Pages

Showing posts with label menulis ptk. Show all posts
Showing posts with label menulis ptk. Show all posts

Bagaimana Cara Mengukur Minat dan Motivasi Belajar?

Tuesday, March 4, 2014

Banyak mahasiswa yang kesulitan untuk menemukan instrumen untuk mengukur minat dan motivasi belajar, padahal sepengetahuan saya, bidang kajian ini sangat diminati di Indonesia dalam dunia pendidikan kita. Sebenarnya membuat instrumen penelitian tidaklah sukar, yang penting harus memperhatikan teori-teori yang ada terkait aspek yang ingin kita ukur. Asal mau berusaha pasti anda bisa.

Ada berbagai teori motivasi yang digunakan oleh para pembuat instrumen penelitian, salah satunya yang cukup bagus mendeskripsikan minat dan motivasi belajar adalah Keller, 1987.John Keller berdasarkan model yang diajukannya telah membuat sebuah instrumen pengukur minat dan motivasi belajar.

John Keller, 1987, mendeskripsikan minat belajar dan motivasi belajar siswa melalui 4 komponen utama, sesuai dengan nama model yang disuguhkan ARCS (Attention, Relenvace, Confidence, Satisfaction), atau dalam bahasa Indonesia : Atensi (perhatian), Relevansi (kesesuaian), Kepercayaan diri, dan Kepuasan.

Bila anda ingin menggunakan instrumen pengukur minat dan motivasi belajar dari Keller yang telah disadur dalam Bahasa Indonesia, anda dapat mendownloadnya melalui link berikut: Angket Minat dan Motivasi Belajar Model ARCS oleh John Keller, 1987.

Festival IPA

Wednesday, February 19, 2014

Festival IPA

Pendahuluan
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) merupakan lembaga teknis yang salah satu fungsi dan tugasnya adalah meningkatkan kompetensi, kemampuan, keterampilan, wawasan, dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan IPA. Dalam melaksanakan fungsi dan tugas tersebut salah satu program yang akan dilaksanakan pada tahun 2012 adalah Festival Kreativitas dan Karya Inovasi Guru IPA SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK.

Tema
“Kreativitas Guru untuk Pembelajaran IPA yang Lebih Baik”

Tujuan
  1. Memotivasi guru untuk selalu menciptakan karya inovasi yang dapat meningkatkan proses pembelajaran
  2. Memberikan kesempatan kepada guru yang memiliki karya inovasi dalam pembelajaran untuk mempublikasikan hasil karyanya
  3. Meningkatkan kompetensi guru yang profesional melalui Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)

Peserta
Guru IPA Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK

Kriteria Peserta

 A.   Peserta yang didanai oleh PPPPTK IPA (pemakalah)
  1. Guru yang memiliki karya inovasi yang digunakan dalam pembelajaran dan atau memiliki karya ilmiah hasil penelitian
  2. Melakukan registrasi
  3. Mengirim abstrak* hasil karya inovasi atau penelitian
  4. Mengirim laporan lengkap hasil karya inovasi atau penelitian
  5. Lolos seleksi awal
   B.  Peserta dengan dana sendiri (mandiri)
  1. Peserta yang tidak lolos pada seleksi awal
  2. Peserta yang mendaftar pada saat kegiatan
  3. Peserta yang bukan pemakalah

Ruang Lingkup dan Topik
  1. Media pembelajaran/bahan ajar interaktif berbasis komputer untuk setiap standar kompetensi atau beberapa kompetensi dasar.
  2. Alat peraga yang bermanfaat untuk pendidikan
  3. Alat praktikum yang bermanfaat untuk pendidikan
  4. Hasil pengembangan metodologi/evaluasi pembelajaran.

*Abstrak memuat ringkasan hasil penelitian maksimal 200 kata dikirim melalui email ke festivalp4tkipa@gmail.com atau festivalp4tkipa@yahoo.com paling lambat 9 Juli 2012

Untuk Festival kreatifitas dan karya inovasi Abstrak berisi tentang ringkasan ide dasar karya inovasi, alat bahan dan cara pembuatannya, cara penggunaan alat dalam pembelajaran beserta foto-foto. Pada pojok kanan atas diberi kode sesuai dengan kode pada formulir pendaftaran.

Format makalah lengkap ditulis dengan program MS-Word, huruf Arial Fornt 11, kertas ukuran A4, spasi 2,5, jarak tepi kiri dan atas 3 cm, kanan dan bawah 2,5 cm. Format poster berukuran A1 (59,4 cm x 84,1 cm). Prosiding di terbitkan setelah Festival kreatifitas dan Karya inovasi dilaksanakan.

sumber: http://www.p4tkipa.net/festival dan http://p4tkipa.org/lihat.php?id=berita&hari=Jum%27at&tanggal=20&bulan=April&oleh=admin

PTK : Cara Menulis Latar Belakang Masalah

Sunday, February 16, 2014

Bagaimana Cara Menulis Latar Belakang Masalah?

Kesulitan menulis Latar Belakang Masalah pada proposal Penelitian Tindakan Kelas anda? Ha.. Jangan takut. Ada formula mudah untuk menuliskannya dan tentu saja akurat (sesuai aturan/kaidah).Baca langkah-langkahnya di bawah ini.

Unsur Penting Latar Belakang Masalah

Latar Belakang Maslah adalah salah satu komponen pada proposal PTK atau pada Bab I Laporan PTK yang harus anda tulis dengan tajam dan tidak mengambang kemana-mana. Latar Belakang Masalah seharusnya mengandung 5 unsur penting, yang minimal tergambar dalam 5 paragraf yang saling menyatu dan berhubungan satu sama lain membentuk pondasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh guru/peneliti. Kelima (5) unsur penting itu wajib ada, yaitu:
  1. Kondisi ideal di dalam kelas/pembelajaran yang diharapkan oleh guru/peneliti.
  2. Kondisi saat ini (yang sedang terjadi) di dalam kelas/pembelajaran guru/peneliti.
  3. Kesenjangan (gap) antara kondisi ideal (no.1) dengan kondisi saat ini (no.2) beserta penyebab munculnya kesenjangan (gap), dengan kata lain akar permasalahan yang muncul/sumber masalah.
  4. Urgensi penyelesaian masalah, atau dengan kata lain dampak-dampak negatif jika permasalahan di kelas/pembelajaran guru tersebut tidak diselesaikan.
  5. Alternatif solusi/pemecahan masalah berupa tindakan (action) terbaik yang diperkirakan dapat menyelesaikan masalah.
Mari kita lihat contoh berikut, yang disajikan dalam bentuk tabel supaya anda mudah membedakan kelima unsur penyusun Latar Belakang Masalah tersebut:

Contoh Cara Mengembangkan Latar Belakang Masalah pada sebuah Proposal PTK atau Laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

No.UnsurContoh Isi Paragraf
1.Kondisi ideal di dalam kelas/pembelajaran yang diharapkan oleh guru/peneliti.Pada pembelajaran IPA, pemahaman terhadap konsep-konsep esensial sangat penting. Pemahaman terhadap konsep-konsep esensial yang baik akan membuat peserta didik menempatkan konsep-konsep tersebut dalam sistem memori jangka panjang (long term memory) dan dapat menggunakannya untuk berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi (higher level thinking) seperti pemecahan masalah dan berpikir kreatif. Pemahaman konsep-konsep esensial yang baik semestinya akan mempermudah mereka dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah.
2.Kondisi saat ini (yang sedang terjadi) di dalam kelas/pembelajaran guru/peneliti.Kenyataan saat ini di kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai masih jauh dari kondisi ideal tersebut. Pemahaman terhadap konsep-konsep esensial pada mata pelajaran IPA untuk materi bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari masih rendah (rata-rata kelas 63,28). Selain itu jumlah peserta didik yang berhasil mencapai dan melampaui KKM  kurang dari 75%. KKM mata pelajaran IPA pada Tahun Pelajaran 2010/2011 yang lalu adalah ≥ 61. Jumlah peserta didik yang berhasil mencapai dan melampaui KKM yang kurang dari 75% ini menyebabkan guru harus melakukan pembelajaran remedial secara klasikal. Kemudian, KKM mata pelajaran IPA pada Tahun Pelajaran 2011/2012 ini telah ditingkatkan menjadi ≥ 65, hal ini juga berarti bahwa kemungkinan persentase peserta didik yang tidak dapat mencapai KKM yang dinaikkan tersebut semakin besar.
3.Kesenjangan (gap) antara kondisi ideal (no.1) dengan kondisi saat ini (no.2) beserta penyebab munculnya kesenjangan (gap), dengan kata lain akar permasalahan yang muncul/sumber masalah.Beberapa kemungkinan penyebab rendahnya pemahaman peserta didik tentang materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari sehingga berakibat pada rendahnya nilai rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal yang tidak tercapai adalah: (1) materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari merupakan materi yang sangat banyak mengandung konsep-konsep bidang kimia dengan istilah-istilah yang sulit diingat dan dipahami; (2) strategi pembelajaran yang digunakan masih belum cukup untuk memfasilitasi pemerolehan pehamaman bagi peserta didik.
4.Urgensi penyelesaian masalah, atau dengan kata lain dampak-dampak negatif jika permasalahan di kelas/pembelajaran guru tersebut tidak diselesaikan.Kondisi demikian apabila terus dibiarkan akan berdampak buruk terhadap kualitas pembelajaran mata pelajaran IPA di Kelas VIIIB tersebut khususnya, dan di SMPN 4 Amuntai secara keseluruhan. Padahal, materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari merupakan salah satu materi esensial dalam kurikulum. Hal ini tercermin dari selalu termuatnya materi ini dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Ujian Nasional (UN) pada 3 tahun terakhir ini. 
5.Alternatif solusi/pemecahan masalah terbaik yang diperkirakan dapat menyelesaikan masalah.Salah satu alternatif pemecahan masalah di atas yang mungkin untuk dilaksanakan oleh guru adalah melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi memory cycle. Menurut Sprenger (2005), pembelajaran yang dilakukan dengan stretegi memory cycle yang terdiri dari 7 langkah (reach, reflect, recode, reinforce, rehearse, review, dan retrieve) memungkinkan peserta didik untuk dapat menyimpan konsep-konsep esensial yang diberikan dalam memori jangka panjang (long term memory) dan memungkinkan mereka untuk menggunakan konsep-konsep saat berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi (higher level thinking).

