Pages

Showing posts with label Drama. Show all posts
Showing posts with label Drama. Show all posts

Naskah Drama Timun Mas

Thursday, February 20, 2014

Naskah Drama Timun Mas. 
Naskah Drama
(Timun Mas)



Para pemain :1.Timun Emas diperankan oleh  Ira  Nur  Habibah2. Pak  Karta        “ Misbach  Munir3. Bu  Karta        “ Dwita Rahmadhanti4. Pak  Salam        “ Novian Rindi5. Pak  Darus        “ Bagas leo                                                                                                   6. Raksasa        “ Ricky PratamaNaskah  dan Sutradara oleh  Yudhi Prayogyono

Naskah Drama Terlengkap untuk Tugas Sekolah

Wednesday, February 19, 2014

Naskah Drama Terlengkap untuk Tugas Sekolah. Kali ini kita akan membahas sesuatu yang beda dari materi pelajaran yang mungkin sering membosankan bagi rekan semua yaitu drama. Pada postingan kali ini akan kita bahas beberapa contoh naskah drama seperti dibawah ini.


Download

1. Naskah Drama 5 Pemain

Mementaskan sebuah drama dengan jumlah pemain yang begitu banyak memiliki kesukaran tersendiri. Bagi pemain drama profesional mungkin itu tidak menjadi masalah namun untuk para pemula dan mungkin juga untuk rekan pelajar yang masih mempelajari seni drama ini sudah barang tentu mengalami kesulitan tersendiri. Selain karena kemampuan individu yang masih belum terasah kemampuan bekerjasama antar pemain juga menjadi kendala.

Untuk menghindari hal itu ada baiknya bagi rekan-rekan yang ingin berlatih pementasan drama untuk memilih drama dengan jumlah pemain yang tidak terlalu banyak seperti drama dengan jumlah pemain 5 orang. Untuk contoh naskah drama dengan 5 pemain silahkan lihat di Contoh Naskah Drama 5 Pemain.

2. Naskah Drama 6 Pemain

Apabila rekan ingin belajar mementaskan sebuah pertunjukan drama dengan pemain lebih banyak ada baiknya rekan menyiapkan segala sesuatunya dengan maksimal. Jangan lupa untuk memilih cerita drama yang menarik agar dalam pementasannya para pemain lebih mudah dalam mengingat bagiannya masing-masing. Sebagai acuan rekan bisa melihat contohnya di Contoh Naskah Drama 6 Pemain.

3. Naskah Drama 7 Pemain

Buat rekan yang akan berlatih pementasan drama yang lumayan besar, berikut ini kami susun beberapa contoh naskah drama dengan jumlah pemain 7 orang. Naskah drama yang ini selain ceritanya menarik juga menggunakan bahasa yang ringan sehingga tidak terlalu sulit untuk diingat. Bagi yang berminat silahkan lihat Contoh Naskah Drama 7 Pemain yang sudah disusun buat rekan semua.

4. Naskah Drama 8 Pemain

Pementasan drama dengan 8 pemain merupakan pementasan yang lumayan besar dan perlu persiapan yang lama. Sudah jelas, karena drama dengan 8 pemain akan memerlukan waktu pementasan yang lebih lama dengan kesulitan yang lebih terasa. Tapi apapun dan bagaimanapun itu, untuk yang ingin mencoba dengan drama 8 pemain silahkan lihat ulasan Contoh Naskah Drama 8 Pemain.

Selain naskah drama yang telah kita bahas diatas, kali ini kita juga akan membahas beberapa contoh naskah drama lain dengan bahasa yang berbeda yaitu:

A. Naskah Drama Bahasa Jepang

Untuk drama dengan bahasa jepang kita sebenarnya dapat menggunakan drama-drama bahasa Indonesia yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa jepang. Atau kita juga dapat membuatnya sendiri untuk sekaligus melatih kemampuan kita. Tapi, untuk kalian yang membutuhkan naskah drama jepang rekan bisa lihat contohnya drama Bahasa Jepang.

B. Naskah Drama Bahasa Inggris

Sama dengan drama berbahasa Jepang, drama yang menggunakan bahasa Inggris juga bisa kita ambil dari drama bahasa Indonesia yang kita terjemahkan atau naskah drama asli yang berbahasa Inggris. Untuk yang berminat melihat contohnya silahkan lihat drama Bahasa Inggris.
Update Naskah Drama Terlengkap
Selain drama-drama diatas, ada baiknya rekan pelajar juga mampir melihat update yang terbaru untuk naskah drama terlengkap kita. Siapa tahu rekan pelajar dapat menemukan tema atau ide-ide sedar yang dapat digunakan dalam penyusunan tugas garapan drama. Silahkan baca melalui pintu dibawah ini untuk update terbarunya.


Jika nanti ada update lain, tentunya akan segera saya sampaikan kepada rekan pelajar semua agar dapat menjadi sumber tambahan dalam belajar drama.

Contoh Naskah Drama 5 Pemain

Thursday, February 13, 2014

Seni pementasan drama merupakan salah satu seni yang menarik dan cukup menantang untuk dipelajari. Untuk berlatih seni drama berikut akan kita bahas contoh seni drama dengan 5 pemain.

Buat rekan-rekan yang lagi berlatih drama silahkan melihat salah satu contoh drama 5 pemain yang dibahas dibawah ini. Langsung saja, kita lihat contohnya dibawah ini:

Contoh naskah drama 5 pemain:

Ingat, naskah drama diatas hanya merupakan contoh yang bisa kita gunakan sebagai acuan berlatih drama. Untuk naskah drama yang lain rekan pelajar bisa belajar membuatnya sendiri dari cerita-cerita yang rekan suka.

