Pages

Showing posts with label Model pembelajaran. Show all posts
Showing posts with label Model pembelajaran. Show all posts

Model Pembelajaran Kelas Satu (bagian 1)

Friday, March 7, 2014

Tidak masalah apa model pengalaman pra sekolah dan taman kanak-kanak, kelas satu Sekolah Dasar merupakan suatu kondisi baru yang merepresentasikan perubahan radikal. Menghabiskan lebih dari tiga puluh jam setiap minggu, jauh dari rumah, seringkali merupakan pengalaman baru; mereka harus bertanggungjawab atas tindakan dan tugas-tugas mereka.

Mata Pelajaran Pengamatan
Dalam tugas-tugas akademis, kemampuan pengamatan begitu banyak diperlukan untuk keberhasilan kelas. Sebagai contoh, Pengejaan , pada dasarnya suatu pengalaman visual. Mula-mula, sebagian besar anak Pendengar adalah pengeja yang baik, karena ketergantungan mereka pada kemampuan menangkap suara untuk memproduksi ulang kata-kata kalimat tunggal sederhana, yang merupakan tanda pengalaman pembaca dan penulis dasar pemula. Tetapi pada Bahasa Inggris, misalnya pengucapan ejaan huruf tertentu tidak sama dengan lambang hurufnya maka Pengamatlah yang mampu memahami ejaan kata dalam mata pikirnya dan menjadi pengeja yang baik.

Menulis Tangan, juga merupakan pelajaran yang oleh Pengamat dirasakan mudah. Bagi penulis pemula, ingatan visual yang baik diperlukan untuk mengingat beragam huruf dan bentuk nomer sebelum menggoreskan di atas kertas. Koordinasi mata-tangan yang berkembang baik kemudian diperlukan untuk memprodukasi ulang huruf dan angka secara tepat ketika dimunculkan kembali. Kemampuan-kemampuan ini membantu ketika Pengamat selama mengikuti kelas kesenian .

Pada mata pelajaran Matematika, anak-anak Pengamat dapat mengingat simbol-simbol yang digunakan dalam penjumlahan danpengurangan (+, - , dan =). Pengamat juga mudah mengartikan grafik. Mereka juga unggul dalam memvisualisasikan beragam bentuk dan bangun geometris dan juga gambaran soal cerita,” Aini mempunyai enam jambu tetapi diberikan kepada Eka dua buah. Tinggal berapa jambu yang dimiliki oleh Aini sekarang?

Model Pembelajaran Kelas Satu (bagian 2)

Tidak masalah apa model pengalaman pra sekolah dan taman kanak-kanak, kelas satu Sekolah Dasar merupakan suatu kondisi baru yang merepresentasikan perubahan radikal. Menghabiskan lebih dari tiga puluh jam setiap minggu, jauh dari rumah, seringkali merupakan pengalaman baru; mereka harus bertanggungjawab atas tindakan dan tugas-tugas mereka.

Mata Pelajaran Pendengaran
Diantara mata pelajaran yang paling memerlukan kemampuan mendengar adalah membaca. Penguasaan membaca perlu karena dengan membaca seorang anak menyerap dan membedakan diantara suara-suara huruf yang berbeda, dan kemudian mencampur suara-suara tersebut untuk membentuk kata-kata yang terucap. Bahkan ketika membaca untuk dirinya sendiri, seorang anak “mengucapkan” tiap kata dalam pikirannya. Sangat mengejutkan, bahwa para pembaca yang paling awal biasanya para Pengamat, yang mengetahui kata-kata tertulis dengan menampilkan ingatan visual. Namun demikian, anak-anak Pengamat berda dibelakang ketika materi bacaan secara progresif menjadi lebih sulit. Mereka hanya dapat mengucapkan kata-kata yang mereka lihat sebelumnya. Mereka kurang memiliki kemampuan Pendengar yang diperlukan untuk menyesuaikan dengan kombinasi-kombinasi huruf yang tidak akrab.

Musik Dasar juga merupakan mata pelajaran pendengaran. Anak-anak diharapkan mendengarkan komposisi instrumental dan mengingat lirik maupun tempo yang semakin panjang dan kompleks ketika masa sekolah berjalan. Anak-anak dengan kemampuan auditorial dibawah rata-rata sanagat tertekan untuk mendengarkan dan mengvokalkan. Dalamkenyataa, bahkan para Pendengar mungkin mengalami kesulitan dengan pembacaanmusik atau pengetahuan nada, karena masing-masing kemampuan berasal
dari sebuah bilik otak yang berbeda, dan dua bilik otak tidak selalu berkembang sama.

Matematika, merupakan hal mudah bagi anak Pendengar. Ingatan auditorial dan penangkapan cepat atas konsep bahasa yang berkembang baik memungkinkan untuk memproses informasi yang ada dalam soal-soal cerita. Pendengar juga mahir mengartikan kata-kata matematis seperti misalnya “segi empat”, “lingkaran”, “jam”; dan dengan mudah mengingat aturan dasar penjumlahan dan pengurangan; dan memperluas istilah “lebih banyak’, “lebih sedikit”, “tambah”, “kurang”, dan “sama dengan”.

Model Pembelajaran Kelas Satu (bagian 3)

Tidak masalah apa model pengalaman pra sekolah dan taman kanak-kanak, kelas satu Sekolah Dasar merupakan suatu kondisi baru yang merepresentasikan perubahan radikal. Menghabiskan lebih dari tiga puluh jam setiap minggu, jauh dari rumah, seringkali merupakan pengalaman baru; mereka harus bertanggungjawab atas tindakan dan tugas-tugas mereka.

Bekerja Sama Dengan Guru
Apapun kemampuan pembelajaran anak anda dan masalah yang mungkin muncul, anda akan mampu memberikan dukungan emosional dan bantuan praktis yang sangat baik ketika anda tetap mendapatkan informasi mengenai kehidupannya di sekolah. Pertemuan dua kali setahun dan buku raport catur wulan tentu saja bisa memberikan penjelasan namun tidak selalu memberikan informasi yang cukup terhadap masalah-masalah atau kondisi tertentu , misalnya permasalahan teman sebaya. Dengan terbiasa berkomunikasi dengan guru maka kita akan mengetahui bentuk tanggungjawab yang utuhanatar guru dan orang tua dalam memaksimalkan potensi anak.

Fakta Yang Harus Disampaikan Kepada Guru
- Tingkat keteraturan kepribadian anak anda. Guru hendaknya diberitahu kenyataan bahwa anak anda mungkin memerlukan aturan dan rutinitas; atau ia dapat mengerjakan secara maksimal pada ruang terbuka atau bahwa ia memerlukan bantuan terus-menerus berkaitan dengan pengaturan materi.

- Fakta kemampuan dasar anak anda. Jika anak mengalami kesulitan dalam penjumlahan dan pengurangan, atau jika memiliki strategi khusus yang ia gunakan gunakan untuk mengingat materi subyek, beritahukanlah gurunya.

- Memberi les tambahan. Beritahukan kepada guru jikalau anda memberi les tambahan kepada anak anda. Hal ini dimaksudkan agar ada kerjasam yang saling mengisi antara guru kelas dan guru les tambahan.

- Informasi yang terkait kesehatan. Pada kondisi tertentu guru harus diberitahu tentang kesehatan anak dan pengobatan yang harus diberikan misalnya bila anak mengidap asma, epilepsi. Ataupun informasi yang terkait mengenai masalah pendengaran dan penglihatan.

- Situasi dirumah. Anda akan sangat membantu anak anda dengan memberitahukan kepada guru mengenai adanya perubahan besar dalam rumahtangga, terapi atau perlakuan salah dari anggota keluarga. Perubahan-perubahan besar seperti ini sangat mempengaruhi kemampuan anak untuk berperan di dalam kelas.

- Bahasa kedua. Ketika bahasa lain digunakan di rumah anda, baik sebagai sarana komunikasi utama maupun pelengkap diantara keluarga, maka guru hendaknya mengetahui hal tersebut. Hal ini agar guru memahami beberapa ketidaksenangan yang mungkin diperlihatkan oleh anak ketika ekspresi percakapan semakin kompleks.

- Rekomendasi. Penting untuk menyampaikan kepada guru mengenai masukan dari para ahli atau guru sebelumnya.