Sehingga pada bagian Latar Belakang Masalah di Proposal PTK atau Laporan PTK hasilnya akan seperti ini:

===========

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada pembelajaran IPA, pemahaman terhadap konsep-konsep esensial sangat penting. Pemahaman terhadap konsep-konsep esensial yang baik akan membuat peserta didik menempatkan konsep-konsep tersebut dalam sistem memori jangka panjang (long term memory) dan dapat menggunakannya untuk berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi (higher level thinking) seperti pemecahan masalah dan berpikir kreatif. Pemahaman konsep-konsep esensial yang baik semestinya akan mempermudah mereka dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Kenyataan saat ini di kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai masih jauh dari kondisi ideal tersebut. Pemahaman terhadap konsep-konsep esensial pada mata pelajaran IPA untuk materi bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari masih rendah (rata-rata kelas 63,28). Selain itu jumlah peserta didik yang berhasil mencapai dan melampaui KKM  kurang dari 75%. KKM mata pelajaran IPA pada Tahun Pelajaran 2010/2011 yang lalu adalah ≥ 61. Jumlah peserta didik yang berhasil mencapai dan melampaui KKM yang kurang dari 75% ini menyebabkan guru harus melakukan pembelajaran remedial secara klasikal. Kemudian, KKM mata pelajaran IPA pada Tahun Pelajaran 2011/2012 ini telah ditingkatkan menjadi ≥ 65, hal ini juga berarti bahwa kemungkinan persentase peserta didik yang tidak dapat mencapai KKM yang dinaikkan tersebut semakin besar.

Beberapa kemungkinan penyebab rendahnya pemahaman peserta didik tentang materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari sehingga berakibat pada rendahnya nilai rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal yang tidak tercapai adalah: (1) materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari merupakan materi yang sangat banyak mengandung konsep-konsep bidang kimia dengan istilah-istilah yang sulit diingat dan dipahami; (2) strategi pembelajaran yang digunakan masih belum cukup untuk memfasilitasi pemerolehan pehamaman bagi peserta didik.

Kondisi demikian apabila terus dibiarkan akan berdampak buruk terhadap kualitas pembelajaran mata pelajaran IPA di Kelas VIIIB tersebut khususnya, dan di SMPN 4 Amuntai secara keseluruhan. Padahal, materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari merupakan salah satu materi esensial dalam kurikulum. Hal ini tercermin dari selalu termuatnya materi ini dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Ujian Nasional (UN) pada 3 tahun terakhir ini. 

Salah satu alternatif pemecahan masalah di atas yang mungkin untuk dilaksanakan oleh guru adalah melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi memory cycle. Menurut Sprenger (2005), pembelajaran yang dilakukan dengan stretegi memory cycle yang terdiri dari 7 langkah (reach, reflect, recode, reinforce, rehearse, review, dan retrieve) memungkinkan peserta didik untuk dapat menyimpan konsep-konsep esensial yang diberikan dalam memori jangka panjang (long term memory) dan memungkinkan mereka untuk menggunakan konsep-konsep saat berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi (higher level thinking).

===============
Gampang sekali bukan? Saya yakin anda dapat menulis Latar Belakang Masalah untuk Proposal atau Laporan PTK anda dengan gaya dan isi yang jauh lebih baik dari contoh di atas. Bila ingin contoh lain anda dapat membaca Cara Menulis Latar Belakang Masalah Bagian 2. Selamat melaksanakan penelitian tindakan kelas.

PTK : Cara Menulis Latar Belakang Masalah Bag 2

Pada tulisan sebelumnya di blog penelitian tindakan kelas dan model pembelajaran ini saya telah memberi sebuah contoh tentang PTK : Cara Menulis Latar Belakang Masalah. Tulisan kali ini masih membahas masalah yang sama, hanya saja dengan contoh yang berbeda. Maksudnya biar tambah jelas.

Unsur-Unsur Esensial Latar Belakang Masalah

Sekali lagi, dalam menulis Latar Belakang Masalah untuk Proposal PTK atau Laporan PTK anda harus memperhatikan komponen/unsur-unsur esensial yang harus terdapat di dalamnya. Unsur-unsur yang dimaksud yaitu :

  1. Kondisi ideal di dalam kelas/pembelajaran yang diharapkan oleh guru/peneliti.
  2. Kondisi saat ini (yang sedang terjadi) di dalam kelas/pembelajaran guru/peneliti.
  3. Kesenjangan (gap) antara kondisi ideal (no.1) dengan kondisi saat ini (no.2) beserta penyebab munculnya kesenjangan (gap), dengan kata lain akar permasalahan yang muncul/sumber masalah.
  4. Urgensi penyelesaian masalah, atau dengan kata lain dampak-dampak negatif jika permasalahan di kelas/pembelajaran guru tersebut tidak diselesaikan.
  5. Alternatif solusi/pemecahan masalah berupa tindakan (action) terbaik yang diperkirakan dapat menyelesaikan masalah.

Contoh Cara Menulis Latar Belakang Masalah

Mari kita lihat contoh berikut, yang disajikan dalam bentuk tabel supaya anda mudah membedakan kelima unsur penyusun Latar Belakang Masalah tersebut:


No.Unsur ParagrafRumusan Paragraf Latar Belakang Masalah
1.Kondisi ideal di dalam kelas/pembelajaran yang diharapkan oleh guru/peneliti.Penguasaan keterampilan matematis adalah suatu keterampilan prasyarat yang mutlak harus dimiliki oleh siswa saat mempelajari materi IPA Fisika. Keterampilan matematis yang baik akan membawa siswa menjadi pebelajar yang mampu menyelesaikan soal-soal yang mengandung perhitungan matematis. Bila kemampuan dalam penguasaan keterampilan matematis (dalam hal ini) penyelesaian hitungan-hitungan yang melibatkan berbagai macam operasi seperti penjumlahan, perkalian, pembagian dari berbagai jenis bilangan mulai dari bilangan bulat, bilangan desimal, hingga bilangan berpangkat atau pecahan tentu akan sangat membantu guru IPA Fisika dalam membelajarkan konsep-konsep yang akan diberikan.
2.Kondisi saat ini (yang sedang terjadi) di dalam kelas/pembelajaran guru/peneliti.Kenyataan di kelas VII SMP Negeri Danau Panggang, penguasaan keterampilan perhitungan matematis masih kurang baik, sehingga menyebabkan guru terhambat dalam membelajarkan konsep-konsep IPA Fisika yang harus mereka kuasai. Kenyataan ini tampak pada hasil-hasil analisis ulangan harian yang dilakukan oleh peneliti (guru IPA), di mana kebanyakan soal yang tidak bisa atau tidak sempurna dijawab oleh siswa adalah soal-soal yang melibatkan perhitungan matematis yang rumit / kompleks.
3.Kesenjangan (gap) antara kondisi ideal (no.1) dengan kondisi saat ini (no.2) beserta penyebab munculnya kesenjangan (gap), dengan kata lain akar permasalahan yang muncul/sumber masalah.Kemungkinan penyebab permasalahan ini adalah kurangnya latihan/tugas yang tersusun dengan urutan yang baik (logis). Suatu tugas / latihan untuk mengajarkan sebuah keterampilan kompleks seperti keterampilan perhitungan matematis seharusnya diurutkan dari yang kurang kompleks menuju yang lebih kompleks, dari keterampilan perhitungan matematis yang sederhana menuju ke keterampilan perhitungan matematis yang lebih kompleks. 
4.Urgensi penyelesaian masalah, atau dengan kata lain dampak-dampak negatif jika permasalahan di kelas/pembelajaran guru tersebut tidak diselesaikan. Kemampuan dalam penguasaan keterampilan matematis ini memang seharusnya lebih menjadi tanggung jawab guru matematika. Akan tetapi, apabila permasalahan ini terus dibiarkan maka akan sangat berdampak pada proses dan hasil pembelajaran IPA mereka. Proses pembelajaran IPA Fisika akan menjadi terhambat, sehingga hasil yang diharapkan juga tentunya tidak akan dapat dicapai dengan baik. Jadi, menyelesaikan permasalahan ini sudah pula sepantasnya menjadi bagian tugas guru IPA.
5.Kondisi ideal di dalam kelas/pembelajaran yang diharapkan oleh guru/peneliti.Kauchack dan Eggen (1993), pada saat akan mengajarkan sebuah keteraampilan kompleks, guru sebaiknya melakukan task analysis terlebih dahulu. Task anaylisis adalah kegiatan yang dilakukan saat merencanakan pembelajaran, di mana guru memecah-memecah sebuah keterampilan kompleks menjadi komponen-komponen berupa keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana berdasarkan uruta-urutan prasyarat. Perencanaan dengan melakukan task analysis ini adalah merupakan alternatif solusi terbaik yang mungkin dilakukan oleh guru IPA dalam upayanya untuk memecahkan permasalahan tersebut di atas.

Sehingga Latar Belakang akan jadi seperti ini:

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Penguasaan keterampilan matematis adalah suatu keterampilan prasyarat yang mutlak harus dimiliki oleh siswa saat mempelajari materi IPA Fisika. Keterampilan matematis yang baik akan membawa siswa menjadi pebelajar yang mampu menyelesaikan soal-soal yang mengandung perhitungan matematis. Bila kemampuan dalam penguasaan keterampilan matematis (dalam hal ini) penyelesaian hitungan-hitungan yang melibatkan berbagai macam operasi seperti penjumlahan, perkalian, pembagian dari berbagai jenis bilangan mulai dari bilangan bulat, bilangan desimal, hingga bilangan berpangkat atau pecahan tentu akan sangat membantu guru IPA Fisika dalam membelajarkan konsep-konsep yang akan diberikan.

Kenyataan di kelas VII SMP Negeri Danau Panggang, penguasaan keterampilan perhitungan matematis masih kurang baik, sehingga menyebabkan guru terhambat dalam membelajarkan konsep-konsep IPA Fisika yang harus mereka kuasai. Kenyataan ini tampak pada hasil-hasil analisis ulangan harian yang dilakukan oleh peneliti (guru IPA), di mana kebanyakan soal yang tidak bisa atau tidak sempurna dijawab oleh siswa adalah soal-soal yang melibatkan perhitungan matematis yang rumit / kompleks.

Kemungkinan penyebab permasalahan ini adalah kurangnya latihan/tugas yang tersusun dengan urutan yang baik (logis). Suatu tugas / latihan untuk mengajarkan sebuah keterampilan kompleks seperti keterampilan perhitungan matematis seharusnya diurutkan dari yang kurang kompleks menuju yang lebih kompleks, dari keterampilan perhitungan matematis yang sederhana menuju ke keterampilan perhitungan matematis yang lebih kompleks.

