun yang boleh memandang wajah sucinya. Hase-Hime adalah musisi yang terampil meskipun masih muda, dan gurunya sering terpesona atas kemahiran dan bakatnya. Pada perayaan ini ia bermain dengan sangat baik. Tapi Putri Terute, ibu tirinya, seorang wanita malas dan tidak mau melakukan latihan setiap hari, menangis dan harus meminta salah satu pelayan istana untuk menggantinya. Ini adalah aib besar, dan ia sangat iri hati karena telah gagal di mana langkah-putrinya berhasil, dan yang lebih buruk lagi Kaisar mengirim banyak hadiah yang indah untuk Putri kecil sebagai imbalan telah bermain dengan baik di Istana. Sekarang ada alasan lain mengapa Putri Terute membenci keberhasilan putrinya, karena ia telah memiliki seorang anak yang lahir dari rahimnya, dan dalam hati dia terus berkata:


"Kalau saja Hase-Hime tidak ada di sini, anakku akan memiliki semua cinta ayahnya." 

Dan tak pernah belajar untuk mengendalikan diri, ia membiarkan pikiran jahat ini tumbuh menjadi keinginan yang mengerikan untuk menyingkirkan kehidupan putrinya. Jadi suatu hari dia diam-diam memesan racun dan memasukkan ke anggur manis. Anggur beracun ini ia dimasukkan ke dalam sebuah botol. Ke dalam botol lain ia menuangkan anggur yang baik. Ini adalah Festival kelima dari Mei, Hase-Hime sedang bermain dengan adik laki-lakinya. Semua senjata prajurit dan pahlawan yang tersebar dia ceritakan kepadanya, cerita indah tentang masing-masing dari mereka. Mereka berdua bersenang-senang dan tertawa riang bersama pelayan ketika ibunya masuk dengan dua botol anggur dan beberapa kue lezat. 

"Kalian berdua sangat baik dan bahagia." kata Putri Terute sambil tersenyum, "Ibu membawakan anggur manis sebagai hadiah-dan kue enak untuk anak-anak yang baik." 

Selanjutnya dia mengisi dua cangkir dari botol yang berbeda. Hase-Hime, tidak pernah membayangkan kelakuan kejam ibu tirinya yang sedang berakting. Wanita jahat dengan hati-hati menandai botol beracun, masuk ke ruangan dengan sangat gugup, dan buru-buru menuangkan anggur secara tidak sadar menuangkan ke cangkir untuk meracuni anaknya sendiri. Ia heran tidak ada perubahan apa pun yang terjadi di wajah putri kecil setelah meminum anggur di cangkir. Tiba-tiba anak lelakinya menjerit dan terjerembab di lantai, terbungkuk kesakitan. Ibunya menghampiri, mengambil tindakan pencegahan membalikkan dua botol anggur kecil yang dia bawa ke lantai ruangan memangku anaknya. Pelayan bergegas mencari dokter, tetapi tidak ada yang bisa menyelamatkan anak itu, akhirnya dia meninggal dalam waktu satu jam dalam pelukan ibunya. Dokter jaman kuno tidak tahu banyak, mengira bahwa anggur tidak cocok dengan anak laki-laki, menyebabkan kejang-kejang dan meninggal. Dengan demikian wanita jahat dihukum telah kehilangan anaknya sendiri ketika ia mencoba meracuni anak tirinya; tapi bukannya menyalahkan dirinya sendiri, dia mulai membenci Hase-Hime lebih dari sebelumnya dalam kepahitan dan kemalangan hatinya sendiri, dan penuh semangat saat melihat kesempatan untuk mencelakakan dalm waktu lama. Ketika Hase-Hime berusia tiga belas tahun, dia sudah menjadi penyair wanita dan memperoleh beberapa tanda jasa.

Saat musim hujan di Nara, banjir setiap hari dilaporkan telah merusak lingkungan. Sungai Tatsuta, yang mengalir melalui tanah Istana Kekaisaran, tepian sungai tertutup, gemuruh air yang deras mengalir sepanjang dasar yang sempit mengganggu istirahat Kaisar siang dan malam, menyebabkan gangguan saraf yang serius. Kekaisaran mengirimkan Maklumat kepada semua kuil Buddha agar para Bhikksu mempersembahkan doa-doa terus-menerus untuk menghentikan suara banjir. Tapi ini tidak berguna. Beredar kabar dilingkungan istana bahwa Putri Hase, putri Pangeran Toyonari Fujiwara, menteri kedua di istana, adalah penyair wanita yang paling berbakat, meskipun masih sangat muda, kemampuannya sangat diandalkan.