Metode SQ3R untuk Memahami Teks atau Bacaan

Tuesday, March 4, 2014

Metode SQ3R untuk Memahami Teks atau Bacaan

Bagaimana cara anda atau siswa anda membaca buku? Bukankah biasanya kita atau mereka selalu membaca buku dari awal halaman hingga akhir. Secara urut dan runtut.
Wah, kalau untuk membaca novel atau buku cerita hal ini sah-sah saja, bahkan memang seharusnya begitu bukan? Tapi bagaimana jika anda atau siswa anda harus memahami isi sebuah buku atau teks dengan cepat? Ada sebuah teknik yang bisa digunakan untuk memenuhi tujuan ini yaitu dengan metode SQ3R.
SQ3R pada mulanya dikembangkan oleh seorang professor yang bernama Francis Robinson dari Universitas Negeri Ohio pada tahun 1940. SQ3R sebenarnya merupakan bagian dari ASTP (Army Specialized Training Program) yang memberikan pelatihan kepada personil militer agar menjadi pembaca yang lebih baik dan mampu menguasai materi dengan cepat.
Metode SQ3R, demikian ia dinamakan sehingga mudah diingat, merupakan singkatan dari : Survey, Question, Read, Recite dan Review.
“Survey” di dalam metode SQ3R berarti mencari judul, sub-judul, gambar, grafik, atau keterangan tambahan dari sebuah buku atau teks. Disini termasuk mencari huruf bercetak tebal ataupun huruf bercetak miring. Fungsi “Survey” ini adalah supaya kita mendapatkan gambaran umum akan apa yang akan kita baca. Kita punya outline bacaan atau teks tersebut.
“Question” berarti kita memunculkan berbagai pertanyaan di kepala kita setelah kita melakukan “Survey” tadi. Fungsi “Question” ini adalah supaya kita terfokus pada apa yang akan kita baca. Berbekal outline atau gambaran umum tentang sebuah teks atau bacaan yang kita lihat sekilas melalui survey tadi, kita bisa meunculkan pertanyaan-pertanyaan agar kita bisa fokus pada materi bacaan atau teks.
“Read” berarti waktunya kita membaca dari
awal hingga akhir. Dalam tahap ini pertanyaan-pertanyaan yang kita munculkan semestinya terjawab setelah kita melakukan proses “Read” ini. Pada tahap ini kita berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tadi muncul pada saat fase Q (Question) sembari terus membaca.
Langkah berikutnya adalah resitasi, atau dalam Bahasa Inggrisnya Recite. “Recite” berarti mengungkapkan atau menuliskan apa yang telah kita baca dengan cara yang berbeda (maksudnya dengan kalimat kita sendiri) dan menghubungkannya dengan apa yang telah kita ketahui (rephrasing and connecting). Fungsinya untuk mengetahui pemahaman kita akan apa yang kita baca. Dengan kata lain mengkomunikasikannya dengan bahasa yang berbeda. Mengkomunikasikan di sini bukan berarti mengkomunikasikan dengan orang lain, tetapi mengkomunikasikan dengan diri kita sendiri. Kita melakukan tanya jawab dengan diri kita sendiri untuk memperoleh pemahaman yang lebih utuh tentang teks atau bacaan yang sedang kita pelajari.
“Review” berarti mengingat kembali apa yang telah kita baca. Disini kita memutuskan apa-apa yang ingin penulis sampaikan. Hal-hal apa yang perlu di ingat. Apakah pertanyaan yang kita kemukakan telah terjawab sepenuhnya. Apakah ada yang tidak kita pahami ataupun ada hal-hal yang tidak kita setujui dengan penulis. Fungsi “Review” ini adalah meningkatkan lagi pemahaman kita ke level yang lebih tinggi.
SQ3R ini telah terbukti berhasil meningkatkan kemampuan reading comprehension (kemampuan memahami isi teks) pada beberapa penelitian di beberapa negara. Dengan demikian tentunya sangat bermanfaat bagi diri kita dan siswa anda.













Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning in Short Review)


Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Suatu pembelajaran berbentuk kelompok (kerja kelompok) dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif (cooperative learning) apabila pembelajaran tersebut memenuhi karakteristik-karakteristik tertentu.

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran koperatif, lima unsur pembelajaran kooperatif (cooperative learning) harus diterapkan, diantaranya, yaitu:
1). Saling ketergantungan positif yaitu menciptakan kelompok kerja efektif sesuai tugas untuk mencapai tujuan.
2) Tanggung jawab perorangan merupakan kunci keberhasilan kelompok.
3) Tatap muka dengan kegiatan interaksi memberikan sinergi yang menguntungkan, inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memandang kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
4) Komunikasi antar anggota sangat perlu digali untuk memberi semangat dan memperkaya pengalaman belajar, pembinaan perkembangan mental dan emosional.
5) Evaluasi proses kelompok untuk mengetahui tingkat partisipasi dan kerjasama setiap anggota, saling membantu dan medengarkan atau memberikan saran satu dan lainnya.

Pembelajaran kooperatif banyak digunakan dalam pembelajaran karena beberapa alasan, di antara adalah sebagai berikut:
Pertama, penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
Kedua, dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial
Ketiga, menumbuhkan sikap bisa menerima kekurangan diri.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan jika guru ingin melaksanakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu :
1) Pengelompokan
2) Semangat gotong royong
3) Penataan ruang kelas

==

Model pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif, cooperative learning













Pembelajaran Kooperatif (Kilasan Singkat)

Pembelajaran Kooperatif (Kilasan Singkat)

Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar mengajar yang bermanfaat dengan jalan mengelompokkan siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda kedalam kelompok-kelompok kecil. Ada empat elemen dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Saling ketergantungan positif
b. Interaksi tatap muka
c. Akuntabilitas individual
d. Ketrampilan dalam menjalin hubungan interpersonal

Besar kelompok dalam pembelajaran kooperatif biasanya terdiri dari dua sampai enam anak. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya kelompok belajar, yaitu:
(1) kemampuan anak;
(2) ketersediaan bahan/material pembelajaran;
(3) Ketersediaan waktu.

Pengelompokan anak dalam pembelajaran kooperatif hendaknya secara
heterogen, sehingga kelompok memilih anggota yang tergolong berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:
(1) hasil belajar akademik;
(2) penerimaan terhadap keberagaman;
(3) pengembangan keterampilan sosial.

Berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut:
• Memungkinkan pada siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan
• Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
• Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik
• Meningkatkan motivasi belajar intrinsik
• Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar
• Meningkatkan hubungan positif antara siswa dengan guru dan personil sekolah
• Meningkatkan padangan siswa terhadap guru yang bukan hanya pengajar tapi juga pendidik

==
pembelajaran kooperatif, strategi belajar mengajar, keunggulan pembelajaran kooperatif, motivasi belajar intrinsik

Mungkin anda ingin membaca ini:
Kelemahan model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigasi
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW
Model pembelajaran kooperatif tipe MAKE A MATCH
Model pembelajaran kooperatif tipe THINK PAIR SHARE

Metode Ekspositori

Metode Ekspositori

Salah satu metode pembelajaran yang sering digunakan guru adalah metode ekspositori. Metode ekspositori yang dekat (mirip atau segolongan dengan metode ceramah, direct instruction, atau pembelajaran langsung).Secara definisi, metode ekspositori adalah suatu metode yang menggunakan cara penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan: (1) berbicara di awal pelajaran; (2) menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab.

Dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode ekspositori, pembelajaran terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (direct method). Pada tahapan-tahapan awal pembelajaran guru berbicara atau mempresentasikan materi pelajaran. Selanjutnya guru menerangkan materi dan dilanjutkan dengan memberikan contoh-contoh soal. Saat pembelajaran berlangsun, siswa tidak hanya mendengar tapi juga membuat catatan-catatan. Selanjutnya siswa juga membuat soal latihan dan dapat bertanya kalau tidak mengerti. Guru saat pembelajaran sedang berlangsung dapat sambil memeriksa
pekerjaan siswa secara individual, kemudian bila dirasa perlu dapat menjelaskan lagi kepada siswa secara individual atau klasikal.

Berikut ini adalah beberapa kelebihan metode ekspositori adalah:
• Dapat menampung kelas besar.
• Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru.
• Guru dapat menentukan hal-hal yang dianggap penting.
• Guru dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara individual maupun klasikal.

Selain mempunyai beberapa kelebihan, metode ekspositori juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu antara lain:
• Metode ini tidak menekankan penonjolan aktivitas fisik seperti aktivitas mental siswa, sehingga siswa yang terlalu banyak mengikuti pembelajaran (kegiatan belajar mengajar) dengan metode ekspositori cenderung tidak aktif dan tidak kreatif.
• Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran).
• Pengetahuan yang didapat dengan metode ekspositori cepat hilang, karena seringkali siswa kurang terlibat daam pembelajaran.
• Kepadatan konsep dan aturan-aturan yang diberikan dapat berakibat siswa tidak menguasai bahan pelajaran yang diberikan.

==

Metode ekspositori, model pembelajaran langsung

Berbagai Bentuk Strategi pada Model Pembelajaran Terpadu (Model Pembelajaran Tematik)



Ada banyak sekali bentuk strategi yang dapat diterapkan guru dalam melaksanakan model pembelajaran terpadu (model pembelajaran tematik). Di antaranya adalah sebagai berikut:

Model terpisah (fragmented)
Pada jenis ini, berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan terpisah dipadukan. Kelemahan strategi ini adalah keterhubungan menjadi tidak jelas dan terjadi lebih sedikit transfer pembelajaran. Sedangkan kelebihannya adalah adanya kejelasan dan pandangan yang terpisah dalam suatu mata pelajaran.

Model keterkaitan/keterhubungan (connected)
Pada strategi model pembelajaran terpadu jenis ini, topik-topik dalam satu disiplin ilmu berhubungan satu sama lain. Kekurangan dari model pembelajaran terpadu (model pembelajaran tematik) jenis ini adalah disiplin-disiplin ilmu tidak berkaitan, konten tetap terfokus pada satu disiplin ilmu. Sedangkan kelebihannya adalah konsep-konsep utama saling terhubung, mengarah pada pengulangan (reviu), rekonseptualisasi, asimilasi gagasan-gagasan dalam suatu disiplin ilmu.


Model sarang/kumpulan (nested)
Pada jenis model pembelajaran terpadu ini, keterampilan-keterampilan sosial, berfikir, dan konten dicapai dalam suatu mata pelajaran (subject area). Kelemahan model pembelajaran terpadu jenis ini adalah pelajar dapat menjadi bingung dan kehilangan arah mengenai konsep-konsep utama dari suatu kegiatan atau pembelajaran. Adapun kelebihan model pembelajaran terpadu jenis ini adalah guru dan siswa dapat memberi perhatian kepada berbagai mata pelajaran yang berbeda dalam waktu yang bersamaan, memperkaya, dan memperluas pembelajaran.