Kemampuan dalam penguasaan keterampilan matematis ini memang seharusnya lebih menjadi tanggung jawab guru matematika. Akan tetapi, apabila permasalahan ini terus dibiarkan maka akan sangat berdampak pada proses dan hasil pembelajaran IPA mereka. Proses pembelajaran IPA Fisika akan menjadi terhambat, sehingga hasil yang diharapkan juga tentunya tidak akan dapat dicapai dengan baik. Jadi, menyelesaikan permasalahan ini sudah pula sepantasnya menjadi bagian tugas guru IPA.

Kauchack dan Eggen (1993), pada saat akan mengajarkan sebuah keteraampilan kompleks, guru sebaiknya melakukan task analysis terlebih dahulu. Task anaylisis adalah kegiatan yang dilakukan saat merencanakan pembelajaran, di mana guru memecah-memecah sebuah keterampilan kompleks menjadi komponen-komponen berupa keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana berdasarkan uruta-urutan prasyarat. Perencanaan dengan melakukan task analysis ini adalah merupakan alternatif solusi terbaik yang mungkin dilakukan oleh guru IPA dalam upayanya untuk memecahkan permasalahan tersebut di atas.

Mudah-mudahan dengan kedua contoh (PTK : Cara Menulis Latar Belakang Masalah dan PTK : Cara Menulis Latar Belakang Masalah Bag 2) ini, anda tidak lagi mengalami kesulitan dalam menulis latar belakang masalah untuk proposal atau laporan PTK anda.

PTK : Cara Menulis Rumusan Masalah

Thursday, February 13, 2014

Menulis Rumusan Masalah PTK

Beberapa waktu yang lalu saya telah menulis bagaimana cara menulis bagian LATAR BELAKANG MASALAH pada proposal atau laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas), yaitu Cara Menulis Latar Belakang Masalah dan Cara Menulis Latar Belakang Masalah Bagian II.

Sebagaimana yang mungkin telah banyak para pendidik dan calon pendidik ketahui, bagian berikutnya yang harus ditulis bagian LATAR BELAKANG MASALAH adalah RUMUSAN MASALAH. Nah, tulisan kali ini mencoba membagi secuil pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki mengenai cara menulis Rumusan Masalah pada proposal atau laporan PTK.

Petunjuk Menulis Rumusan Masalah PTK

Sebagaimana yang ditulis oleh Sukajati (2008), bahwa pada intinya, rumusan masalah seharusnya mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Dalam merumuskan masalah PTK, ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan yang disarikan dari Suyanto (1997) dan Sukarnyana (1997). Beberapa petunjuk tersebut antara lain:
  • masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai makna ganda dan pada umumnya dapat dituangkan dalam kalimat tanya;
  • rumusan masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain;
  • rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya dengan rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut (operasional).

Selain itu, Wardhani, dkk (2007) mengingatkan bahwa Rumusan Masalah harus dirumuskan secara operasional sehingga perbaikan pembelajaran saat PTK dilaksanakan dapat terarah. Wiriatmadja (2008) menyarankan agar terhapus keraguan bahwa guru telah benar-benar memfokuskan permasalahan untuk diteliti, ada baiknya guru melakukan diskusi dengan guru teman sejawat, atau meminta bantuan dosen LPTK yang telah terbiasa menggunakan model penelitian tindakan ini.

Contoh dan Praktek Menulis Rumusan Maslah PTK

Baiklah, sekarang cukup dulu untuk teorinya, mari sekarang kita mencoba untuk menuliskan RUMUSAN MASALAH pada suatu penelitian tindakan kelas. Perhatikan contoh berikut, di mana RUMUSAN MASALAH ini ditulis sebagai kelanjutan dari LATAR BELAKANG MASALAH yang telah ditulis di sini. Pada contoh ini, proposal atau laporan PTK mempunyai 3 rumusan masalah sekaligus.

  1. Bagaimanakah aktivitas siswa kelas VII SMP Negeri 4 Danau Panggang saat mengikuti pembelajaran yang dalam perancangannya menggunakan task analysis?
  2. Bagaimanakah pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru saat melaksanakan pembelajaran yang dalam perancangannya menggunakan task analysis?
  3. Apakah penggunaan task analysis dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 4 Danau Panggang?

Perhatikan bahwa RUMUSAN MASALAH di atas disusun dalam bentuk kalimat tanya, menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan (penggunaan task analysis pada perancangan pembelajaran), dan menunjukkan hubungan jenis tindakan dengan variabel lain yang berkaitan sebagai efek pelaksanaan tindakan (dalam hal ini aktivitas siswa, pengelolaan pembelajaran oleh guru, dan yang terpenting hasil belajar siswa). Selain itu, tampak pula bahwa ketiga rumusan masalah tersebut bersifat operasional (memungkinkan untuk diuji secara empirik melalui pengumpulan data aktivitas siswa, data pengelolaan pembelajaran oleh guru, dan data nilai siswa untuk variabel hasil belajar).

Contoh berikut ini adalah contoh di mana rumusan masalah pada proposal atau laporan PTK hanya ditulis sebagai satu kalimat (tidak diurai menjadi beberapa kalimat rumusan masalah sebagaimana contoh sebelumnya di atas. Beberapa contoh RUMUSAN MASALAH PTK itu misalnya:
  1. Bagaimana cara menggunakan alat peraga, berkomunikasi dengan siswa, memberikan balikan, dan menggunakan penguatan untuk memotivasi siswa agar tertarik dengan mata pelajaran matematika? (Wardhani, dkk: 2007)
  2. Bagaimana cara membuat penjelasan lebih mudah dipahami, mengaktifkan siswa, dan menggunakan alat peraga, sehingga mampu meningkatkan prestasi siswa dalam IPS? (Wardhani, dkk: 2007).
Perhatikan, kedua contoh di atas dirumuskan dalam kalimat tanya, yang ditandai dengan akhir kalimat yang diberi tanda tanya (?) dan dimulai dengan kata tanya “bagaimana”. Beberapa narasumber PTK yang pernah saya tanya, lebih menyarankan penggunaan kata bagaimana untuk memulai rumusan masalah dibanding penggunaan kata apakah. Menurut para narasumber tersebut, kata tanya apakah cenderung hanya merujuk pada jawaban ya atau tidak, sementara kata bagaimana lebih merujuk pada jawaban yang lebih bersifat open ended yang menuntut jawaban yang lebih panjang sebagai bentuk penjelasan terhadap fokus penelitian yang dilaksanakan. Kemudian perhatikan pula, pada contoh pertama dan kedua menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain.

Pada contoh pertama, "tindakan" yang dilakukan adalah: (1) cara mennggunakan alat peraga; (2) cara berkomunikasi dengan siswa; (3) cara memberikan balikan; (4) cara menggunakan penguatan,
Pada contoh kedua, "tindakan" yang dilakukan adalah: (1) cara membuat penjelasan lebih mudah dipahami; (2) cara mengaktifkan siswa; (3) cara menggunakan alat peraga.

Variabel lain (yang menjadi sasaran perbaikan) pada contoh pertama adalah “memotivasi siswa sehingga tertarik dengan mata pelajaran matematika. Sedangkan pada contoh kedua adalah: “prestasi IPS”.

Demikian sekelumit tulisan tentang cara menulis rumusan masalah pada proposal atau laporan PTK (penelitian tindakan kelas). Rencananya, pada tulisan berikutnya, topik ini akan kembali diulas untuk memberikan contoh-contoh yang lebih banyak kepada para pembaca blog ini. Semoga bermanfaat. Salam.

Referensi:

  • Sukajati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Di SD. Pusat Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Yogyakarta. [Tersedia Online di http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/cek2.php?link=5-Penelitian-Tindakan-kelas%20SD.pdf
  • Wardhani, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.
  • Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Cara Membuat Angket Penelitian

Saturday, February 8, 2014

Membuat Angket Penelitian

Lagi bingung bagaimana cara membuat sebuah angket untuk penelitian? Ah gak usah deh. Berikut, posting kali ini mencoba memaparkan bagaimana caranya membuat sebuah angket penelitian. Penelitian apa saja yang dimaksud di sini? Penelitian yang dimaksud di sini tentu gak cuma penelitian tindakan kelas, tapi juga angket penelitian lain. Yuk kita simak. Semoga bermanfaat dan aplikatif.

3 Tahapan yang Harus Dilakukan untuk Membuat Angket Penelitian

Pada dasarnya, saat seorang peneliti ingin membuat atau mengembangkan sebuah angket penelitian, maka kegiatannya dapat dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu:
Menentukan pertanyaan apa yang ingin ditanyakanpada responden.
Menentukan tipe pertanyaan dan kata-kata yang akan digunakan dalam pertanyaan.
Mendesain layout/bentuk pertanyaan dan layout angket secara keseluruhan sebagai suatu kesatuan.
cara membuat angket penelitian
Bagaimana cara membuat angket penelitian?

Menentukan Pertanyaan

Kegiatan pertama, menentukan pertanyaan yang ingin ditanyakan kepada responden.
Tahap ini sebenarnya merupakan tahap yang amat penting dalam pembuatan angket. Pertanyaan yang akan diajukan sangat erat kaitannya dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai,atau data apa yang ingin digali dari responden. Tahap ini melibat proses berpikir kreatif seorang peneliti dikombinasi dengan memperbanyak membaca literatur untuk memuncul ide-ide yang selaras dengan tujuan penelitian. Misalnya saja, ketika seorang peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat sebuah media pembelajaran presentasi power point menarik/tidak menarik bagi siswa, maka guru yang banyak membaca tentang bagaimana presentasi yang baik dibuat akan dapat menentukan pertanyaan yang tepat menuju tujuan penelitian. Misalnya:
  1. Apakah presentasi power point yang disajikan guru tadi mempunyai desain yang menarik?
  2. Apakah presentasi power point yang disajikan guru tadi dapat terbaca dengan mudah dari tempat dudukmu?
  3. Apakah ada komponen presentasi power point, misal gambar atau animasi yang mengganggumu dalam menangkap pesan pembelajaran?
  4. Dst.
Harap diperhatikan apakah pertanyaan yang telah dipilih untuk diajukan dalam angket kata-katanya sudah tepat (dipilih dengan seksama) agar tidak menimbulkan k esalahan penafsiran oleh responden, atau meragukan, atau bermakna ganda. Jika pertanyaan diberikan dengan pilihan kata yang tidak pas, bisa jadi data yang akan diperoleh akan bias.