Jaman dahulu, seorang gadis cantik dan penyair wanita- berbakat menggerakkan Surga dengan berdoa dalam puisi, telah membawa turun hujan di tanah kekeringan dan kelaparan, demikian dikatakan penulis biografi kuno dari penyair wanita Ono-no-Komachi. Jika Putri Hase menulis puisi dan membawakannya dalam doa, mungkin hal itu dapat menghentikan suara sungai yang menderu dan menghilangkan penyebab penyakit Kaisar. Apa kata pejabat akhirnya sampai ke telinga Kaisar, dan mengirimkan perintah kepada menteri Pangeran Toyonari.

Ketakutan Hase-Hime sangat besar dan kaget ketika ayahnya menemuinya dan menceritakan apa yang dibutuhkan dari dia. Tugas berat yang diletakkan di bahu mudanya-menyelamatkan kehidupan Kaisar oleh ayat puisinya. Pada hari terakhir puisinya telah selesai. Puisi ditulis di atas kertas tebal berwarna dan ditulis dengan tinta emas. Bersama ayah, pembantu dan beberapa pejabat istana, dia berjalan ke tepi sungai dan mempersembahkan hatinya untuk Surga, ia membaca puisi yang telah disusun, mempersembahkan di kedua tangannya. Keanehan terjadi, tampak semua hening. Air berhenti mederu, dan sungai menjadi tenang langsung menjawab doanya. Kaisar segera pulih kesehatannya. Yang Mulia sangat senang, memberi dia Istana dan dianugrahi pangkat wanita Chinjo-yaitu Letnan Jenderal. Sejak saat itu ia dipanggil Chinjo-Hime, atau Letnan Jenderal Putri, dihormati dan dicintai oleh semua. Hanya ada satu orang yang tidak senang sukses Hase-Hime yaitu ibu tirinya. Terus menerus menyesal atas kematian anaknya sendiri yang telah tewas ketika mencoba meracuni putri tirinya, ia sangat tersiksa melihat putri tirinya memperoleh kekuasaan dan kehormatan, dengan kebaikan Kaisar dan kekaguman dari seluruh istana. Iri dan cemburu membakar di dalam hatinya seperti api. Banyak dusta disampaikan ke suaminya tentang Hase-Hime, tapi semua tidak mempan. Suaminya mendengarkan ceritanya, mengatakan dengan jelas bahwa dia sangat keliru. 


Akhirnya –ibu tirinya menggunakan kesempatan saat suaminya tidak ada, menyuruh salah seorang pelayan tuanya membawa gadis lugu ke Pegunungan Hibari, bagian kerajaan paling liar dan membunuhnya di sana. Dia menciptakan sebuah cerita mengerikan tentang Putri kecil, mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mencegah kemalangan menimpa keluarga-dengan membunuhnya.

Katoda, pengikutnya, terikat untuk mematuhi majikannya. Tetapi ia melihat bahwa hal itu akan menjadi rencana paling bijaksana untuk berpura-pura taat dalam ketiadaan ayah gadis itu, ia menggotong Hase-Hime dalam tandu dan menemaninya ke tempat yang paling terpencil yang dia temukan di daerah liar. Anak orang miskin tahu tidak ada baiknya memprotes ibu tiri jahat walau di diusir dengan cara yang aneh ini, jadi dia pergi ketika dia diberitahu. Tetapi pelayan tua tahu bahwa Putri muda tidak bersalah atas semua hal yang dituduhkan ibu tiri kepadanya dan dia bertekad untuk menyelamatkan hidupnya.

Kecuali dia membunuhnya, ia tidak bisa kembali ke majikannya, maka ia memutuskan untuk tinggal di lembah gunung. Dengan bantuan dari beberapa petani ia segera membangun sebuah pondok kecil, dan secara diam-diam mengirimkan istrinya, kedua orang tua baik hati melakukan semua sesuai kemampuan mereka untuk mengurus putri yang malang. Sepanjang waktu dia percaya bahwa ayahnya, ketika tahu setelah ia kembali ke rumah dan menemukan dia tidak ada, ia akan mencarinya. 

Pangeran Toyonari, setelah beberapa minggu, pulang dan istrinya memberitahu bahwa putri Hime telah berbuat salah dan telah melarikan diri karena takut dihukum. Dia hampir sakit karena cemas. Setiap orang di rumah menceritakan kisah yang sama-Hase-Hime tiba-tiba menghilang, tidak satupun dari mereka tahu mengapa atau ke mana. Karena takut skandalnya diketahui dia mencari di mana-mana ia bisa pikirkan, tapi semua tanpa hasil.