Model rangkaian (sequence)
Pada model pembelajaran terpadu model rangkaian, persamaan-persamaan yang ada diajarkan secara bersamaan meskipun termasuk ke dalam mata pelajaran yang berbeda-beda. Kelemahan model pembelajaran terpadu model ragkaian (sequence) adalah diperlukan kolaborasi terus-menerus dan fleksibilitas yang tinggi, dan guru hanya mempunyai sedikit otonomi untuk merangcang kurikulum. Kelebihan model ini adalah dapat difasilitasi transfer pembelajaran pada beberapa mata pelajaran.

Selain itu terdapat pula model-model pembelajaran terpadu yang lain seperti :
Model terbagi (shared)
Model jaring laba-laba (webbed)
Model satu alur (threaded)
Model terpadu (integrated)
Model Imersi (Immersed)
Model jejaring (networked)

Untuk melihat lebih jelas mengenai model pembelajaran terpadu (tematik) ini silakan anda membaca buku PEMBELAJARAN TERPADU yang dapat anda download secara gratis di link ini. Atau silakan langsung ke sumbernya di www.p4tkipa.org

Artikel Terkait:
Model Pembelajaran Terpadu; Langkah Mempersiapkan
Model Pembelajaran Terpadu: Aspek yang Harus Diperhatikan

EBOOK: CARA-CARA MENGAKTIFKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN



Sebagian isi buku:
Ada banyak teknik kelompok-kelompok kecil yang dapat digunakan guru. Fokusnya adalah membuat siswa benar-benar berpikir tentang materi belajar sehingga mereka dapat mengkomunikasikan apa yang sedang atau telah mereka pikirkan. Beberapa di antaranya adalah: (1) think-pair-share (write-pair-share); (2) buzz groups; dan (3) three-steps interview.

Think-Pair-Share
Salah satu cara termudah untuk mem-buat siswa berpikir tentang suatu isu atau topik dalam kelas adalah dengan menggu-nakan “think-pair-share” atau” write-pair-share” (Lyman, 1992).

Pada pendekatan ini, seorang guru secara sederhana mengajukan suatu isu atau masalah kepada seluruh siswa dalam kelas-nya dan memberikan waktu sekitar 30 detik sampai 1 menit kepada siswa untuk berpikir atau menuliskan respon mereka.

Siswa-siswa kemudian secara berpa-sangan saling menjelaskan respon atau jawaban mereka kepada yang lain selama 3 sampai 5 menit. Akhirnya, mereka menjelas-kan jawaban mereka dalam diskusi kelas (klasikal). Karena teknik ini memerlukan waktu 4 sampai 6 menit, jadi dapat dilakukan sekali atau dua kali pada setiap sesi pembelajaran.

Format “think-pair-share” atau “write-pair-share” ini dapat berfungsi dengan baik pada mata pelajaran matematika, kimia, sejarah, filsafat, dan kritik seni. Sebagai bentuk variasi dari metode ini, guru dapat meminta siswa untuk menentukan pilihan atau keputusan tentang suatu isu atau masalah (misalnya, “Apakah kamu setuju jika Hadiah Nobel Perdamaian diberikan kepada presiden Obama?), lalu tanyakan kepada siswa alasan mereka. Selanjutnya, setelah mendengarkan berbagai informasi dari seluruh siswa, mereka dapat diminta untuk memutuskan kembali, dan siswa yang mengubah keputusannya dapat ditanyakan alasannya (Fink, 2003).

Buzz Groups
McKeachie (2006) menggunakan teknik buzz group untuk menjamin partisipasi siswa dalam kelas ukuran besar. Dalam metodenya ini, ia meminta siswa untuk membentuk group-group yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa untuk membicarakan isu atau masalah yang diberikan.

Beliau meminta mereka untuk selalu memastikan bahwa setiap anggota group memberikan paling sedikit sebuah gagasan terhadap diskusi yang dilakukan. Setelah 10 menit, McKeachie memanggil salah satu dari setiap group untuk melaporkan dan bertanya pada kelompok (group) yang lain dan memin-ta kepada group yang sama pendapatnya atau sama hasil diskusi groupnya untuk mengangkat tangan.

Saat setiap group memberikan laporan diskusi, McKeachie (guru) mencatat poin-poin utama di papan tulis dan kemudian memadu-kan bahan tersebut untuk ceramah pada pertemuan berikutnya.

Three-Step Interview
Untuk proses pada kelompok kecil ini, pada awalnya siswa diminta bekerja secara berpasangan. Orang pertama mewawancarai atau bertanya pada orang kedua. Kemudian sebaliknya, orang kedua mewawancari atau bertanya pada orang pertama. Langkah selanjutnya, kedua siswa yang berpasangan ini bekerja sama dengan cara: orang pertama memberikan resume dari orang kedua, dan sebaliknya orang kedua memberikan resume dari orang pertama.

Download ebook CARA-CARA MENGAKTIFKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN

Pengajaran Timbal Balik (Reciprocal Teaching)

Friday, February 21, 2014

Selain menggunakan strategi questioning the author (mempertanyakan penulis), pelajaran untuk mengajar membaca dapat pula dilakukan dengan pengajaran timbal balik (reciprocal teaching). Pendekatan pengajaran timbal balik dapat digunakan kepada siswa yang mempunyai pemahaman rendah dalam membaca, baik pada sekolah dasar maupun pada sekolah lanjutan. Pada pengajaran timbal balik guru bekerja sama dengan kelompok-kelompok kecil siswa.

Pada pengajaran ini, guru mula-mula memberikan contoh pertanyaan yang dapat diajukan oleh siswa ketika mereka membaca, selanjutnya siswa ditunjuk sebagai "guru" untuk merumuskan pertanyaan satu sama lain. Dalam mengajarkan pengajaran timbal balik, guru dapat mulai dengan kata-kata misalnya sebagai berikut: "untuk minggu-minggu yang akan datang, kita akan bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan kalian memahami apa yang sedang dibaca. Kadang-kadang kita begitu sibuk  memikirkan apa kata tersebut sehingga kita tidak berhasil memperhatikan apa arti kata dan kalimat yang kita baca tersebut. Kita akan mempelajari cara agar perhatian kita lebih banyak pada pemahaman. Saya akan mengajarkan hal-hal berikut saat kalian membaca":
  1. memikirkan pertanyaan-pertanyaan penting yang mungkin diajukan tentang apa yang sedang dibaca dan memastikan bahwa kalian dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
  2. meringkaskan informasi terpenting yang telah kalian baca.
  3. memperkirakan apa yang mungkin dibahas berikutnya dalam bacaan tersebut.
  4. menunjukkan kapan sesuatu tidak jelas dalam bacaan, atau apa yang tidak dipahami, dan kemudian melihat apakah kita dapat memahaminya.

Kegiatan membaca melalui pendekatan konstruktivis dengan pengajaran terbalik (reciprocal teaching) akan membantu siswa memusatkan perhatian pada apa yang sedang dibaca dan memastikan bahwa siswa memahaminya.

Cara siswa mempelajari ke-4 kegiatan di atas adalah dengan bergiliran peran sebagai guru. Guru mula-mula mencontohkan cara membaca dengan seksama, dengan memberitahukan kepada siswa pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskannya sambil membaca, kemudian meringkaskan informasi terpenting yang telah ia baca, dan selanjutnya memperkirakan apa yang mungkin akan dibahas pada bacaan selanjutnya. Guru juga harus memberitahukan apabila ada sesuatu yang membingungkannya saat sedang membaca, dan bagaimana cara memahaminya.

Prosedur Harian dalam melaksanakan Pengajaran Timbal Balik (Reciprocal Teaching) baca di sini.

Pengajaran Timbal Balik (Reciprocal Teaching): Prosedur harian

Pada tulisan sebelumnya telah dibahas apa yang dimaksudkan pengajaran timbal balik (reciprocal teaching), yaitu sebuah pengajaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap bahan bacaan yang sedang dibacanya melalui belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Nah, adapun prosedur harian untuk Pengajaran Timbal Balik (Reciprocal Teaching) adalah sebagai berikut:

  1. Bagikan bacaan untuk hari itu.
  2. Jelaskan bahwa anda (si guru) akan menjadi "guru" untuk bagian pertama.
  3. Perintahkan siswa membaca dalam hati bagian manapun dari bacaan itu, akan tetapi paling mudah jika anda tentukan secara tepat, misalnya alinea pertama.
  4. Setelah setiap orang menyelesaikan bagian pertama, berikanlah contoh berikut:"Pertanyaan yang saya pikirkan, yang mungkin diajukan oleh guru adalah........" Mintalah siswa menjawab pertanyaan anda. Mereka dapat merujuk pada buku teks kalau perlu. "Saya akan meringkaskan informasi terpenting dalam alinea ini dengan cara berikut........." "Dari judul bacaan tersebut, saya memperkirakan bahwa penulis selanjutnya akan membahas...."
  5. Mintalah siswa memberikan komentar tentang pengajaran anda dalam bacaan tersebut. Misalnya: "Apakah ada informasi yang lebih penting." "Apakah ada orang yang mempunyai hal lain lagi untuk ditambahkan pada perkiraan saya?""Apakah ada orang yang menemukan sesuatu yang lain yang membingungkan selain yang saya bingungkan tadi?"
  6. Tugaskanlah bagian berikutnya untuk dibaca dalam hati. Pilihlah siswa untuk bertindak sebagai guru pada bagian ini. Mulailah dengan siswa yang lebih pandai berbicara dan yang anda pikir akan mengalami hanya sedikit kesulitan dengan kegiatan tersebut.
  7. Latihlah "guru" siswa tersebut melalui kegiatan tersebut kalau perlu. Doronglah siswa lain untuk berpartisipasi dalam dialog tersebut, tetapi selalu berikan kesempatan pertama kepada "guru" siswa tersebut untuk bicara. Pastikan untuk selalu memberikan umpan balik dan pujian kepada seluruh siswa atas partisipasi mereka.
  8. Setelah hari-hari latihan tersebut berlalu, cobalah makin menjauhkan diri dari dialog tersebut  sehingga "guru" siswa tadi memprakarsai sendiri kegiatan tersebut dan siswa lain memberikan umpan balik. Peran guru akan terus sebagai pemantau, mempertahankan siswa pada jalur yang tepat, dan membantu mereka bila menghadapi kesulitan. Namun, setidaknya, tetaplah anda memegang peran sebagai "guru" tersebut paling tidak saatu kali untuk setiap pertemuan.
Strategi  Alternatif yang lain untuk mengajar membaca (pemahaman terhadap bacaan): Strategi Questioning The Author (mempertanyakan penulis).

Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar

Telah banyak penelitian yang menunjukkan hasil bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Pada zaman sekarang ini, saling ketergantungan antar individu sebenarnya adalah hal yang mat mutlak dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja, banyak orang tidak menyadarinya secara gamblang. Berkaitan dengan ini, adalah merupakan suatu hal teramat penting untuk mengajarkan dan memberikan kesempatan kepada siswa kita untuk belajar bekerjasama dalam hubungan yang saling menguntungkan. Mereka harus terampil dalam hubungan interdependensi (saling ketergantungan) yang bersifat positip.

Interdependensi positip dalam diri setiap siswa dapat dibangun melalui latihan-latihan di sekolah, yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran kooperatif ini, siswa akan belajar bagaimana bekerja sama dengan teman satu kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama (tujuan pembelajaran) yang telah ditetapkan. Kesuksesan untuk mencapapai tujuan bersama ini sangat bergantung pada hubungan dan kerjasama antar anggota kelompok. Mereka akan sukses atau gagal bersama dalam sebuah pembelajaran bersetting kooperatif.

Biasanya, karena adanya keinginan bersama untuk sukses dalam mencapai tujuan, siswa-siswa dalam sebuah kelompok akan bekerja sebaik-baiknya agar tidak mengecewakan anggota-anggota kelompok lainnya yang juga sudah berusaha sebaik-baiknya. Mereka akan menumbuhkan rasa tanggungjawab terhadap kelompoknya sebagai bentuk akuntabilitas individu. Upaya-upaya yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok, yang seringkali dilakukan dengan upaya keras, akan memicu munculnya motivasi intrinsik dalam diri mereka.Hal ini memang disebut oleh Johnson et al (1993) bahwa pembelajaran yang disetting dalam kelompok-kelompok kooperatif berukuran kecil (biasanya 3 - 6 orang) akan membuat masing-masing siswa anggota kelompok akan lebih aktif dalam pembelajaran. Sementara Biehler dan Snowman (1997), menyatakan dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran secara otomatis akan meningkatkan motivasi intrinsik mereka, dengan catatan, bahwa tugas kelompok yang diberikan bersifat saling ketergantungan (ada interdependensi) dan akuntabilitas setiap tugas anggota kelompok jelas.

Referensi:
Biehler, R., & Snowman, J., 1997. Psychology Applied to Teaching. Boston: Houghton Mifflin Co.

Johnson, D., Johnson, R. & Holubec, E., 1993. Cooperation in the Classroom. Boston: Allyn & Bacon.

Contoh Penelitian Tindakan Kelas: Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar
  1. Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas VIII SMPN 8 Malang Semester II Tahun 2008/2009.
  2. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Melalui Media CD Interaktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa SMPN 1 Jaten Tahun Pelajaran 2010/2011.

Berbagai Strategi Pembelajaran

Wednesday, February 19, 2014

Berbagai Macam Strategi Pembelajaran

Blog ptk dan model-model pembelajaran. Ada berbagai strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Di bawah ini disebutkan beberapa cara untuk menjadikan pembelajaran guru menjadi lebih menarik.

Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Pembelajaran Aktif - Pembelajaran Aktif adalah segala sesuatu yang dilakukan siswa di kelas selain hanya pasif mendengarkan ceramah seorang guru. Penelitian menunjukkan bahwa belajar aktif meningkatkan pemahaman siswa dan penyimpanan informasi dan sangat efektif dalam mengembangkan keterampilan kognitif yang lebih tinggi, seperti pemecahan masalah dan berpikir kritis.

Clicker

Clicker - Clicker memungkinkan guru untuk secara cepat mengumpulkan dan meringkas tanggapan siswa untuk pertanyaan pilihan ganda.

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran Kooperatif / Cooperative Learning - Pembelajaran kooperatif dan kolaboratif merupakan pendekatan pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran harus secara hati-hati direncanakan dan dilaksanakan, dan dalam pelaksanaannya tersebut, pembelajaran kooperatif tidak memerlukan kelompok permanen.

Berpikir Kritis(Critical Thinking)

Berpikir Kritis - Berpikir kritis adalah kumpulan kegiatan mental (pikiran) yang mencakup kemampuan untuk berintuisi, mengklarifikasi, merenung, menghubungkan, menyimpulkan, dan menilai. Guru harus membawa kegiatan berpikir kritis ini secara bersama-sama dan memungkinkan siswa untuk mempertanyakan materi pembelajaran/pengetahuan yang ada.

Diskusi (Discussion)

Strategi Diskusi - Melibatkan siswa dalam diskusi akan memperdalam proses pembelajaran dan memotivasi mereka, dengan jalan mendorong mereka untuk mengembangkan pendapat dan pandangan mereka sendiri dan mendengar suara mereka sendiri. Sebuah lingkungan yang baik untuk interaksi dalam strategi diskusi sangat diperlukan untuk mendorong siswa agar mau dan mampu berbicara.

Pembelajaran Pengalaman (Experiential Learning)

Experiential Learning - Experiential learning adalah sebuah pendekatan untuk pendidikan yang berfokus pada "learning by doing," pada pengalaman subyektif peserta. Peran guru adalah untuk merancang "pengalaman langsung" yang mencakup latihan persiapan dan reflektif.

Game-Eksperimen-Simulasi

Game / Eksperimen / Simulasi - Game, eksperimen dan simulasi dapat menjadi lingkungan belajar yang kaya bagi siswa. Siswa saat ini telah terbiasa bermain game dan menggunakan alat-alat interaktif seperti internet, telepon, dan peralatan lainnya. Game dan simulasi memungkinkan siswa untuk memecahkan masalah di dunia nyata di lingkungan yang aman dan memungkinkan mereka untuk menikmatinya saat melakukannya.

Humor (Jokes)

Humor - Menggunakan humor dalam kelas dapat meningkatkan belajar siswa dengan karena humor yang relevan dapat meningkatkan pemahaman dan retensi.

Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Inkuiri-Terbimbing / Guided Inquiry- Dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing, , siswa akan sampai pada pemahaman tentang konsep-konsep diri dan tanggung jawab untuk belajar mandiri. Metode ini mendorong siswa untuk membangun keterampilan meneliti yang dapat digunakan di wilayah pembelajaran mereka yang lain.

Pembelajaran Interdisipliner

Pembelajaran Interdisipliner - Pembelajaran Interdisipliner adalah pembelajaran yang menggabungkan dua topik yang berbeda ke dalam satu kelas. Guru yang berpartisipasi dalam pembelajaran interdisipliner menemukan bahwa siswa dapat belajar melalui pendekatan materi yang berbeda.

Pembelajaran Berpusat pada Siswa (Student Centred Learning)

Pembelajaran Berpusat Pada Siswa / Learner-Centered. Pembelajaran yang berpusat pada siswa merupakan pendekatan yang memandang siswa sebagai pusat pembelajaran. Siswa bertanggung jawab untuk belajar bagi dirinya sendiri, sementara guru bertanggung jawab untuk memfasilitasi pembelajaran. Paradigma ini menggeser peran guru sebagai aktor utama dalam pembelajaran, dan berpindah ke siswa.

Komunitas Belajar (Learning Community)

Komunitas Belajar - Komunitas membawa orang secara bersama-sama untuk belajar bersama, menemukan, dan menggenerasi pengetahuan. Dalam komunitas belajar, semua peserta mengambil tanggung jawab untuk mencapai tujuan belajar. Yang terpenting, komunitas belajar adalah proses dimana individu datang bersama-sama untuk mencapai tujuan belajar.

Strategi Kuliah (Expository)

Strategi Kuliah - Kuliah adalah cara paling umum saat ini yang digunakan dalam pembelajaran di kelas. Namun, dengan karakteristik siswa saat ini, strategi kuliah biasanya tidak menarik perhatian siswa untuk waktu yang lama, meskipun digunakan alat bantu untuk menyampaikan informasi kepada siswa.