Menentukan Jenis Pertanyaan

Kegiatan kedua, menentukan jenis/ bentuk pertanyaan yang akan digunakan, misalnya apakah berbentuk pertanyaan terbuka atau pertanyaan tertutup. Pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban (ceklis) atau barangkali pertanyaan yang hanya meminta satu jawaban tunggal (bentuk pilihan ganda). Atau bahkan pertanyaan dengan respon jawaban dengan ranking (skor bergradasi dari skor terendah hingga skor tertinggi untuk pilihan jawaban tertentu ).

Mendesain / Layout Angket

Kegiatan ketiga, mendesain atau menentukan layout bagaimana pertanyaan disajikan, dan bagaimana layout keseluruhan angket secara utuh. Usahakan membuat desain yang menarik dari segi visual (tampilan), mudah dipahami, dan tidak menyulitkan responden untuk memberikan data (misalnya memberikan ruang yang cukup untuk menuliskan jawaban yang diminta).

Nah, semoga tulisan Cara membuat Angket Penelitian ini bermanfaat untuk Anda.

Contoh Proposal PTK : Model Pembelajaran 5E

Saturday, February 1, 2014

Contoh Proposal PTK SMP

Tulisan sebelumnya di blog sederhana http://penelitiantindakankelas.blogspot.com ini membahas tentang apa itu model pembelajaran 5E atau yang dikenal juga dengan siklus belajar 5E. Pada tulisan yang bertajuk Model Pembelajaran 5E itu telah dibahas pula betapa model pembelajaran ini cocok dengan Standar Proses pembelajaran: EEK (Eksplorasi-Elaborasi-Konfirmasi) pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), karena ketiga langkah itu teercakup pula di dalam model pembelajaran ini. Pada tulisan itu disebutkan juga beberapa kelebihan plus kekurangan dari model pembelajaran 5E (siklus belajar 5E) ini.

Proposal PTK dengan Strategi Memory Cycle

Pada tulisan kali ini, kami berupaya memberikan contoh proposal penelitian tindakan kelas (proposal ptk) yang mengusung model pembelajaran 5E ini sebagai alternatif pemecahan masalah dan menjadi dasar dilakukannya action (tindakan) untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
Contoh proposal PTK yang dimaksud di atas dapat di download pada situs ziddu dengan mangklik tautan berikut ini: Contoh Proposal PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang Menggunakan Model Pembelajaran 5E.

Demikian, semoga posting kali ini bermanfaat buat anda. Salam penelitian tindakan kelas.

Proposal PTK IPA SMP : Strategi Memory Cycle

Contoh Proposal PTK SMP

Setelah beberapa waktu yang lalu blog http://penelitiantindakankelas.blogspot.com  ini menerbitkan sebuah contoh proposal penelitian tindakan kelas (proposal ptk ) IPA SMP tentang model pembelajaran 5E maka kali ini kembali menerbitkan sebuah contoh proposal ptk tentang strategi memory cycle.

Sebelum anda mendownload contoh proposal ptk tersebut, ada baiknya anda terlebih dahulu mengenal apa itu strategi memory cycle. Sebenarnya strategi memory cycle masih tergolong ke dalam model pembelajaran siklus belajara sebagaimana model pembelajaran 5E terdahulu. Hanya saja langkah-langkah pembelajaran agak sedikit berbeda. Jika 5E mempunyai 5 langkah, maka strategi memory cycle ini terdiri dari 7 langkah.

Sintaks Strategi Pembelajaran Memory Cycle

Sprenger (2005:8) menyatakan bahwa tujuh langkah strategi memory cycle didasarkan pada ilmu neurosains (teori pemrosesan informasi). Tujuh langkah yang dapat dilakukan oleh guru dalam strategi memory cycle untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat menyimpan pengetahuannya dalam sistem memori jangka panjang (long term memory) dan dapat digunakan untuk berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi (higher-level-thinking) adalah: (1) reach; (2) reflect; (3) recode; (4) reinforce; (5) rehearse; (6) review; dan (7) retrieve seperti terlihat pada diagram berikut.
Langkah-langkah memory cycle
Langkah-langkah memory cycle




Secara garis besar, penjelasan tentang ketujuh langkah dalam strategi memory cycle adalah sebagai berikut:

a.    Reach (meraih) 

adalah langkah pertama, dimana setelah mengikuti langkah ini diharapkan peserta didik akan menjadi terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Beberapa faktor yang mempengaruhi langkah ini adalah perhatian, motivasi, dan emosi. Advanced organizer adalah salah satu alat terbaik yang dapat digunakan oleh guru sehingga dapat memperoleh perhatian, membangkitkan motivasi, dan melibatkan emosi peserta didik (Sprenger, 2005: 13-37).

b.    Reflect (merefleksi) 

adalah langkah kedua. Kunci dari tahap reflect adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membuat hubungan antara materi baru yang akan dipelajari dengan materi lama yang telah dimilikinya (Sprenger, 2005: 38).

c.    Recode (mengkode ulang) 

adalah suatu langkah yang bertujuan untuk memberikan cara-cara kepada peserta didik untuk mengorganisasikan informasi yang baru diperoleh di dalam pemikirannya sehingga mereka dapat menjadikan informasi tersebut sebagai milik mereka sendiri. Recode adalah kemampuan menangkap informasi dari berbagai sumber dan mengolahnya dalam bahasa peserta didik sendiri, dan dapat dalam bentuk gambar, simbol, gerakan badan, tertulis, atau secara lisan (Sprenger, 2005: 62).

d.    Reinforce (menguatkan) 

adalah suatu langkah di mana guru dapat menemukan apakah persepsi yang diperoleh peserta didik sudah sesuai dengan harapan guru. Melalui umpan balik, konsep-konsep yang diperoleh peserta didik dapat disempurnakan. Langkah ini memberikan kemungkinan kepada guru untuk memperbaiki miskonsepsi yang mungkin terbentuk sebelum tersimpan dalam sistem memori jangka panjang dengan cara mengajarkan ulang materi terkait miskonsepsi tersebut (Sprenger, 2005:81).

e.    Rehearse (melatih kembali) 

adalah kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan elaborasi sehingga informasi yang mereka peroleh dapat disimpan sebagai konsep dalam sistem memori jangka panjang. Cara-cara yang dapat digunakan dalam langkah ini adalah melalui berpikir tingkat tinggi seperti mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan sebagainya (Sprenger, 2005:100-122).

f.    Review (meninjau ulang)

Pada langkah ini diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan informasi yang telah mereka simpan dalam sistem memori jangka panjang (long term memory) untuk digunakan dalam sistem memori kerja (working memory), dan produk manipulasinya dapat disimpan kembali ke sistem memori jangka panjang. Pada langkah ini guru dapat mengecek ketepatan informasi yang telah tersimpan, mencocokkan review dengan penilaian yang akan dilakukan, setelah diberikan kesempatan kepada peserta didik pada tahap rehearse (tahapan ke-5), untuk dapat menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher level thinking skills) seperti menganalisis, mengevaluasi, dan mensintesis (Sprenger, 2005:129).

g.    Retrieve (mendapatkan kembali) 

adalah langkah ketujuh (terakhir). Langkah retrieve sebenarnya adalah sebuah langkah yang bersifat universal (semua orang melakukannya), yaitu suatu kemampuan untuk mengeluarkan memori yang telah peserta didik simpan. Berbagai tipe assessmen (penilaian) dapat digunakan pada langkah ini sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan kembali informasi yang telah mereka miliki dari langkah-langkah sebelumnya (Sprenger, 2005:141).

Link Download Proposal PTK


Silakan download PROPOSAL PTK ini di ziddu melalui link berikut:http://www.ziddu.com/download/20046982/proposalptkipasmp-suhadi.pdf.html


Guru-Guru dari MGMP IPA SMP Kabupaten Hulu Sungai Utara Menulis PTK

Menulis PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Sudah lebih seminggu ini guru-guru IPA SMP di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang tergabung dalam MGMP IPA SMP Kab. Hulu Sungai Utara berhadir setiap hari di SMPN 4 Amuntai yang merupakan sekolah inti MGMP. Mereka berkumpul dari tanggal 26 Juli hingga hari ini 4 Agustus 2012, untuk mengikuti kegiatan MGMP yang pendanaannya bersumber dari bantuan dana pengembangan karir PTK Dikdas untuk MGMP SMP tahun 2012.

Dana yang berjumlah Rp. 28.000.000,- (dua puluh delapan juta rupiah)  tersebut dialokasikan untuk berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta MGMP tentang pengembangan karir PTK, publikasi ilmiah, penyusunan proposal karya tulis, pembuatan instrumen penelitian, pengolahan dan penganalisisan data penelitian, hingga pembuatan laporan hasil penelitian dan artikel jurnal.

Kegiatan tersebut diikuti oleh 30 orang guru anggota MGMP IPA tingkat SMP se Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kegiatan dilakukan dalam dua tahap dan seluruhnya berbentuk workshop, di mana peserta bekerja secara individual untuk mencapai tujuan kegiatan tersebut dengan didampingi oleh 2 orang guru inti MGMP, yaitu Maulida Hayati, M.Pd. dan H. Suhadi, M.Pd.

Pada tahap pertama yang dilaksanakan sebagai 8 kali pertemuan, diharapkan peserta mampu membuat sebuah proposal PTK (atau jenis penelitian lainnya dibidang pembelajaran IPA) lengkap dengan instrumen penelitian. Sebelumnya mereka telah dibekali dengan pemahaman tentang pengembangan karir PTK (pendidik dan tenaga kependidikan) yang disajikan oleh pengawas rumpun mata pelajaran IPA Kab. Hulu Sungai Utara, Bapak H. Misran BK, S.Sos, M.Pd.
menulis proposal ptk
Suasana kegiatan menulis ptk 1
Tahap kedua yang berakhir pada hari ini (4 Agustus 2012), telah berhasil mencapai tujuan yang diharapkan dimana guru-guru IPA telah selesai membuat proposal penelitian (kebanyakan berupa penelitian tindakan kelas) lengkap dengan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), dan instrumen penggali data berupa alat evaluasi (tes) dan lembar observasi.
menulis proposal ptk 2
Suasana kegiatan menulis ptk 2
Para peserta MGMP ini nantinya diharapkan setelah rehat dari kegiatan MGMP tahap I dan masuk kembali ke sekolah setelah libur Idul Fitri nanti sudah siap melaksanakan penelitian di sekolah masing-masing dan mengambil data yang dibutuhkan. Direncanakan mereka akan kembali mengikuti kegiatan MGMP pada bulan September untuk mengolah data, menggarap laporan penelitian, dan menulis artikel jurnal.