Suatu hari, dia berusaha melupakan kekhawatirannya, ia memanggil semua anak buahnya, mengatakan kepada mereka untuk membuat persiapan beberapa hari 'berburu di pegunungan. Mereka segera siap dan menunggu tuannya di gerbang. Dia menunggang gesit dan cepat tiba di distrik Pegunungan Hibari, sebuah iringan besar mengikutinya. Dia segera jauh mendahului di depan, menemukan dirinya berada di sebuah lembah indah yang sempit. Memandang sekeliling dan mengagumi pemandangan, ia melihat sebuah rumah kecil di salah satu bukit dan mendengar suara yang indah membaca keras-keras. Penasaran mengenai siapa yang bisa belajar begitu tekun di tempat sepi seperti ini, ia turun meninggalkan kudanya dan berjalan ke atas bukit mendekati pondok. Ketika ia semakin dekat dia sangat terkejut karena ia bisa melihat bahwa yang membaca adalah seorang gadis cantik. Pondok terbuka lebar dan ia sedang duduk menghadap pemandangan. Dengan penuh perhatian, mendengarkan ia membaca kitab suci Buddha dengan penuh penghayatan. Lebih penasaran lagi, ia bergegas ke gerbang dan memasuki kebun kecil, dan telah melihat putrinya yang hilang Hase-Hime. Dia ingin mengetahui apa yang ia katakan apakah ia tidak mendengar atau melihat ayahnya sampai ia berbicara.

Hase-Hime!" dia memanggil, "Anakku Hase-Hime!"
Terkejut, dia hampir tidak bisa percaya bahwa itu adalah ayah tercinta yang memanggil dirinya, dan beberapa saat ia benar-benar kehilangan kekuatan untuk berbicara atau bergerak. "Ayah, ayah! Ini memang Ayah-oh, ayah!" hanya itu yang bisa dia katakan, berlari kepadanya dan ia menangkap lengan baju yang tebal kemudian membenamkan wajahnya dengan bercucuran air mata. Ayahnya membelai rambut hitam meminta dengan lembut untuk memberitahu semua yang telah terjadi, tetapi ia hanya menangis, ia bertanya-tanya apakah ia tidak sedang bermimpi. Kemudian Katoda pelayan tua yang setia keluar, menunduk ke tanah diahadapan tuannya, menyampaikan cerita panjang apa yang telah terjadi, menemukan putrinya dengan hanya dua pelayan tua di alam liar dan tempat terpencil untuk merawatnya. Pangeran keheranan dan marah luar biasa. Ia membatalkan berburu dan bergegas pulang dengan putrinya. Salah satu rombongan mendahului untuk menginformasikan kepada rumah tangga kabar gembira ini, ibu tiri mendengar apa yang telah terjadi karena takut bertemu dengan suaminya bahwa kejahatannya sekarang diketahui kemudian kabur, tidak ada lagi yang mendengar namanya.

Katoda pelayan tua dihadiahi kedudukan tertinggi dalam melayani majikannya, hidup bahagia sampai akhir hayatnya, khusus untuk Putri kecil tidak pernah lupa bahwa ia berutang hidupnya terhadap pengikut setia ini. Dia tidak lagi terganggu oleh perbuatan ibu jahat, hari-harinya berlalu dengan gembira dan dengan tenang bersama ayahnya. Karena Pangeran Toyonari tidak punya anak laki-laki lagi, ia mengadopsi anak bungsu dari salah satu bangsawan istana untuk menjadi ahli waris, untuk menikahi putrinya Hase-Hime. Hase-Hime hidup bahagia sampai usia tua, dan semua orang berkata bahwa dia adalah paling bijaksana, paling saleh, mengganti ayahnya sebelum ia pensiun. Sampai sekarang masih tersimpan sebuah jarum di salah satu kuil Buddha Kioto, yang pernah digunakan untuk menyulam permadani yang indah, dengan sosok Buddha dalam sutra bersulam benang yang diambil dari batang lotus. Hal ini dikatakan dikerjaan oleh tangan Putri Hase Hime. (erabaru/art)


Contoh Cerita Rakyat Jepang Terkenal

Saturday, February 1, 2014

Contoh Cerita Rakyat Jepang Terkenal. Jepang dikenal sebagai negara yang menuangkan kebudaayan dalam seni patung. Kebudayaan lainnya dari Jepang yang tak kalah menarik dan juga sudah terkenal di dunia yaitu seni Ikebana. Terlepas dari dua hal itu, cerita rakyat Jepang juga merupakan salah satu keindahan yang banyak diminati oleh masyarakat dunia. Banyak cerita terkenal dari cerita rakyat Jepang ini.