Belajar Mobile (Mobile Learning)

Belajar Mobile - Belajar Mobile adalah semua jenis pembelajaran yang terjadi ketika peserta didik tidak di lokasi yang tetap.

Kursus Online/Hybrid

Kursus online / Hybrid - Program online dan hibryd adalah strategi pembelajaran yang memerlukan perencanaan yang cermat dan pengorganisasian yang baik. Pada kursus online ini, ada pertimbangan penting yang berbeda dengan kursus tradisional yaitu aspek komunikasi dengan siswa menjadi sangat penting.

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran Berbasis Masalah - Masalah berbasis Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran yang menantang siswa untuk "belajar untuk belajar," bekerja dalam kelompok untuk mencari solusi untuk masalah dunia nyata. Proses ini meniru pendekatan sistemik yang  biasa digunakan untuk memecahkan masalah atau memenuhi tantangan yang dihadapi dalam hidup, dan akan lebih membantu siswa untuk memilih karir mereka di kemudian hari.

Strategi Perangkat Jejaring Sosial

Perangkat Jaringan Sosial - Perangkat jaringan sosial memungkinkan sekolah untuk melibatkan para siswa dalam cara baru dan berbeda dalam hal komunikasi.

Pembelajaran Siswa Beragam

Pembelajaran Siswa Beragam - Guru hari ini menghadapi siswa yang beragam dalam program mereka dan sering kali memerlukan bantuan dalam mengetahui bagaimana menangani mereka.

Studi Kasus (Case Study)

Studi Kasus - Studi kasus adalah strategi pembelajaran di mana guru menyajikan siswa masalah kehidupan nyata sehingga memungkinkan siswa untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari di kelas untuk situasi kehidupan nyata. Kasus yang diberikan juga akan  mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang logis dan, jika digunakan dalam tim untuk mengembangkan keterampilan interaksi dalam kelompok. Siswa mendefinisikan masalah, menganalisa tindakan alternatif mungkin dan memberikan solusi dengan alasan yang mendasari pilihan mereka.

Pembelajaran Berbasis Tim - Tim Based Learning

Pembelajaran Berbasis Tim - Tim Based Learning (TBL) adalah pendekatan yang cukup baru untuk mengajar di mana siswa saling bergantung satu sama lain untuk pembelajaran mereka sendiri dan bertanggung jawab untuk kelompoknya. Penelitian telah menemukan bahwa siswa lebih bertanggung jawab dan lebih terlibat ketika pembelajaran berbasis tim diimplementasikan. Perbedaan utama dalam kegiatan kelompok TBL dan normal adalah bahwa kelompok yang permanen dan sebagian besar waktu kelas dikhususkan untuk pertemuan kelompok.

Sumber: pedagogy.merlot.org

Demikian artikel tentang berbagai strategi pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas. Semoga bermanfaat.

4 Elemen Pembelajaran Berbasis Tim (Team Based Learning)

Mengubah siswa-siswa yang sudah terbiasa menerima konsep-konsep pembelajaran menjadi siswa-siswa yang mampu menerapkan konsep-konsep pembelajaran ke dalam proses pemecahan maslah bukan suatu hal yang gampang. Ini adlah sebuah tugas yang berat. Membuat perubahan pada kemampuan berpikir  siswa juga memerlukan perubahan baik pada peran guru sebagai pengajar maupun peran siswa sendiri sebagai pebelajar.

Guru harus berubah peran dari orang yang memberikan informasi menjadi orang yang merancang dan memanajemen proses pembelajaran. Sedangkan siswa harus berubah peran dari subyek yang pasif menerima informasi menjadi orang yang memiliki rasa tanggung jawab  untuk mengeksplorasi  materi pembelajaran, sehingga mereka akan lebih siap belajar di kelas di dalam kelompok-kelompoknya.

Perubahan arah ini tidak langsung serta merta terjadi dan mungkin tampak seperti mimpi daripada sesuatu yang dapat dicapai. Tetapi bagaimanapun, semua itu sebenarnya sangat dapat dicapai apabila keempat elemen (unsur) dasar pembelajaran berbasis tim (team based learning) dapat diimplementasikan dengan baik. Keempat elemen pembelajaran berbasis tim tersebut adalah:
  1. Tim. Kelompok harus dibentuk dan dimanajemen dengan baik.
  2. Akuntabilitas. Setiap siswa harus akuntabel dalam kaitan dengan kualitas pembelajaran dan kerja mereka baik secara individuaal maupun dalam kelompok.
  3. Umpan balik. Umpan balik harus diberikan kepada siswa secara rutin dan sering .
  4. Rancangan Tugas. Rancangan tugas harus merangsang baik pembelajaran maupun perkembangan kelompok.
Bila ke-4 elemen ini diterapkan dalam pembelajaran, maka kelas telah disulap menjadi tim-tim pembelajaran yang kohesif.

Keterampilan Berpikir Kreatif: Beberapa Strategi Pembelajaran

Benjamin Bloom (1956) telah mengembangkan taksonomi tingkatan perilaku intelektual dalam belajar seseorang. Taksonomi ini berisi 3 domain sebagaimana yang telah lumrah diketahui oleh para guru dan pendidik yaitu, kognitif psikomotor, dan afektif. Pada domain kognitif, Bloom telah mengidentifikasi 6 tingkatan yaitu: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Domain kognitif dan keenam tingkatannya yang dikembangkan oleh Bloom ini masih digunakan sampai saat ini.

Berpikir kreatif melibatkan menciptakan sesuatu yang baru atau asli. Ini melibatkan keterampilan yang memiliki fleksibilitas, orisinalitas, kefasihan, elaborasi, curah gagasan (brainstorning), modifikasi, berkhayal, pemikiran asosiatif, daftar atribut, dan berpikir metaforis.. Tujuan dari berpikir kreatif adalah untuk merangsang keingintahuan dan merangsang berpikir divergen.

Berpikir kreatif termasuk ke dalam kategori keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Dan, ketika kita membicarakan tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi maka kita berkonsentrasi pada ketiga tingkat atas Taksonomi Bloom: analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi(C6).

Keterampilan berpikit kreatif ini sangat penting dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Lalu bagaimana cara untuk membelajarkan keterampilan berpikir kreatif kepada siswa. Banyak buku yang telah ditulis yang memuat hasil-hasil penelitian dan best practice tentang bagaimana cara mengajarkan keterampilan berpikir tingkat tinggi ini. Beberapa di antaranya, sebagaimana yang ditulis oleh Michael Michalko, Andy Van Gundy, James Higgins, Dilip Mukerjea dan lainnya, antara lain melalui strategi:

  • Masukan acak (random input)
  • Pembalikan Masalah  
  • Ajukan Pertanyaan (Problem Reversal)
  • Imajinasi Terapan - Pertanyaan Ringkasan (Applied Imagination -Question Summary)
  • Berpikir Lateral (Lateral Thinking)
  • Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats)
  • Prinsip Diskontinuitas (The Discontinuity Principle)
  • Ceklis / Daftar Periksa
  • Curah Gagasan (Brainstorming)
  • Analogi
  • Daftar atribut 
  • Analisis morfologi
  • Imitasi
  • Peta Pikiran (Mindmapping)
  • Storyboard
  •  Synectics
  • Berpikir Metaporis
  • Teknik Teratai Mekar
  • Dalam Dunia Indra
  • Gunakan gambar (dari Pengalaman Robert McKim di Berpikir Visual
  • Idea Toons (oleh Michael Michalko)
  • Teknik NLP (Neuro-Linguistic Programming) 
  • DO IT! (metode Roger Olsen)
  • Metode LARC
  • Pemecahan Masalah
  • Simplex - sebuah proses dengan tiga tahapan (menemukan masalah, memecahkan masalah, menerapkan pemecahan masalah) dan delapan langkah diskrit direpresentasikan sebagai roda untuk mencerminkan sifat, pemecahan masalah secara sirkuler. Nama lengkapnya adalah proses Simplex Basadur. Delapan langkah yang dimaksud meliputi: menemukan masalah, pencarian fakta, mendefinisikan masalah, menemukan ide, mengevaluasi dan memilih, perencanaan tindakan, mendapatkan penerimaan, dan mengambil tindakan.      
  • Metode TRIZ Semyon D. Savransky
  • Berpikir Fuzzy 
  • Beberapa lebih lanjut contoh teknik kreativitas dan pedoman terkait dengan contoh-contoh historis.
  • Terobosan Berpikir - Terdiri dari 7 langkah solusi keunikan, tujuan setelah berikutnya, sistem, pengumpulan informasi yang diperlukan, desain , dan perbaikan.

Tips Berpikir Kreatif dengan Masukan Acak (Random Input)

Tips Berpikir Kreatif

Pernahkah anda menemukan diri anda atau siswa anda terjebak saat berlangsung curah gagasan tentang suatu masalah pada ide yang sama berulang-ulang? Itu bisa berarti anda butuh tips berpikir kreatif berikut ini. Dalam situasi seperti ini, mungkin sulit untuk keluar dari pola normal Anda berpikir dan memberikan ide-ide kreatif yang benar-benar baru dan orisinil.Inilah saatnya anda membutuhkan berpikir kreatif dengan masukan acak (random input).

Berpikir Kreatif dengan Masukan Acak (Random Input)

Teknik masukan acak (random input) adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memperoleh keterampilan berpikir kreatif (salah satu bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi/higher order thikning skills). Masukan acak adalah teknik berpikir lateral, yang menggerakkan anda atau siswa anda di luar pola pemikiran biasa sehingga anda atau siswa anda dapat mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif.