Kiat Memperlancar Menulis PTK

Saturday, January 25, 2014

menulis laporan ptk
Bagaimana memperlancar penulisan laporan ptk anda?

Kiat Memperlancar Menulis PTK

Banyak pemula dalam ranah penelitian tindakan kelas atau ptk yang ternyata mengalami hambatan saat mulai menulis tentang penelitiannya, apakah itu proposal atau laporannya. Bagaimana cara mengatasi hal ini? Berikut ini diberikan beberapa kiat sederhana yang mungkin dapat mempercerah anda:

Mulailah sekarang juga!

Bila anda berpikir untuk menulis tentang penelitian tindakan kelas atau ptk yang anda akan lakukan atau sedang anda lakukan, maka segeralah tulis. Jangan tunda hingga ide tulisan menghilang dari pikiran anda. Ide bisa datang kapan saja, karena itu bila ia menjelma menjadi kalimat-kalimat di pikiran anda, segeralah tuliskan. Bila anda merasa anda sesuatu yang harus ditulis, mulailah sekarang juga.

Membacalah!

Anda dapat memperoleh berbagai pengetahuan baru tentang apa yang sedang anda teliti melalui bahan bacaan. Kegiatan membaca adalah kegiatan wajib yang harus seorang peneliti lakukan. Dengan beragam informasi yang diperoleh melalui bahan bacaan, maka anda akan punya banyak bahan untuk dituliskan dalam proposal atau laporan penelitian tindakan kelas atau ptk anda.

Memutar musik

Banyak orang beranggapan ketika sedang bekerja (dalam hal ini menulis tentang penelitian tindakan kelas atau ptk ada), tidak baik berbising-bising menyetel musik. Anggapan ini memang benar jika anda menyetel musik terlalu keras. Sebenarnya memutar musik juga dapat meningkatkan konsentrasi dan membentuk suasana menjadi nyaman. Caranya, putar musik berirama santai, lembut, dan bukan lagu favorit yang suka anda nyanyikan. Setel volume dalam batas samar-samar, sehingga musik menjadi kesatuan dengan suasana ruangan di mana anda sedang menulis laporan atau proposal ptk anda.

Manajemen kegiatan anda

Menulis sebuah penelitian tindakan kelas (ptk) juga memerlukan manajemen. Anda harus memecah-mecah kegiatan penulisan anda agar dapat berjalan secara efektif. Anda bisa membagi kegiatan penulisan dan pencarian bahan, serta membaca literatur dengan baik apabila anda memanajemennya dengan baik. Tulisan-tulisan andapun dapat dimanajemen dengan baik.

Gunakan warna

Kadang-kadang menulis laporan atau proposal penelitian tindakan kelas dapat membosankan atau bahkan membuat frustasi. Gunakan warna-warna tertentu untuk draft penulisan anda di laptop atau komputer, paling tidak dengan cara ini mata anda akan menjadi tidak mudah lelah dan bahkan warna-warna dapat dijadikan kode-kode tertentu untuk memanajemen tulisan anda. Misalnya, tulisan berwarna hitam menunjukkan bahwa tulisan itu sudah pas dan tidak memerlukan pengeditan. Tulisan berwarna merah masih menunjukkan bahwa tulisan agak kacau dan perlu revisi atau penyusunan kalimat yang lebih baik, atau menunjukkan bahwa tulisan di bagian tersebut masih perlu dikembangkan, dsb.

Bicaralah dengan teman di sekitar meja anda di ruang guru

Berbicara dengan teman sejawat tentang kegiatan penulisan penelitian tindakan kelas yang kita lakukan dapat kembali meningkatkan motivasi kita untuk “kembali” menulisnya, karena dengan bicara dengan teman akan membuat kita merasa “bertanggungjawab” untuk segera menyelesaikan kegiatan menulis yang kita lakukan. Selain itu, jika kita bicara dengan teman yang telah atau sering melakukan penelitian tindakan kelas, akan memberi kita pengalaman-pengalaman atau trik-trik tertentu yang dapat kita gunakan untuk menyelesaikan tulisan proposal atau laporan ptk kita.

Pilihlah waktu yang pas.

Menulis laporan atau proposal penelitian tindakan kelas membutuhkan waktu khusus. Waktu khusus yang dimaksud di sini sederhana saja. Maksudnya carilah waktu yang sekiranya saat anda sedang menulis tidak akan terganggu oleh hal-hal lain yang dapat merusak konsentrasi anda. Ada orang yang suka menulis sebelum tidur, atau sehabis bangun tidur di waktu shubuh. Bukankah kedua waktu itu memungkinkan anda menulis dengan tenang dan nyaman? Dan, anda mungkin punya waktu khusus sendiri, karena tiap-tiap orang bisa berbeda.

Selingi dengan olahraga

Terlalu lama menulis di depan komputer atau laptop membuat pikiran anda dapat buntu. Karena itu, carilah penyegaran misalnya dengan melakukan olahraga. Berolahraga akan memperlancar aliran darah ke otak dan membuat pikiran anda kembali segar, ide-ide bagaimana menuliskan apa yang ada di kepala anda akan lebih mudah diperoleh.

Demikian tips atau kiat untuk memperlancar menulis ptk dari blog penelitian tindakan kelas (ptk) dan model pembelajaran. Semoga dapat membantu Anda.

Langkah-Langkah Menulis PTK

laporan ptk
Apa saja langkah-langkah yang dapat dilakukan selama menulis laporan atau proposal ptk?

Langkah-Langkah Menulis PTK

Tulisan kali ini sebenarnya lebih bersifat umum (general) tentang bagaimana langkah-langkah yang dapat dilakukan seorang guru atau mahasiswa calon guru untuk menulis sebuah laporan penelitian tindakan kelas. Berikut langkah-langkah yang dimaksud:

Pengembangan Gagasan

Sebagaimana tulisan lain, proposal atau laporan ptk (penelitian tindakan kelas) juga ditulis berdasarkan adanya gagasan (ide). Gagasan atau ide tentang ptk atau penelitian tindakan kelas dapat diperoleh oleh seorang guru atau mahasiswa calon guru ketika membaca suatu literatur dan mengkoneksikan dengan permasalahan yang terjadi di dalam kelasnya. Atau sebaliknya, ketika merasa ada suatu masalah dalam pembelajaran di kelasnya, seorang guru akan mencoba mencari tahu lewat referensi-referensi tertentu tentang bagaimana kemungkinan yang dapat diambil untuk memecahkan masalah tersebut. Nah, dari adanya masalah dan strategi pemecahan masalah yang mungkin dipilih inilah gagasan penulisan proposal atau leporan penelitian tindakan kelas (ptk) dapat dikembangkan.

Merencanakan Naskah

Naskah proposal atau laporan ptk perlu direncanakan terkait untuk tujuan apa ditulis, bila kita melakukan sebuah penelitian tindakan kelas untuk mengikuti suatu lomba, maka perlu direncanakan naskah yang ditulis harus sesuai dengan format-format tertentu yang biasanya diminta oleh penyelenggara. Jika kita menulis ptk hanya untuk memperoleh angka kredit kenaikan pangkat, maka format penulisan mungkin dapat sedikit lebih bebas, tetapi tetap dalam koridor tulisan ilmiah bentuk laporan. Kita juga dapat merencanakan sedari awal, berapa halaman yang akan kita tulis, dan lampiran-lampiran apa saja yang nantinya perlu kita siapkan untuk dimasukkan sebagai bahan proposal atau laporan ptk tersebut.

Mengembangkan paragraf dan penulisan draft

Setelah naskah direncanakan dengan baik hingga ke bab-bab dan subbab-subbab apa yang akan kita tulis, maka langkah selanjutnya adalah menulisan pokok-pokok pikiran dari setiap bagian itu sehingga proposal atau laporan ptk kita secara menyeluruh mempunyai kerangka yang utuh dan sinambung. Pokok-pokok pikiran dari setiap bagian bab dan subbab selanjutnya perlu dikembangkan sehingga terbentuk paragraf-paragraf yang saling anyam membentuk kesatuan utuh, tidak kontradiktif antara satu bagian dengan bagian lainnya. Dan tentu saja tetap bersifat ilmiah, yang dapat terlihat dari pemilihan kata-kata atau literatur yang digunakan saat pengembangan paragraf-paragraf dari setiap bagian proposal atau laporan ptk itu.

Meminta masukan teman sejawat

Draft yang telah kita kembangkan berdasarkan pokok-pokok pikiran yang menjelma menjadi paragraf-paragraf tadi selanjutnya perlu dibaca oleh orang lain. Orang yang paling tepat untuk membaca adalah teman sejawat anda, atau ahli di bidang penelitian tindakan kelas, atau praktisi pendidikan. Meminta masukan dari mereka sangat penting untuk mengecek adakah anda berbeda pendapat dengan mereka? kenapa ada perbedaan pendapat? Apakah ada hal-hal penting lain pada aspek-aspek tertentu di penelitian anda yang belum terpikirkan sama sekali oleh anda dan penting untuk dimasukkan sebagai elemen tulisan anda? Atau bahkah anda memerlukan kritikan dari mereka.

Memperbaiki draft

Setelah mempertimbangkan saran-saran dari orang lain yang telah membaca proposal atau laporan penelitian tindakan kelas anda, maka langkah berikutnya adalah memperbaiki draft awal tersebut sehingga akan lebih menyempurnakannya. Tidak ada tulisan (dalam bentuk apapun termasuk karya ilmiah berupa ptk) yang sekali tulis langsung jadi. Semuanya memerlukan revisi, revisi, dan revisi.

Sentuhan akhir

Setelah tulisan berupa laporan atau proposal penelitian tindakan kelas anda ditulis dengan lengkap, dengan memerhatikan masukan-masukan dari orang-orang yang telah anda pilih, maka langkah terakhir adalah sentuhan akhir. Pada langkah terakhir ini, anda perlu menuliskan halaman-halaman tambahan yang perlu dan harus dimasukkan ke dala tulisan anda, misalnya kata pengantar, halaman persembahan, dan halaman-halaman lain yang mungkin ingin anda sisipkan. Selain itu, sekali lagi anda harus mengecek tata penulisan agar sesuai dengan eyd (ejaan yang disempurnakan), karena proposal atau laporan ptk yang anda buat adalah tulisan ilmiah yang harus menggunakan bahasa baku dan tata penulisan yang baik dan benar.