UNDUH

Contoh Cerita Rakyat Jepang 

Mau tahu? Berikut contoh cerita rakyat Jepang yang sangat terkenal.

1. Urashima Taro
2. Momotarō
3. Kintaro
4. Issun Bōshi
5. Oni
6. Tamamo-no-mae

7. Putri Hime
8. Putri Kaguya
9. Issun Bōshi

Demikianlah contoh cerita rakyat dari Jepang yang dapat dihadirkan, kita akan membahas hal menarik lainnya tentang Jepang pada materi berikutnya.

Cerita Rakyat Jepang - Urashima Taro

Cerita Rakyat Jepang - Urashima Taro. Ada yang seger nih, cerita rakyat Jepang yang berjudul "Urashima Taro". Penasaran gak sih ama cerita rakyat yang dari Jepang ini, simak aja yukz ceritanya gimana...


UNDUH


Seorang nelayan bernama Urashima Tarō menolong seekor penyu yang sedang disiksa sekawanan anak-anak. Sebagai rasa terima kasih telah ditolong, penyu mengajak Tarō berkunjung ke Istana Laut. Dengan menunggang penyu, Tarō pergi ke Istana Laut yang ada di dasar laut.

Di sana, Tarō bertemu putri jelita di Istana Laut yang bernama Putri Oto. Bagaikan mimpi, Tarō ditemani Putri Oto selama beberapa hari. Hingga akhirnya Tarō ingin pulang. Putri Oto mencegahnya, tapi tahu usahanya akan sia-sia. Putri Oto memberinya sebuah kotak perhiasan (tamatebako), dan berpesan agar kotak tidak dibuka. Dengan menunggang seekor penyu, Tarō tiba kembali di kampung halamannya. Namun semua orang yang dikenalnya sudah tidak ada. Tarō merasa heran, lalu membuka kotak hadiah dari Putri Oto. Asap keluar dari dalam kotak, dan seketika Tarō berubah menjadi seorang laki-laki yang sangat tua.

Menurut perhitungan waktu di dasar samudra, Tarō hanya tinggal selama beberapa hari saja. Namun menurut waktu di daratan, Tarō pergi selama 700 tahun.

Sumber
http://veromons.blogspot.com/2012/01/kumpulan-cerita-rakyat-jepang-yang.html

Cerita Rakyat Jepang - Momotarō

Cerita Rakyat Jepang - Momotarō. Kata siapa mandi seger, kalo cerita ini pasti lebih seger dari itu. Simak yuk cerita Rakyat Jepang - Momotarō ini.
Di zaman dulu kala, hiduplah seorang kakek dan nenek yang tidak punya anak. Ketika nenek sedang mencuci di sungai, sebutir buah persik yang besar sekali datang dihanyutkan air dari hulu sungai. Buah persik itu dibawanya pulang ke rumah untuk dimakan bersama kakek. Dipotongnya buah persik itu, tapi dari dalamnya keluar seorang anak laki-laki.

Anak itu diberi nama Momotarō, dan dibesarkan kakek dan nenek seperti anak sendiri. Momotarō tumbuh sebagai anak yang kuat dan mengutarakan niatnya untuk membasmi raksasa. Pada waktu itu memang di desa sering muncul para raksasa yang menyusahkan orang-orang desa. Momotarō berangkat membasmi raksasa dengan membawa bekal kue kibidango. Di tengah perjalanan menuju pulau raksasa, Momotarō secara berturut-turut bertemu dengan anjing, monyet, dan burung pegar.

Setelah menerima kue dari Momotarō, anjing, monyet, dan burung pegar mau menjadi pengikutnya. Di pulau raksasa, Momotarō bertarung melawan raksasa dengan dibantu anjing, monyet, dan burung pegar. Momotarō menang dan pulang membawa harta milik raksasa.

Sumber 
http://veromons.blogspot.com/2012/01/kumpulan-cerita-rakyat-jepang-yang.html

Cerita Rakyat Jepang - Tamamo-no-mae

Cerita Rakyat Jepang - Tamamo-no-mae. Kali ini kita akan membahas cerita rakyat yang berbeda dari biasanya. Cerita rakyat kali ini adalah berasal dari negeri sakura yaitu jepang yang berjudul Tamamo-no-mae. Berikut cerita selengkapnya.