Sang Pencipta

Masukan acak diciptakan oleh psikolog Edward de Bono pada tahun 1968, dan diterbitkan pada tahun 1992 bukunya, "Serious Creativity", yang berguna ketika anda atau siswa anda perlu ide-ide segar atau perspektif baru selama proses pemecahan masalah.

Pada banyak jenis pemecahan masalah, kita cenderung berpikir dengan menggunakan pola-pola yang kita lihat di masa lalu, dan menerapkan solusi yang telah kita lihat berfungsi dalam memecahkan masalah semacam itu . Seringkali, kita terjebak dalam pola-pola ini. Di sinilah mungkin sulit untuk melangkah keluar bahwa pola berpikir, bahkan jika Anda mau.

Teknik yang Digunakan

Masukan acak adalah teknik untuk menghubungkan pola berpikir lain ke pola berpikir yang biasa kita gunakan. Dengan demikian, ini membantu kita bergerak di luar cara berpikir biasa kita, sehingga kita bisa memperoleh solusi baru untuk memecahkan masalah yang sedang kita hadapi.

Salah satu yang dapat kita lakukan dengan teknik ini misalnya:
  • Gunakan sebuah kantong yang berisi ratusan kata. 
  • Saat ide kita sedang macet, ambil satu kartu dan baca kata yang tertera di atasnya. 
  • Berusahalah untuk menghubungkan kata yang diperoleh itu dengan masalah dihadapi atau pemecahan masalah yang ingin dilakukan. 
  • Sekali lagi: buat hubungan, bagaimanapun caranya. 
Strategi lain adalah dengan menggunakan kantong berisi gambar-gambar, atau menggunakan kamus. Adalah penting untuk tetap berusaha menggunakan kata pertama, atau gambar pertama yang telah diambil dan menjadikannya sumber ide baru yang memungkinkan anda keluar dari pola biasa. Salah satu bidang studi yang banyak menggunakan teknik ini adalah pelajaran menulis pada kelas bahasa.

Demikian tulisan tentang tips berpikir kreatif dengan masukan acak (random input). Semoga bermanfaat bagi anda, dan ikuti tulisan berikutnya di blog ptk dan model pembelajaran ini.

Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle)

Siklus Belajar, Apakah itu?

Jumpa lagi di blog ptk dan model pembelajaran. Kini kita akan membahasa model pembelajaran siklus belajar atau dalam istilah Inggrisnya Learning Cycle. Siklus belajar ( learning cycle ) merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada teori Piaget dan teori pembelajaran kognitif serta aplikasi model pembelajaran konstruktivis. Model ini dikembangkan oleh Robert Karplus dan koleganya dalam rangka memperbaiki kurikulum sains SCIS  ( Science Curriculum Improvement Study) dengan tahapan-tahapannya : exploration, invention dan discovery, namun kemudian dikembangkan oleh Charles R. Barman dengan tahapan-tahapannya : exploration phase, concept introduction, dan concept application. Selanjutnya model ini kemudian dikembangkan lagi dan dewasa ini lebih dikenal dengan model siklus belajar sains 4-E ( 4-E science learning cycle ), dengan tahapan-tahapan : exploration phase, explanation phase, expansion phase, evaluation phase (Carin 1993:87)

Menurut Lawson (1989) dalam Bybee (1996:205) siklus belajar  sains  adalah satu cara berpikir dan bertindak yang cocok untuk siswa belajar. Penggunaan siklus belajar (learning cycle)  memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengungkapkan pengetahuan sebelumnya dan kesempatan untuk menyanggah, mendebat gagasan-gagasan mereka, proses ini menghasilkan ketidakseimbangan kognitif, sehingga  mengembangkan tingkat penalaran yang lebih tinggi, dan merupakan suatu pendekatan yang baik untuk pembelajaran sains.

Menurut  Renner dan Marek  dalam Martin (1994:202-203)  bahwa dari riset yang mereka lakukan tentang penggunaan  model siklus belajar (learning cycle)  pada pembelajaran ternyata hasilnya dapat meningkatkan prestasi  anak-anak dan meningkatkan pengembangan keterampilan prosesnya. Mereka juga mengakui bahwa siklus belajar (learning cycle) dapat meningkatkan intelektual anak. Bagaimanapun juga mereka menyimpulkan  bahwa model siklus belajar (learning cycle) adalah suatu cara untuk membantu anak-anak menerapkan matematika, keterampilan ilmu kemasyarakatan, menginterpretasikan grafik, tabel, dan poster serta asimilasi data untuk memecahkan masalah, dan menentukan maksud atau arti kalimat.  Para peneliti mengungkapkan bahwa siklus belajar (learning cycle) adalah suatu cara alami untuk belajar dan memenuhi tujuan pendidikan uang utama : membantu anak-anak belajar bagaimana cara berpikir.

Fase atau Langkah-Langkah Siklus Belajar

Fase-fase siklus belajar sains  (the science learning cycle)  dengan penjelasan fase-fasenya  sebagai berikut :

Fase  I. Exploration (penyelidikan)

Pada fase ini para siswa belajar melalui keterlibatan dan tindakan-tindakan, gagasan-gagasan mereka dan hubungan-hubungan dengan materi baru diperkenalkan dengan bimbingan guru yang minimal agar memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan sebelumnya, mengembangkan minat, menumbuhkan dan memelihara rasa ingin tahu terhadap materi itu. Materi perlu disusun secara cermat sehingga sasaran belajar itu menggunakan konsep dan gagasan yang mendasar. Selama fase ini guru menilai pemahaman para siswa terhadap sasaran pelajaran. Menurut Bybee bahwa, tugas guru disini tidak boleh memberitahukan atau menerangkan konsep.

Fase  II. Explanation (Pengenalan)

Pada fase ini para siswa kurang terpusat dan ditunjukkan untuk mengembangkan mental. Tujuan dari fase ini guru membantu para siswa memperkenalkan konsep sederhana, jelas dan langsung yang berkaitan dengan fase sebelumnya, dengan berbagai strategi para siswa disini harus terfokus pada pokok penemuan konsep-konsep yang mendasar secara kooeperatif dibawah bimbingan guru (guru sebagai fasilitator) mengajukan konsep-konsep itu secara sederhana, jelas dan langsung.

Fase  III.Expansion (Perluasan)

Pada fase ini para siswa  mengembangkan konsep-konsep yang baru dipelajari untuk diterapkan pada contoh-contoh lain, dipakai sebagai ilustrasi konsep intinya dapat membantu para siswa mengembangkan  gagasan-gagasan mereka dalam kehidupannya.

Fase  IV. Evaluation (Evaluasi)

Pada fase ini ingin mengetahui penjelasan para siswa terhadap siklus pembelajaran ini. Evaluasi dapat berlangsung setiap fase pembelajaran, untuk menggiring pemahaman konsep juga perkembangan keterampilan proses. Evaluasi bukan hanya pada akhir bab. Dari fase-fase yang disebutkan di atas menurut  Carin dan Martin tujuan paedagoginya adalah sama. Untuk jelasnya seperti pada gambar.
langkah-langkah siklus belajar (learning cycle)
Fase-Fase Siklus Belajar (Learning Cycle 4E)

Referensi:

Carin, A.A . 1993. Teaching Science Through Discovery . Seventh Edition .New York : Mcmillan   Publishing Company.

Martin, Ralph.E. 1994. Teaching Science For All Children. Boston :Allyn and Bacon.

Bybee, W.R , Trowbridge L.W. 1996. Teaching Secondary School Science : Strategies for Develoving Scientific Literacy . New Jersey :Merrill Publishing.

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD : Cara Memperkenalkan

Sunday, February 16, 2014

Cara Memperkenalkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Blog ptk dan model pembelajaran kali ini menulis tentang bagaimana cara memperkenalkan model pembelajaran tipe STAD untuk pertama kalinya kepada siswa di kelas. Yuk disimak. Melaksanakan pembelajaran kooperatif sebenarnya tidaklah terlalu sulit. Walaupun demikian tetap butuh persiapan yang matang, supaya pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan oleh guru tidak menjadi pembelajaran tradisional - konvensional walaupun telah bersetting pembelajaran berkelompok.