Cara Mendukung Gagasan dalam Karya Tulis

karya tulis ilmiah
Bagaimana Cara Mendukung Gagasan dalam Karya Tulis Ilmiah Anda?

Cara Mendukung Gagasan dalam Karya Tulis

Saat menulis ptk (penelitian tindakan kelas), baik dalam bentuk proposal atau laporan, seringkali kita harus menulis sedemikian rupa sehingga pembaca yang nantinya membaca karya tulis ilmiah kita akan memahami alur pemikiran kita, dan meyakini apa yang kita tulis memang benar adanya. Dan, seringkali pula dalam karya tulis ilmiah kita tersebut, kita harus mengusung suatu gagasan atau pendapat. Nah, untuk menuliskan hal ini tidaklah mudah. Masalah yang sering dihadapi oleh penulis pemula yaitu cara meyakinkan orang yang membaca tulisannya sehingga percaya hal-hal yang ditulis/ dikemukakan penulisnya. Banyak penulis menemui kesulitan untuk membuat yakin pembaca karena gagasan yang diusungnya tidak atau kurang didukung olehpenjelasan yang konkret.

Cara Mendukung Gagasan

Ada 4 cara yang dapat dilakukan seorang penulis untuk mendukung gagasan yang diusungnya pada tulisannya, yaitu (1) menampilkan contoh; (2) memberi ilustrasi; (3) memasukkan kutipan; dan (4) memaparkan data.

Menampilkan contoh dan memberi ilustrasi 

Keduanya merupakan cara termudah yang dapat dilakukan seorang penulis untuk mendukung gagasannya. Untuk ini, penulis dapat mengambil contoh atau ilustrasi dengan mencari informasi dari perpustakaan, atau lebih mudah lagi dengan memberi contoh-contoh dari pengetahuan yang dipunyainya dan pengalaman hidupnya. Lain dari pada itu, menampilkan contoh dan memberi ilustrasi suatu gagasan berdasarkan peristiwa yang didasarkan pada pengalaman nyata biasanya akan membentuk tulisan yang menarik untuk dibaca.

Tetapi, untuk hal tersebut di atas perlu dingat bahwa ada 2 hal yang perlu mendapat perhatian: (1) teknik mendukung gagasan dengan cara ini dianggap teknik paling lemah, oleh sebab itu penulis sangat perlu untuk hati-hati jika menggunakan teknik ini; (2) harus dicamkan, bila contoh atau ilustrasi yang diambil memang merupakan contoh dan ilustrasi yang representatif (mewakili dengan baik gagasan yang diusung).

Data berupa angka-angka atau paparan statistik seringkali sukar disajikan oleh penulis, tetapi cara ini adalah cara terbaik untuk memperkuat gagasan ilmiah yang diusung penulis. Relevansi data, biar bagaimanapun harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum data dipaparkan kepada pembaca.

Memasukkan Kutipan

Cara yang juga sangat penting dalam penulisan karya tulis ilmiah, untuk tujuan memperkuat dan mendukung gagasan penulis, adalah dengan menggunakan kutipan (memasukkan kutipan). Kesulitan teknik untuk mendukung gagasan dengan cara ini tergolong relatif. Penulis harus dapat mempertimbangkan pernyataan siapa yang dikutip dan bagaimana memperoleh sumber yang cocok dan pas agar mendapatkan kutipan yang betul-betul diharapkan memenuhi syarat. Teknik memasukkan kutipan ini sangat perlu diusahakan oleh sebab dukungan terhadap gagasan dianggap paling kuat dibanding dengan teknik paparan data atau statistik.

Jenis Kutipan

Dalam penulisan, ada bentuk kutipan yang dapat digunakan, meliputi: (1) kutipan langsung; dan (2) kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah kutipan yang diambil persis sama sebagaimana sumber asal dengan tidak mengubah susunan kalimatnya. Kutipan langsung dalam karya tulis diberi tanda kutip (tanda baca berupa tanda kutip ”.....”). Sementara kutipan tidak langsung dalam penulisannya pada naskah karya tulis tidak membutuhkan tanda kutip.

Bentuk gramatika yang digunakan pada kutipan merupakan frase atau kaluasa berisi laporan informasi pinjaman dari sumber lain. Contoh frase yang sering digunakan untuk menyatakan kutipan langsung atau tidak langsung misalnya:
..............mengatakan (bahwa)................
..............melaporkan (bahwa)................
..............mempertahankan (bahwa)................
..............menyebutkan (bahwa)................
..............menyatakan (bahwa)................
Menurut................
Sebagaimana dinyatakan oleh..................
Sesuai dengan.................
Dilaporkan oleh...................

3 Aspek yang Harus Diperhatikan dalam Membuat Kutipan

Bila penulis mengutip pendapat penulis lain, maka terdapat 3 aspek yang patut dijadikan perhatian. Kesatu, kutipan hatus akurat, baik pada kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung. Arti dan makna harus sesuai dengan makna aslinya. Bila penulis menghilangkan beberapa kata, dengan maksud dan anggapan karena hal tersebut tidak berguna, maka perlu dibubuhkan tanda elips, yaitu tiga titik (...) atau kelipatannya (......), (.........) agar menunjukkan bahwa ada bagian-bagian atau kata-kata yang tidak dicantumkan.

Kedua, bila penulis mempunyai alasan kuat untuk membubuhkan beberapa kata baru, maka penambahan kata-kata tersebut harus diletakkan di antara dua kurung persegi [] sebagai penanda bahwa kata-kata atau bagian tersebut merupakan tambahan dari penulis itu sendiri.

Ketiga, saat mengutip pendapat penulis lain, dilarang keras mengubah makna dan arti dari pendapat tersebut. Lalu, jangan lupa memberi tanda sesuai dengan tanda baca yang tepat sesuai eyd (ejaan yang disempurnakan).

Ciri Paragraf yang Baik dalam Sebuah Karya Tulis Ilmiah

menulis paragraf yang baik
Bagaimanakah menulis sebuah paragraf ilmiah yang baik?

Ciri Paragraf yang Baik

Dalam menulis proposal atau laporan ptk (penelitian tindakan kelas), tentunya tak lepas dari menuliskan karya ilmiah tersebut dalam paragraf-paragraf. Bermutu tidaknya sebuah karya tulis dapat dilihat dari susunan paragraf yang dibentuk oleh seorang penulis. Dalam kaitan ini, kita dapat mengenali atau mencek kembali apakah paragraf-paragraf yang ditulis sudah bagus strukturnya atau belum. Paragraf yang baik mempunyai 3 ciri yang akan membedakannya dari paragraf yang kurang atau tidak baik pada sebuah karya tulis ilmiah. Ketiga ciri paragraf yang baik itu adalah: (1) lengkap; (2) utuh; dan (3) runtut.

Paragraf yang Lengkap

Pertama, ciri paragraf yang baik adalah lengkap. Yang dimaksud lengkap di sini, sebuah paragraf berisi komponen-komponen yang dibutuhkan guna mengutakan suatu pokok pikiran secara lengkap. Komponen yang dibutuhkan dalam sebuah paragraf meliputi kalimat utama (kalimat topik), kalimat-kalimat pendukung, dan kalimat penyimpul. Kalimat utama atau kalimat topik memiliki gagasan dasar, atau ide pokok, yang mana bagian inilah yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah paragraf lengkap. Kalimat utama atau kalimat topik tidak Cuma berisi topik yang ada pada paragraf tetapi pun memberikan pembatas masalah yang dibahas pada paragraf tersebut. Masalah yang dibatasi itu merupakan pengendali ide pada sebuah paragraf.

Perhatikan contoh berikut:

Kalimat utama atau kalimat pokok:

“Melakukan mengamati secara teliti merupakan salah satu keterampilan dasar yang dibutuhkan saat mempelajari sains.”

Topik yang dibahas dalam paragraf dengan kalimat utama atau kalimat pokok demikian adalah “keterampilan mengamati”, sementara pengendali ide adalah “salah satu keterampilan dasar yang dibutuhkan saat mempelajari sains”. Nah, pengendali ide inilah yang musti dijelaskan. Penjelasan harusnya akan terpancar dari kalimat-kalimat pendukung yang tidak boleh menjauh dari ide pokok atau ide utama tersebut di atas. Maka, mungkin kita akan menulis kalimat-kalimat penunjang sebagai berikut:

Semua ilmu pada bidang sains diperoleh melalui pengamatan. Beranjak dari pengamatan, maka dapat dilakukan suatu penafsiran atau prediksi. Eksperimen atau percobaan yang tentu saja melibatkan proses pengumpulan data hanya dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan.

Kalimat Penyimpul :

Contoh paragraf di atas kemudian ditutup dengan sebuah kalimat penyimpul yang berfungsi sebagai peringkas dalam bentuk komentar. Maka, seperti contoh di atas, lengkaplah 3 unsur yang dibutuhkan untuk menyusun suatu paragraf lengkap, yang terdiri atas kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penunjang, dan kalimat penyimpul.

Paragraf yang Utuh

Kedua, ciri paragraf yang baik pada sebuah karya tulis ilmiah adalah adanya keutuhan. Keutuhan sebuah paragraf dapat dibentuk bila pada paragraf tersebut hanya dibahas sebuah gagasan utama (gagasan dasar, ide pokok).

Paragraf yang Runtut

Ciri ketiga paragraf yang baik pada karya tulis ilmiah adalah adanya suatu keruntutan (koherensi/kepaduan). Keruntutan sebuah paragraf ditunjukkan dengan adanya kekompakan yang terbetuk sebagai hubungan antar kalimat yang saling runtut. Hal ini penting agar paragraf-paragraf tersebut menjadi mudah, dan enak dibaca, serta mudah dipahami. Paragraf yang runtut dapat dibuat dengan cara: (1) menulis kalimat-kalimat pendukung dengan tata susunan dan urutan yang logis; (2) menghubungkan gagasan dalam paragraf dengan “pemandu” (dikenal dengan istilah penanda transisi).

Perhatikan contoh:
Ide pengendali “perlunya pengamatan” pada contoh paragraf di atas didukung dengan menampilkan contoh yang disusun secara logis yaitu ......., ........, ....... Seterusnya, ide-ide pendukung itu disambungkan dengan pemadu  seperti ‘di samping itu’, ‘oleh karena itu’, dan sebagainya.

Demikian tulisan tentang ciri paragraf yang baik dalam sebuah karya tulis ilmiah, semoga bermanfaat. Terus ikuti tulisan-tulisan kami di blog penelitian tindakan kelas (ptk) dan model pembelajaran ini. Salam.