Tamamo-no-maeTamamo-no-Mae adalah figur legendaris dalam mitologi Jepang dan cerita rakyat Jepang. Di Otogizoshi, kumpulan prosa Jepang ditulis selama periode Muromachi. Ia dikatakan sebagai wanita paling cantik dan pintar di Jepang. Tubuh Tamamo-no-Mae secara misterius baunya selalu enak, dan pakaiannya tidak pernah kotor. Tamamo-no-Mae tidak hanya cantik, tetapi ia juga bijaksana. Walaupun usianya hanya berusia dua puluh tahun, tak ada pertanyaan yang tidak dapat ia jawab. Tamamo-no-Mae adalah sesosok Kitsune (rubah).

Sumber
http://veromons.blogspot.com/2012/01/kumpulan-cerita-rakyat-jepang-yang.html

Naskah Drama Jepang: Tsuku Kami No Ke

Saturday, February 23, 2013

Naskah Drama Jepang: Tsuku Kami No Ke. Bingung cari contoh naskah drama jepang? Ini ada naskah drama jepang yang berjudul tsuku kami no ke... Sebenarnya gak jepang jepang amat sih tapi yang pasti menarik untuk dibaca.




CUPLIKAN DRAMA JEPANG
Tsuku Kami No Ke

Toranpu no kodomo-tachi wa chīsana machi no Hiroshima de jikkō sa rete iru. Karera no warai wa hijō ni shiawase ni kikoeta.

Dōro ya kasen o setsuzoku suru chīsana hashi de wa, kushakusha fuku o kite ni-nin no on'nanoko no shimai ga warai o jōdan o itte itate ita. Shōjo wa Minori to mameha meimei sa reta.

Derap langkah anak-anak berlarian di kota kecil Hiroshima. Canda tawa mereka terdengar sangat bahagia. Seakan tidak ada permasalahan dalam kehidupan kecil mereka.

Di jembatan kecil yang menghubungkan jalan dan sungai, tampak dua gadis kakak beradik dengan pakaian kucel sedang bercanda tawa. Gadis itu bernama Minori dan Paenah.

Paenah : (Sutēji o nyūryoku shite kudasai)” Anata tachi wa nodo ga kawai ta ka?” (Emi) “Anata tachi wa hoshii kocha ka?” ( masuk ke panggung ) kalian haus ?( tersenyum simpul ) kalian mau teh ?

Minori :(Yukkuri to unazuite),”arigatou” ( mengangguk perlahan ) terima kasih

(Karsinah ni aeguto dēto) Tiba – tiba Karsinah datang dengan terengah-tengah

Karsinah : “Paenah - issho ni, anata ga kon suiri tai Suru hitsuyō ga arimasu” Paenah-sama, anda harus pergisekarang

Paenah :(Sanshō shite kudasai Karsinah to unazuite")” o”(hana to o jokyo ataeru tsuku kami no ke) ( melihat karsinah dan mengangguk ) ini untuk mu ( seraya memberikan hana tusuk rambut)

Minori :” Watashi ni wa?” (konran o mite) ( menatap dengan bingung ) untukku ?

(Paenah wa unazuki, migite o tori, tsuku kami no ke Minori no desu)

Paenah mengangguk lalu memegang tangan kanan Minori dan memberikan tusuk rambut Paenah : “Sumairu anata no kao wa anata ga warau toki “(Paenah utsukushii sa reru tame, ) Tersenyumlah karena wajahmu akan lebih cantik bila kau tersenyum ( paenah...

***Bersambung***



Maaf ya, seperti biasa saya hanya sajikan cuplikannya soalnya biar waktu sobat lebih efektif. Tapi jangan kawatir bagi sobat yang ingin mempelajari naskah drama diatas bisa unduh melalui link yang sudah saya sediakan diatas.

Cerita Rakyat Jepang - Issun Bōshi

Thursday, January 24, 2013

Cerita Rakyat Jepang - Issun Bōshi. Menurut cerita Issun Bōshi yang umum diketahui orang, pasangan suami istri lanjut usia yang tidak punya anak memohon kepada Sumiyoshi no Kami agar diberi anak. Permintaan mereka dikabulkan, dan lahir seorang anak yang tinggi tubuhnya hanya 1 sun (ukuran panjang yang setara dengan 3 cm). Anak itu ternyata tidak mau besar-besar, dan tingginya tetap 3 cm sehingga diberi nama Issun Bōshi yang berarti "biksu satu sun".