Langkah-Langkah oleh Guru

Bila pembelajaran kooperatif pertama kali dilaksanakan di dalam kelas, sebaiknya guru terlebih dahulu memperkenalkannya kepada siswa. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang relatif sederhana pelaksanaannya adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions) yang telah dikembangkan oleh Slavin (1994). Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru untuk memperkenalkan model pembelajaran kooperatif kepada siswa adalah sebagai berikut:

  1. Bagi siswa ke dalam kelompomyang terdiri dari 4 - 5 orang. Sebagai catatan: 4 anggota lebih baik. Anggota kelompok dapat ditempatkan 5 orang jika kelas tersebut tidak dapat dibagi 4 secara merata. Sebelum membagi mereka, peringkatkan siswa anda berdasarkan kinerja akademik yang telah guru rekam melalui catatan nilai mereka. Kemudian bagi daftar tersebut menjadi 4 bagian. Keempat bagian menunjukkan kelompok siswa dengan kinerja akademik: Tinggi - Sedang - Sedang - Kurang. Selanjutnya, ambil dari setiap bagian itu 1 siswa, sehingga setiap kelompok terdiri dari 4 anggota dengan kinerja akademik tinggi, sedang, sedang, dan kurang. Perhatikan pula keseimbangan jenis kelamin, kesukuan, agama, sosial, dan ekonomi setiap kelompok yang dibentuk sehingga benar-benar heterogen. Bila siswa berlebih (dari komposisi 4 orang per kelompok, maka beberapa kelompok dapat diisi dengan 5 orang, dengan catatan, sebaiknya siswa lebih itu harus berasal dari siswa dengan kinerja akademik sedang.
  2. Siapkan lembar kerja atau beberapa tugas yang akan diberikan pada pembelajaran, di mana selama pembelajaran setiap kelompok bertugas menguasai atau menyelesaikan lembar kerja/tugas dan saling bantu untuk menguasai tugas/lembar kerja tersebut.
  3. Saat guru mulai memperkenalkan pembelajaran kooperatif tipe STAD, dalam kegiatan pembelajarannya guru dapat mulai dengan membacakan tugas-tugas tim. Selanjutnya mintalah setiap tim untuk menyatukan meja, dan beri bantuan untuk proses transisi ini agar kelas tidak menjadi ribut. Berilah waktu beberapa menit (misal 10 menit) untuk memberi kesempatan kepada setiap kelompok memberi nama tim mereka. Beri inspirasi bila dibutuhkan.
  4. Berikutnya, bagilah lembar kerja atau tugas yang telah anda siapkan sebagaimana tersebut di atas (cukup 2 eksemplar untuk setiap tim, JANGAN LEBIH).
  5. Sarankan setiap tim untuk bekerja di kelompoknya secara berpasangan (berdua-berdua atau berdua-bertiga bagi kelompok yang beranggotakan 5 orang). Mereka dapat diajarkan berbagi tugas, atau saling mengoreksi, menjelaskan, dan mengkritisi pekerjaan pasangan lain di dalam kelompoknya.
  6. Selalu memberi penekanan kepada seluruh kelompok agar jangan berhenti mempelajari lembar kerja / tugas sebelum SEMUA anggota kelompok memiliki pemahaman yang sama terhadap tugas yang telah diberikan itu. Jelaskan kepada siswa bahwa hasil pekerjaan mereka di lembar kerja atau tugas tersebut tidak akan dinilai, hanya dijadikan sebagai latihan saja.
  7. Apabila siswa mempunyai pertanyaan, upayakan agar mereka terlebih dahulu menanyakan pertanyaan itu kepada anggota lain di dalam kelompoknya.
  8. Berkelilinglah di dalam kelas dan pujilah kinerja-kinerja yang baik yang ditampilkan siswa. Beri umpan balik bagaimana cara mereka bekerja sama di dalam kelompok.
  9. Berikanlah tugas/lembar kerja lainnya. Kali ini mereka tidak boleh bekerja sama. Berikan waktu yang cukup untuk mengerjakannya secara individual. Ini adalah saat setiap anggota kelompok bahwa mereka telah berusaha belajar dengan baik pada saat tugas / lembar kerja pertama (yang sebelumnya) diberikan. Saat menyelesaikan tugas individual ini, pisahkanlah meja mereka bila dibutuhkan.
  10. Kumpulkan lembar kerja/tugas. Hitung nilai setiap individu anggota kelompok untuk pengerjaan tugas tersebut. Nilai didasarkan pada skor peningkatan terhadap skor dasar (nilai ulangan atau tugas mereka sebelumnya).
  11. Kumpulkan nilai-nilai anggota kelompok sebagai nilai tim mereka. Beri penghargaan kepada kelompok-kelompok yang memiliki nilai bagus, juga individu yang memberikan sumbangan bagus kepada kelompoknya. Semua ini dimaksudkan sebagai bentuk akuntabilitas  setiap individu anggota tim terhadap kelompoknya masing-masing.

Model Pembelajaran Kooperatif : Ketergantungan Positif

Ketergantungan Positif Jantung Pembelajaran Kooperatif

Apakah pembelajaran kooperatif yang dilakukan guru berhasil dengan baik? Untuk menjawab pertanyaan ini, sebaiknya seorang guru harus mencek apakah terbentuk suatu ketergantungan positif antara anggota-anggota di dalam kelompok-kelompok kooperatif siswa mereka. Mengapa demikian? Guru perlu mencek kembali pembelajaran kooperatif yang dilaksanakannya dengan memperhatikan faktor ini, karena ketergantungan positif antar anggota kelompok merupakan “jantung” dari model pembelajaran kooperatif.
Ketergantungan positif adalah kepercayaan yang terdapat pada setiap individu anggota kelompok bahwa bekerja bersama siswa lain akan memberikan hasil yang jauh lebih baik dibanding bekerja atau belajar sendirian.

Ketergantungan Positif Menurut Para Ahli

Beberapa kutipan berikut mengilustrasikan cara pandang yang berbeda tentang ketergantungan positif dalam model pembelajaran kooperatif:

  1. “Ketergantungan positif adalah menghubungkan siswa satu sama lain sehingga tidak ada seorangpun dapat sukses kecuali semua anggota kelompoknya yang lain juga sukses. Setiap anggota kelompok menyadari sepenuhnya bahwa mereka akan tenggelam bersama atau berenang bersama”, (Johnson, Johnson, dan Holubec, 1998).
  2. “Saat siswa memahami sepenuhnya tentang ketergantungan positif, mereka mengerti bahwa setiap usaha anggota kelompok wajib dan dibutuhkan untuk kesuksesan kelompoknya, dan setiap anggota mempunyai kontribusi yang unik terhadap upaya-upaya kelompok dari sumber daya, peran dan tanggung jawab mereka”, (Johnson, Johnson, dan Holubec, 1998).
  3. “Tujuan dari adanya ketergantungan positif adalah untuk menjamin bahwa kelompok disatukan oleh tujuan bersama, sebuah alasan bagi setiap anggota kelompok untuk mempelajari bahan ajar yang ditugaskan”, (Johnson, Johnson, dan Holubec, 1998).
  4. “Ketergantungan positif sukses dibangun bila anggota-anggota kelompok menyadari bahwa mereka dipersatukan dan dihubungkan satu sama lain sehingga tidak akan ada seorangpun siswa yang sukses kecuali semua anggota kelompok sukses. Tujuan kelompok dan tugas, harus dirancang  dan dikomunikasikan dengan siswa sehingga mereka percaya bahwa mereka sedang berenang bersama. Bila ketergantungan positif terbentuk dengan solid, maka akan tampak ciri: (a) setiap usaha anggota kelompok wajib dan dibutuhkan untuk memperoleh kesuksesan kelompok; (b) setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi yang unik untuk kesuksesan dan upaya kelompok. Dengan demikian maka akan terbentuk sebuah komitmen bersama untuk kesuksesan kelompok sebagaimana komitmen untuk kesuksesan setiap anggota kelompok, yang merupakan jantung dari model pembelajaran kooperatif. Jika pada sebuah pembelajaran kooperatif tidak terjadi ketergantungan positif, maka berarti tak ada pembelajaran kooperatif (clcrc.com).

Elemen Pembelajaran untuk Menumbuhkan Ketergantungan Positif

Lalu bagaimana caranya sehingga ketergantungan positif ini dapat muncul dan terbentuk di pembelajaran guru yang mengacu pada model pembelajaran kooperatif? Berikut adalah beberapa elemen pembelajaran yang dapat dirancang untuk memunculkan dan membentuk ketergangantungan positif antar anggota kelompok kooperatif:
  1. Tujuan produk. Gunakan tujuan pembelajaran produk yang membutuhkan kontribusi dari seluruh anggota kelompok. Contohnya: bertanya kepada suatu kelompok siswa melalui pertanyaan yang memerlukan kesepakatan bersama untuk menjawabnya, kemudian lanjutkan dengan sebuah tujuan pemecahan masalah pada akhir pembelajaran, atau minta mereka untuk membuat sebuah paragraf tentang hal tersebut (www.learn-line.nrw.de).
  2. Penghargaan (reward). Penghargaan dapat dirancang untuk diberikan ketika mereka berhasil menyelesaikan tugas secara bersama-sama. Cara yang dapat dilakukan oleh guru misalnya selain ada skor individual untuk skor ulangan/latihan, siswa dapat memperoleh skor tertentu bila semua anggota kelompok dapat mencapai batas skor tertentu yang telah ditentukan oleh guru (www.learn-line.nrw.de)..
  3. Bahan ajar. Bahan ajar dapat dijadikan sarana untuk memicu muncul dan terbentuknya ketergantungan positif bila setiap siswa mempelajari/mempunyai bahan ajar yang spesifik (berbeda) yang dibutuhkan untuk kesuksesan kelompok (www.wcer.wisc.edu)..
  4. Peran. Peran setiap anggota di dalam kelompok dapat memicu dan membentuk ketergantungan positif antar anggota kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan pembagian tugas dan fungsi (misalnya, ada yang berperan sebagai pencatat data, pengamat waktu pada stopwatch, juru bicara, dsb.). Pastikan bahwa setiap anggota kelompok mendapatkan peran yang layak. Pemberian tugas yang kompleks dan harus dibagi-bagi untuk melakukannya akan menciptakan akuntabilitas setiap anggota kelompok dalam melaksanakan tugas belajar. Peran dapat dirolling untuk memberikan kesempatan dan pengalaman berbeda kepada setiap anggota kelompok (www.wcer.wisc.edu)..
  5. Tugas atau bagian tugas. Tugas atau bagian-bagian tugas dapat dirancang oleh guru sehingga dalam penyelesaiannya memerlukan saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Misalnya, pengambilan sampel air kolam dilakukan oleh 2orang siswa, sementara 2 orang siswa lainnya bertugas mempelajari bagaimana cara pengambilan air sampel kolam melalui studi pustaka (www.wcer.wisc.edu).
Terimakasih telah berkunjung ke blog ptk dan model pembelajaran ini, sampai jumpa lagi.