Cara Menulis Kutipan dan Acuan pada Karya Tulis Ilmiah

cara menulis kutipan dan acuan
Bagaimana cara menulis kutipan dan acuan?

Cara Menulis Kutipan dan Acuan pada Karya Tulis Ilmiah

Artikel cara menulis kutipan dan acuan ini cukup penting, walaupun sering diabaikan oleh beberapa penulis pemula. Pencirian karya tulis ilmiah (KTI) misalnya laporan ptk (penelitian tindakan kelas), yaitu disajikannya gagasan atau ide orang lain dalam upaya memperkuat dan memperkaya gagasan penulisnya. Gagasan yang sudah pernah diungkapkan oleh orang lain itu kemudian dapat diacu (menjadi acuan atau rujukan), dan selanjutnya sumber acuan itu harus dimasukkan ke dalam Daftar Pustaka. Penulisan Daftar Pustaka ini harus lengkap dan bersesuaian dengan acuan yang dimuat pada karya tulis itu. Maksudnya, sumber yang telah dicantumkan pada bagian Daftar Pustaka betul-betul telah pula digunakan sebagai bahan rujukan dalam artikel atau laporan. Pun demikian balikannya, bila suatu acuan digunakan sebagai rujukan padaartikel atau laporan, maka pada Daftar Pustaka sumber acuan itu wajib dicantumkan. Sebagai wujud tanggungjawab kualitas artikel atau laporan, biasanya sumber yang dijadikan kepustakaan (pada Daftar Pustaka) harus cukup memadai jumlahnya. Daftar Pustaka ini kemudian disusun berurutan secara alfabetis dan penulisannya harus menyesuaikan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan (selingkung).Lalu bagaimanakah cara menulis kutipan dan acuan dalam karya tulis ilmiah anda?

Cara Menulis Kutipan

Cara menyajikan gagasan orang lain untuk memperkuat gagasan penulis dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Sebaiknya pengutipan dilakukan secara tidak langsung (lebih dianjurkan), yaitu dengan cara menulis ringkasan atau simpulan gagasan yang ingin dikutip tadi.

Perhatikan contoh-contoh di bawah ini untuk melihat bagaimana kutipan langsung dan kutipan tidak langsung ditulis pada artikel atau laporan karya ilmiah.

Kutipan langsung:

Lebih lanjut lagi Suharno menjelaskan bahwa kecepatan terdiri dari tiga macam, yaitu:
Sprinting speed adalah kemampuan untuk bergerak ke depan dengan kekuatan maksimal dan kecepatan yang setinggi mungkin.
Speed of movement adalah kemampuan suatu kontraksi semaksimal mungkin sebuah otot atau segerombolan otot dalam suatu gerakan yang terputus.
Reaction of speed adalah kemampuan suatu otot atau segerombolan otot untuk bereaksi secepat mungkin temponya setelah mendapat rangsangan (Suharno, 1973:23).

Kutipan tidak langsung:

Suharno (1973) menyatakan bahwa kecepatan terdiri dari gerakan ke depan sekuat tenaga dan semaksimal mungkin, kemampuan gerakan kontraksi putus-putus otot atau segerombolan otot, kemampuan reaksi otot atau segerombolan otot dalam tempo cepat karena rangsangan.

Perhatikan sekali lagi, kutipan langsung tidak disarankan, tetapi lebih disarankan untuk menggunakan kutipan tidak langsung.

Cara Menulis Acuan

Acuan merupakan penulisan sumber gagasan di dalam teks dengan maksud sebagai:
Pengakuan kepada penulis gagasan awal bahwa penulis telah meminjam, bukan menjiplak atau memplagiat.
Memberitahukan kepada khalayak pembaca karya tulis artikel atau laporan penelitian tentang dari siapa atau darimana gagasan tersebut diambil.

Sebuah acuan dalam artikel ilmiah atau laporan penelitian berisikan nama penulis yang tulisannya telah dikutip, tahun ditulis, ditambah atau tanpa ditambah nomor halaman di mana gagasan tersebut dirujuk atau dikutip. Nama penulis gagasan yang dikutip hanya nama belakang (nama akhir). Acuan ini dapat dituliskan pada bagian  tengah atau akhir kalimat kutipan. Cara menuliskan acuan adalah dengan menulis nya secara terpisah dari kalimat kutipan melalui tanda kurung buka dan kurung tutup. Perhatikanlah contoh-contoh kemungkinan cara menuliskan acuan di bawah ini:

Acuan dengan 1 orang penulis:


Karya tulis ilmiah adalah tulisan faktual yang digunakan penulisnya untuk memberikan suatu pengetahuan atau informasi kepada orang lain (Riebel, 1978:1).

Atau

Karya tulis ilmiah adalah tulisan faktual yang digunakan penulisnya untuk memberikan suatu pengetahuan atau informasi kepada orang lain (Riebel, 1978).

Atau

Menurut Riebel (1978:1), karya tulis ilmiah adalah tulisan faktual yang digunakan penulisnya untuk memberikan suatu pengetahuan atau informasi kepada orang lain.

Acuan dengan 2 orang penulis pada 1 karya:


Contoh:
Karya tulis ilmiah adalah tulisan faktual yang digunakan penulisnya untuk memberikan suatu pengetahuan atau informasi kepada orang lain (Ray dan Lambert, 1980).

Acuan dengan 2 orang penulis pada 2 karya berbeda:


Contoh:
Karya tulis ilmiah adalah tulisan faktual yang digunakan penulisnya untuk memberikan suatu pengetahuan atau informasi kepada orang lain (Richards, 1991; Tabott, 1998).

Acuan dengan penulis lebih dari 2 orang: cukup ditulis nama belakang penulis pertama, sedangkan penulis lainnya ditulis sebagai ‘dkk’ (dan kawan-kawan).


Contoh:
Membaca adalah kegiatan interaksi antara pembaca dengan penulis yang kehadirannya diwakili oleh teks (Sumitro dkk, 2011).

Demikian cara menulis kutipan dan acuan dalam karya tulis ilmiah. Semoga bermanfaat.

Cara Menulis Daftar Pustaka

daftar pustaka
Bagaimana cara menuliskan daftar pustaka pada karya ilmiah anda?

Cara Menulis Daftar Pustaka

Bila saat ini anda sedang menulis proposal ptk atau laporan ptk, atau karya tulis ilmiah lainnya, maka salah satu bagian penting dari karya tulis itu adalah pencantuman daftar kepustakaan atau daftar referensi yang dimuat dalam bentuk daftar pustaka. Lazimnya daftar pustaka dicantumkan setelah bab kesimpulan dan saran. Untuk menulis daftar pustaka sendiri ada tata aturan yang harus dipenuhi. Berikut ini blog http://penelitiantindakankelas.blogspot.com akan membagi cara bagaimana menulis daftar pustaka.

Daftar pustaka adalah daftar karya tulis yang digunakan atau dimanfaatkan oleh penulis selama menyusun karya tulisnya lalu kemudian karya tulis tersebut digunakannya sebagai acuan. Pada setiap karya ilmiah, daftar pustaka harus ada sebagai bukti keberadaan sumber acuan. Beberapa aturan umum yang digunakan untuk menulis daftar pustaka adalah sebagai berikut:

Cara Menulis Nama pengarang/penulis

Berkaitan dengan nama pengarang, selalu ditulis tanpa gelar dengan mendahulukan nama belakang. Setelah nama belakang ditulis, lalu diberi tanda koma (,) baru kemudian disambung dengan nama depan. Sementara untuk nama Cina penulisannya tidak perlu dibalik karena pada nama Cina nama keluarga (marga) sudah diletakkan di depan.

Contoh:
Nama SebenarnyaCara Menuliskannya
Abdul MajidMajid, Abdul
Selamat Hadi WiyonoWiyono, Selamat Hadi
Kim Jung IlKim Jung Il

Bila pengarang/penulis lebih dari dua orang Apabila kita menggunakan literatur dari karya tulis dengan pengarang lebih dari dua orang, maka hanya nama pengarang pertama yang ditulis. Nama-nama pengarang lainnya digantikan dengan ‘dkk’.

Contoh:
Nama Pengarang Lebih dari DuaCara Menuliskannya
Kendal B. Taft, John G. McVernon, Charles Siegel, Donna O’Brien, dan Timothy HoustonTaft, B. Kendal dkk

Cara Menulis Tahun Penerbitan

Tahun penerbitan dituliskan di belakang nama pengarang, setelah tanda titik (.).

Cara Menulis Judul Buku 

Tuliskan judul buku dengan dicetak miring (italic), kemudian setiap awal kata ditulis dengan huruf kapital. Judul ditulis setelah tanda titik (.) di belakang tahun penerbitan, kemudian diakhiri pula dengan tanda titik (.).

Cara Menulis Judul Artkel 

Penulisan judul artikel mempunyai tatacara yang berbeda dengan penulisan judul buku. Bilamana judul buku ditulis dengan huruf kapital di awal setiap kata, maka untuk judul artikel, huruf kapital hanya digunakan pada huruf awal kata permulaan dari judul artikel saja.

Contoh:
.JudulCara Menuliskannya
BukuDeveloping MindsDeveloping Minds
ArtikelHow To Teach Students So RememberHow to teach so students remember

Cara Menulis Kota Tempat Buku Diterbitkan dan Nama Penerbit 

Setelah judul, dibelakang tanda titik (.) dituliskan nama kota tempat buku diterbitkan kemudian beri tanda titik dua (:) lalu tulis nama penerbit, dan akhiri dengan tanda titik.

Contoh:
Banjarmasin: Alifa Alternatif Media.

Agar lebih jelas mengenai tata aturan penulisan daftar pustaka ini, perhatikan pula contoh-contoh berikut ini:

Cara Menulis Karya Individual dari Internet: 

Hithcoock, S. 1996. A Survey of STM Online Journals. 1990-95: The Calm Before The Storm, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey.html, diakses 12 Juni 2012).

Cara Menulis Artikel dari Jurnal di Internet: 

Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), Jilid 5, Nomor 4, (http://www.malang.ac.id, diakses 14 Juli 2012).

Buku dengan satu pengarang:

Sampurno, Adi. 2012. Gejala-Gejala Keracunan Pada Anak Balita. Jakarta: Insan Cendekia.

Buku dengan dua pengarang:

Jalal, Abdul dan Kisman, Muhammad. 2011. Pendidikan Karakter untuk Pelajar-Pelajar Indonesia. Surakarta: Obor Pendidikan.