UNDUH



Pada suatu hari, Issun Bōshi ingin menjadi samurai. Ia pergi ke Kyoto membawa pedangnya berupa sebatang jarum, dan berlayar dengan perahu dari mangkuk kayu yang didayung dengan sebilah sumpit. Di Kyoto, ia diterima bekerja oleh sebuah keluarga yang tinggal di rumah besar dan mewah. Ketika putri dari keluarga tersebut ingin pergi ke kuil, Oni bermaksud menculiknya. Issun Bōshi berkelahi dengan Oni untuk melindungi sang putri. Oni menelan tubuh Issun Bōshi. Bagian dalam perut Oni ditusuk-tusuk oleh Issun Bōshi. Oni yang merasa kesakitan meminta Issun Bōshi untuk berhenti menusuk-nusuknya. Oni menyerah dan memuntahkan kembali Issun Bōshi.

Oni melarikan diri ke gunung setelah meninggalkan sebuah palu ajaib. Palu itu disebut Uchide no Kozuchi yang bisa mengabulkan permintaan atau mengeluarkan uang bila diayunkan. Issun Bōshi menggunakan palu ajaib untuk mengubah tubuhnya menjadi seukuran laki-laki dewasa. Issun Bōshi menikahi sang putri dan hidup bahagia selamanya. Mereka berdua bisa mendapat makanan enak dan uang berlimpah hanya dengan mengayunkan palu ajaib.



Sumber
http://veromons.blogspot.com/2012/01/kumpulan-cerita-rakyat-jepang-yang.html

Cerita Rakyat Jepang - Oni

Cerita Rakyat Jepang - Oni. Shuten Dōji adalah oni yang kabarnya tinggal di Provinsi Tamba. Ia juga digambarkan memiliki tanduk dengan rambut merah di kepala yang tumbuh menjadi satu dengan kumis, janggut, cambang, dan alis. Tangan dan kakinya seperti tangan dan kaki beruang. Walaupun demikian, orang mulanya tidak tahu sosok oni yang sebenarnya. 

UNDUH

Pada mulanya, oni adalah sosok yang tidak terlihat, dan berasal dari kata "onu". Ia kadang-kadang digambarkan sebagai pria tampan atau wanita cantik yang suka memangsa laki-laki atau perempuan muda yang sedang diingininya. Gambaran tentang oni yang sekarang diketahui orang diperkirakan bercampur dengan sosok raksasa.
Oni dalam cerita rakyat sering digambarkan berkulit merah dengan rambut pirang atau coklat tua. Sosok oni diperkirakan berasal dari penampilan bajak laut yang datang dari perairan sekitar Rusia. Kulit mereka yang putih menjadi merah setelah terbakar matahari. Penduduk setempat yang belum pernah melihat orang asing mengira mereka adalah oni.

Sumber
http://duniaandromedaku.blogspot.com/2012/02/kumpulan-cerita-rakyat-jepang-yang.html#ixzz22Rd9RUxG

Cerita Rakyat Jepang - Kintaro

Cerita Rakyat Jepang - Kintaro. Kintaro adalah tokoh cerita rakyat Jepang berupa anak laki-laki bertenaga superkuat. Ia digambarkan sebagai anak laki-laki sehat yang memakai rompi merah bertuliskan aksara kanji emas. Di tangannya, Kintaro membawa kapak (masakari) yang disandarkan ke bahu. Ia juga kadang-kadang digambarkan sedang menunggang beruang.


UNDUH



Cerita Kintaro dikaitkan dengan perayaan hari anak laki-laki di Jepang. Kintaro dijadikan tema boneka bulan lima yang dipajang untuk merayakan Hari Anak-anak. Orang tua yang memajang boneka Kintaro berharap anak laki-lakinya tumbuh sehat, kuat, dan berani seperti Kintaro. Selain itu, Kintaro sering digambarkan menunggang ikan koi pada koinobori.

Cerita Kintaro konon berasal dari kisah masa kecil seorang samurai bernama Sakata Kintoki dari zaman Heian. Menurut legenda, ibunya adalah seorang Yama-uba yang hamil akibat perbuatan dewa petir Raijin. Kisah lain mengatakan, ibunya melahirkan bayi Kintaro dari hasil hubungannya dengan seekor naga merah.

Sumber
http://veromons.blogspot.com/2012/01/kumpulan-cerita-rakyat-jepang-yang.html
 

Most Reading