Referensi:

Johnson, R.T., Johnson, D.W., and Holubec, E.J. (1998). Cooperation in the Classroom. Boston: Allyn and Bacon.

Tersedia di world wide web: http://www.wcer.wisc.edu/nise/CL1/CL/moreinfo/MI3D.htm. [Diakses 2012-05-2]

Tersedia di world wide web: http://www.learn-line.nrw.de/angebote/greenline/lernen/downloads/typesof.pdf. [Diakses 2012-05-2]

Laporan PTK: Kemampuan Mengemukakan Pendapat

Thursday, February 13, 2014

Penerapan Strategi Modeling Partisan untuk Meningkatkan Kemampuan Mengungkapkan


Oleh:

Purwanti Ningsih ( Alumni Prodi BK FIP Unesa) 
Sutijono (Staf Pengajar Prodi BK FIP Unesa)

Sumber:
Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Universitas Negeri Surabaya.
Volume 12 no 2 Desember 2011.
http://ppb.jurnal.unesa.ac.id/


Abstrak: 

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi modeling partisipan dalam meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 22 Surabaya. Jenis penelitian ini adalah pre-experimental dengan menggunakan one group pre-test and post-test design. Subyek penelitian ini adalah 5 siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 22 Surabaya yang memiliki kemampuan rendah dalam mengungkapkan pendapat di kelas. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket kemampuan mengungkapkan pendapat di kelas. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan 4 pilihan jawaban yang terdiri dari selalu, sering, jarang dan tidak pernah. Analisis data yang digunakan adalah statistik non parametrik dengan uji tanda (sign test). Setelah diadakan analisis dengan menggunakan uji tanda, dapat diketahui bahwa ρ = 0,031 lebih kecil dari α sebesar 5% = 0,05. Artinya setelah penerapan strategi modeling partisipan, siswa mengalami peningkatan kemampuan mengungkapkan pendapat dari kategori rendah menjadi kategori sedang. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada perbedaan skor antara sebelum dan sesudah penerapan strategi modeling partisipan terhadap peningkatan kemampuan mengungkapkan pendapat pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 22 Surabaya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi modeling partisipan dapat digunakan untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat di kelas.
Kata kunci: Strategi modeling partisipan, kemampuan mengungkapkan pendapat
strategi modeling partisipan
strategi modeling partisipan

SEBAGIAN ISI MAKALAH:

.................................

Strategi Modeling Partisipan

Bandura (dalam Cormier, 1985:336), menyatakan bahwa “participant modelling quickly achieved very high levels of change on behavioral, attitudinal, and perceived self efficacy measures in dealing with a feared stimulus“ yang artinya, “Modeling partisipan mempercepat level perubahan terhadap perilaku, sikap dalam menghadapi rangsangan yang mengkhawatirkan“. Dalam Kamus Psikologi (1987:285), Kartono menyatakan modeling partisipan merupakan bentuk pelajaran dimana seseorang siswa melakukan suatu tindakan dengan memperhatikan dan meniru sikap serta tingkah laku orang lain.
Sedangkan menurut Gunarsa (2001:220), memberikan pengertian Modeling Partisipan adalah : “Proses belajar mengobservasi perilaku individu atau kelompok tertentu, dan kemudian individu tersebut beraksi sesuai dengan individu atau kelompok yang diobservasi sesuai dengan stimulus (pikiran sikap, atau perilaku) yang telah ditangkapnya”.

Menurut Bandura, strategi modeling partisipan merupakan suatu proses belajar mengajar mengamati tingkah laku individu atau kelompok melalui kegiatan demonstrasi dengan ketentuan adanya seseorang sebagai model, adanya pihak pengamat yang mengamati tingkah laku untuk menghasilkan tingkah laku baru yang diinginkan (Udiyastutik, 2009).

Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi modeling partisipan adalah suatu strategi yang digunakan untuk membantu seseorang yang mengalami kesulitan dalam menghadapi kondisi yang mengkhawatirkan melaui observasi terhadap perilaku yang dimodelkan oleh seseorang sehingga dapat menumbuhkan motivasi pada diri konseli dan akhirnya memperoleh perubahan perilaku yang semakin membaik.

Tujuan modeling partisipan dalam Cormier (1985:328), berbunyi : “Modelling can help a person perform an already acquire new behavior in more appropriate ways or at more desirable times” yang artinya Modeling dapat membantu penampilan seseorang yang memiliki tingkah laku yang belum siap di dalam cara yang lebih tepat/pada waktu yang lebih diinginkan. Nursalim (2005:75), menyatakan Modeling partisipan digunakan untuk mengurangi perasaan dan perilaku menghindar pada diri seseorang yang dikaitkan dengan aktivitas atau situasi yang mengkhawatirkan. Menurut Gunarsa (2001:222), tujuan modeling atau peniruan melalui penokohan adalah membantu klien menghadapi phobia, gangguan psikologi, gangguan dalam pergaulan misalnya di sekolah.
Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan tujuan dari Modeling partisipan adalah untuk membantu klien dalam mengurangi perasaan dan perilaku yang menghindar, mendapatkan keterampilan sosial, modifikasi perilaku verbal dan mendapatkan respon–respon phobia pada situasi yang mengkhawatirkan.

Dalam Nursalim (2005:76) ada 4 komponen dasar Modeling Partisipan yaitu rationale, modeling, partisipasi terbimbing, dan pengalaman yang berhasil. Di bawah ini akan diuraikan keempat komponen tersebut.

Pertama, Rasional. Berikut ini adalah contoh rasional Modeling partisipan yang dapat diberikan oleh konselor kepada klien: “Prosedur ini digunakan dalam membantu anda untuk mengatasi ketakutan atau perilaku baru. Ada tiga hal utama yang akan kita lakukan yaitu ; pertama, anda akan melihat beberapa orang mendemonstrasikan. Kedua, anda akan mempraktekkan kemampuan tersebut dengan bimbingan saya selama wawancara konseling ini berlangsung. Ketiga, kami akan mengatur bagi anda untuk melakukan kemampuan tersebut di luar wawancara konseling yang memungkinkan anda memperoleh keberhasilan. Jenis praktek ini akan membantu anda menampilkan apa yang anda rasa sulit anda lakukan. Apakah anda mau mencobanya sekarang?”.

Kedua, Modeling. Komponen modeling dari Modeling partisipan terdiri dari 5 bagian, yaitu : 1) Perilaku sasaran. Langkah pertama yang harus dilakukan konselor adalah menentukan perilaku sasaran. Perilaku sasaran yang kompleks harus dibagi dalam sub skill / subtask dalam suatu rangkaian hirarki. 2) Mengatur subskill. Konselor dan klien perlu mengatur subskill atau sub task dalam suatu hirarkhi. Suatu hirarkhi dimulai dari situasi yang paling sedikit ancamannya atau situasi ynag paling tidak menakutkan ; kemudian diikuti kemampuan atau situasi yang lebih kompleks dan yang lebih besar ancamannya. Hirarkhi yang paling ringan dikerjakan terlebih dahulu menyusul hirarkhi yang lebih kompleks. 3) Memilih model. Sebelum melaksanakan komponen modelling, perlu dilakukan seleksi terhadap model yang tepat. Kadang – kadang yang paling efisien adalah menggunakan konselor sebagai model. Keuntungan yang lebih besar diperoleh bila digunakan model yang agak serupa dengan klien. 4) Instruksi sebelumnya bagi klien. Sebelum demonstrasi model, untuk menarik perhatian klien pada model, konselor harus memberi instruksi kepada klien tentang apa yang akan dimodelkan. Klien disuruh mencatat bahwa model akan dimintai tanggapan–tanggapan tertentu tanpa mengalami akibat yang merugikan.

Ketiga, demonstrasi model. Dalam Modeling partisipan, seorang model mendemonstrasikan satu bagian kemampuan sekaligus. Sering kali diperlukan demonstrasi yang diulang atas tanggapan yang sama. Setelah demonstrasi perilaku atau aktivitas, klien diberikan kesempatan dan bimbingan yang perlu untuk menampilkan perilaku yang dimodelkan. Partisipasi terbimbing adalah salah satu komponen pembelajaran yang paling penting untuk mengatasi situasi yang menakutkan, dan untuk memperoleh perilaku yang baru. Partisipasi ini ditujukan untuk “pengangkatan kemampuan baru dan keyakinan, daripada membuka kekurangan“.
Partisipasi terbimbing terdiri atas 5 langkah yang masing masing langkah akan digambarkan dan diilustrasikan sebagai berikut. 1) Praktek Klien. Setelah model mendemostrasikan aktivitas atau perilaku, klien diminta melakukan apa yang dimodelkan. Konselor meminta klien menampilkan setiap perilaku dalam hirarkhi. Klien menampilkan setiap aktivitas atau perilaku, mulai dengan langkah pertama dalam hirarkhi, sampai dia dapat melakukan dengan penuh terampil dan percaya diri. 2) Umpan Balik Konselor..............................

BACA SELENGKAPNYA MAKALAH INI SEBAGAIMANA ASLINYA DI SINI
 

Most Reading