Buku dengan pengarang lebih dari dua:

Luminto, Herry Asman. 2009. Menggugah Nurani Penguasa Dan Birokrat Di Negeri Tikus. Jakarta: Pena Buana.

Artikel dalam buku dengan editor (penyunting):

Alwright, R. 1998. Language learning through communication practice. Dalam C.J. Broomfit dan K. Johnson (peny,). The Communicative Approach to language Teaching. Oxford, England: Oxford University Press, 167 – 182.

Artikel dari jurnal:

Elisa, Nahdiatul. 2012. Penerapan metode bermain peran dalam pembelajaran matematika di SDN Pinang Seratus. Jurnal PTK Guru Indonesia, 15-20.

Makalah:

Pakpahan, J. 1994. Pendidikan sistem ganda pada sekolah kejuruan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dan Temu Karya VII Forum Komunikasi FPTK/JPTK se-Indonesia di IKIP Surabaya (Tidak Diterbitkan). IKIP Surabaya.

Artikel dari Surat Kabar/Koran:

Lopa, baharuddin. 1987. Boutros-Boutros Ghali dan Penegakan HAM. Jawa Pos. Sabtu Wage 4 Januari 1987, hlm 4.

Publikasi Pemerintah dengan Pengarang:

Abdullah, A. 1983. Pendidikan Umum dan Pendidikan Kejuruan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Publikasi Pemerintah tanpa pengarang:

Dikdasmen. 1993. Data/Informasi Keadaan SLB Negeri dan Swasta. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Skripsi/Tesis/Disertasi:

Marisha, Caca. 2011. Kemampuan Siswa Kelas VIIB dalam Berhitung Bilangan Bulat: Sebuah Penelitian Tindakan Kelas (Skripsi S1 Tidak Diterbitkan). Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Palangkaraya.

Mencermati Kelemahan Yang Sering Ditemukan Dalam Laporan PTK

kelemahan laporan ptk
Kebingungan Seringkali Menyebabkan Munculnya Kelemahan Pada Laporan PTK yang ditulis

Mencermati Kelemahan Yang Sering Ditemukan Dalam Laporan PTK 

Artikel kita di blog penelitian tindakan kelas (ptk) kali ini membahas tentang cara mencermati kelemahan yang sering ditemukan dalam laporan PTK (penelitian tindakan kelas), setelah beberapa waktu yang lalu membahas tentang Kiat Memperlancar Menulis PTK, Langkah-Langkah Menulis PTK, dan Cara Menulis Rumusan Masalah. Kelemahan-kelemahan inilah yang sering membuat laporan ptk yang ditulis kurang memiliki kualitas sebagaimana yang diharapkan.

Faktor Penyebab


1. Guru/mahasiswa calon guru belum mempunyai pengalaman menulis laporan ptk, sehingga ia tidak tau atau bingung harus menulis apa.

Mereka, dengan keterbatasan pengalaman (katakanlah baru menulis untuk pertama kali), tentu belum mempunyai rasa percaya diri. Apalagi bila mereka menemukan bahwa format dan sistematika laporan ptk seringkali memilikiperbedaan-perbedaan (selingkung). Kepada mereka yang berada dalam situasi ini, seyogyanya dapat diberikan motivasi untuk membantu membangun rasa percaya diri pada diri mereka.

Selain itu mereka juga perlu diyakinkan bahwa perbedaan-perbedaan format atau sistematika itu hanyalah bentuk-bentuk variasi saja dari sebuah laporan ptk. Jadi, merekapun sebenarnya bisa menulis laporan ptk sesuai gaya mereka sendiri, yang penting tidak melenceng darikaidah-kaidah penulisan laporan yang baik.
Ketidakberpengalaman guru atau mahasiswa calon guru dalam menulis ptk seringkali tampak dengan jelas pada alur penulisan yang tidak lurus, melenceng, keluar dari jalur, sehingga laporan ptk bahkan kalau dibaca justru membingungkan pembaca. Atau dengan kata singkat: laporan ptk mereka tidak mempunyai benang merah. Biasanya laporan demikian ditulis dengan cara mencomot bagian-bagian tertentu dari beberapa laporan milik orang lain, atau paling tidak mengadaptasi bagian-bagian laporan ptk orang lain tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan apakah bagian itu perlu dan cocok dimasukkan (diadaptasi) untuk laporan ptknya. Untuk mengatasi hal ini, guru atau mahasiswa calon guru tersebut seharusnya mencoba memahami kembali bagaimana struktur sebuah laporan ptk yang baik.

2. Guru/mahasiswa calon guru tidak memiliki kemampuan menuangkan ide-ide yang ada di pikirannya ke dalam bahasa tulisan.

Beberapa guru/ mahasiswa calon guru yang lain sebenarnya sudah memahami apa-apa yang harus dimasukkan sebagai bagian dari laporan ptk mereka, akan tetapi ketidakmampuan mereka dalam menuliskan ide yang ada di pemikiran merekalah yang menjadi penyebab rendahnya mutu laporan ptk yang ditulisnya. Untuk mengatasi hal ini, maka guru atau mahasiswa calon guru yang bersangkutan harus lebih banyak berlatih menulis. Ingat, menulis adalah suatu keterampilan (skill), dan keterampilan apapun termasuk menulis hanya dapat dikuasai dengan baik apabila sering dilatih.

Pertanyaan Untuk Dicermati

Saat menulis sebuah laporan ptk, sebaiknya seorang peneliti kembali mencermati laporannya. Banyak hal yang harus diperhatikan agar laporan ptk yang dihasilkan memiliki nilai dan kualitas yang bagus. Nah, Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat dijadikan panduan untuk mencermati laporan ptk yang telah ditulis untuk melihat adakah kelemahan padanya:
  • Apakah penelitian dilakukan berdasarkan masalah nyata yang terjadi di dalam kelas?
  • Apakah masalah yang diidentifikasidisertai bukti-bukti (data awal) yang jelas atau hanya asumsi saja?
  • Apakah penelitian dilakukan di kelas guru itu sendiri?
  • Apakah tindakan yang dilakukan logis untuk menyelesaikan masalah?
  • Apakah rumusan masalah relevan dengan tujuan penelitian?
  • Apakah kajian teoritis (kajian pustaka) yang dicantumkan relevan dengan penelitian yang diangkat?
  • Apakah data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian?
  • Apakah alat pengambil data (instrumen) telah sesuai dan menjamin kecukupan data yang diperlukan?
  • Apakah indikator keberhasilan penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan?
  • Apakah langkah-langkah (tindakan) perbaikan dicantumkan dengan jelas?
  • Apakah ada penyempurnaan tindakan dari siklus sebelumnya saat melaksanakan siklus-siklus berikutnya?
  • Apakah setiap data telah dianalisis dan dibahas dengan baik?
  • Apakah simpulan sesuai dengan tujuan penelitian?
  • Apakah simpulan terlalu overgeneralized?

Demikian sederet daftar pertanyaan yang dapat diajukan oleh seorang guru atau mahasiswa calon guru saat menulis laporan ptk (penelitian tindakan kelas). Semoga bermanfaat.

Cara Menyusun Kerangka Berpikir pada Proposal atau laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Thursday, May 30, 2013

Setelah beberapa waktu yang lalu blog PTK (Penelitian Tindakan Kelas) telah menayangkan artikel tentang contoh lembar observasi efektivitas pengelolaan pembelajaran guru kini akan diberikan artikel tentang Cara Menyusun Kerangka Berpikir pada Proposal atau laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas).

Subbab Kerangka Berpikir dalam Proposal dan Laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Pada sebuah proposal atau laporan PTK kita dapat memasukkan subbab Kerangka Berpikir. Biasanya subbab ini diletakkan pada bagian akhir bab II (Kajian Teori / Tinjauan Pustaka). Pertanyaannya sekarang: Bagaimana cara menyusun / menuliskannya pada proposal PTK atau laporan PTK anda?

Kerangka berpikir adalah alur berpikir yang disusun secara singkat untuk menjelaskan bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan dari awal , proses pelaksanaan, hingga akhir. Kerangka berpikir dapat disusun dalam bentuk kalimat-kalimat atau digambarkan sebagai sebuah diagram. Berikut ini akan disampaikan langkah-langkah praktis bagaimana menulis Kerangka Berpikir pada sebuah proposal atau laporan penelitian tindakan kelas (PTK). Mari disimak.

Cara Menulis Kerangka Berpikir dalam bentuk Rumusan Kalimat-Kalimat

  1. Rumuskan kondisi saat ini (sebelum PTK dilaksanakan), secara singkat.
  2. Rumuskan tindakan yang akan dilakukan, secara singkat.
  3. Rumuskan hasil akhir yang anda harapkan, juga secara singkat.
  4. Susun ketiga komponen di atas dalam sebuah paragraf yang padu.

Perhatikan contoh berikut:

Berdasarkan pengamatan di kelas, pembelajaran PKn  terasa monoton, menggunakan metode pembelajaran konvesional, sedangkan prestasi belajar PKn juga rendah. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat memecahkan masalah ini. Caranya adalah dengan melatih guru PKn, kemudian mengaplikasikannya secara kolaboratif dengan peneliti. Hasilnya, diharapkan proses pembelajaran di kelas tidak lagi monoton dan menggunakan metode pembelajaran konvensional, serta prestasi belajar PKn siswa juga akan meningkat.

Cara Menulis Kerangka Berpikir dalam Bentuk Diagram

  1. Rumuskan kondisi saat ini (sebelum PTK dilaksanakan), dalam bentuk poin-poin penting dengan singkat.
  2. Rumuskan poin-poin penting tindakan yang akan dilakukan, secara singkat.
  3. Rumuskan poin-poin hasil akhir yang anda harapkan, juga secara singkat.
  4. Rancang sebuah diagram yang memuat poin-poin tersebut dengan alur yang rasional dan jelas.

Perhatikan contoh berikut:

Contoh Diagram Kerangka Berpikir pada Sebuah Proposal atau Laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
Contoh Diagram Kerangka Berpikir pada Sebuah Proposal atau Laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Catatan:
Penelitian tindakan kelas ini adalah PTK kolaboratif antara seorang peneliti dengan guru PKn
Contoh ini diadaptasi dari buku Manajemen Penelitian Tindakan Kelas (Sukidin, Basrowi, Suranto) yang diterbitkan oleh Insan Cendekia pada tahun 2008.


Demikian tulisan terbaru blog penelitian tindakan kelas tentang Cara Menulis Kerangka Berpikir pada Proposal atau laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Semoga bermanfaat. Salam.
 

Most Reading