Sebagai tambahan, rekan pelajar dapat melihat pembahasan lain mengenai naskah drama yang sudah Tusek bahas sebelumnya melalui link berikut ini:

  1. Tugas Garapan Naskah Drama Sekolah
  2. Kumpulan Naskah Drama Cerita Rakyat
  3. Kumpulan Naskah Drama Tema Komedi
  4. Naskah Drama 7 Orang Pemain
  5. Naskah Drama 8 Orang Pemain

Untuk contoh drama yang lain silahkan lihat di "Kumpulan Naskah Drama Terlengkap"

Naskah Drama 5 Pemain (Bagian I)

Berikut ini adalah contoh naskah drama 5 pemain (bagian I). Karena naskah ini lumayan panjang makanya naskah drama 5 orang pemain ini dibagi menjadi beberapa bagian. Semoga tidak terlalu menyusahkan bagi rekan semua.


Download




LAKON
FAJAR SIDDIQ


KARYA EMIL SANOSSA
  

DRAMATIC PERSONAE
MARJOSO 
SERSAN
AHMAD
H. JAMIL
ZULAECHA


SEBUAH MARKAS GERILYA, TERLIHAT SEBUAH RUANGAN, SATU PINTU, SATU JENDELA SEL, MEJA TULIS DAN DUA KURSI DAN SATU BANGKU, PETI MESIU, HELM DAN RANSEL TERGANTUNG.

MALAM HARI, KEADAAN SEPI, TEGANG, JAUH-JAUH MASIH TERDENGAR LETUSAN TEMBAKAN DAN IRING MUSIK SAYUP-SAYUP INSTRUMENTAL GUGUR BUNGA, KEMUDIAN MUNCUL MARJOSO MEMBAWA SURAT, KEMUDIAN DUDUK MEMBACA. MUNCUL SEORANG SERSAN.

MARJOSO  
Jadi, sudah terbukti dia bersalah.

SERSAN  
Ya, Pak.

MARJOSO  
Tidak berdasarkan kira-kira saja?

SERSAN  
Bukti-bukti telah cukup mengatakan, dan mereka menuntut eksekusi dapat dijalankan sebelum fajar.

MARJOSO  
Menuntut? Kau kira siapa yang bertanggung jawab
di sini?

SERSAN  
Sudah terang! Tapi mereka khawatir, karena ..... karena si terhukum adalah ........

MARJOSO  (cepat)
Adalah kawanku? ...... Anak dari seorang  guru yang kau hormati? Begitu?

SERSAN   
 Maaf, Pak.

MARJOSO (mengeluh)
Mereka pikir, apa aku ini? Mereka pikir dalam hal ini aku masih sempat memikirkan dia,
anak dari seorang guru yang aku hormati. Kalau aku mintakan dia diperlukan dengan baik, itu
adalah haknya sebagai tawanan.

SERSAN   
Maaf, Pak. Kerap kali terjadi.

MARJOSO  
Yaaaaaahh! Kerap kali terjadi. Orang tidak bisa membedakan antara tugas dan perasaan. Bawa dia kemari.

SERSAN  
Siap, Pak!

SERSAN MASUK, MARJOSO MELANGKAH, KEMUDIAN DUDUK. TERDENGAR NYANYIAN DALAM PENJARA. MARJOSO MARAH)

MARJOSO  
Hai! Siapa yang meraung dini hari?

(NARATOR)  
Siapa lagi kalau bukan si Djaelani pemabuk itu!

MARJOSO  
Suruh dia diam.

(Kemudian sersan masuk menghadap marjoso, membawa seorang tawanan, sersan diperintahkan keluar dengan segera. Ahmad  menunggu dengan cemas. Marjoso(menyuruh duduk)

Ahmad, kau tak apa-apa, bukan?

AHMAD  
Mereka bilang, kalau bukan kerena kau, aku sudah di satai. Terimakasih atas kebaikanmu itu.

MARJOSO  
Terimakasih itu tak perlu.

AHMAD 
Baiklah, apa yang akan kau perbuat atas diriku, perbuatlah! Kini aku tawananmu.

MARJOSO  (kata-kata itu menyayat seakan-akan  memisahkan hubungan masa lalu)
Ya ............. kau tawananku.

AHMAD  
Tembaklah! Biar kau puas.

MARJOSO (merasakan itu sebagai sindiran yang tajam)
Itu perkara nanti. Tapi aku ingin mendengarkan dari mulutmu sendiri tentang semuanya ini dulu.

AHMAD  
Apa yang ingin kau dengar?

MARJOSO  
Dengan maksud apa kau kemari?

(Ahmad membisu)

Jawab Ahmad! Hanya itu yang ingin kutanyakan. Aku tidak ingin menanyakan tentang apa-apa yang telah kau perbuat. Aku tidak ingin menanyakan berapa jumlah prajuritku yang gugur terjebak tipu dayaku ....... Jawablah!

AHMAD (tersenyum dingin)
Tidakkah kau tahu, bahwa antara anak dan orang tuanya senantiasa terjalin ikatan yang tak terputuskan?

MARJOSO  
Jangan kau coba mengelak, Ahmad!

AHMAD  (menegaskan suaranya)
Aku ingin menjumpai ayah dan adikku Zulaecha.

MARJOSO  
Tahukah kau tempatnya?

AHMAD    
Tidak.

MARJOSO  
Dari mana kau tahu kalau ayah dan adikmu di sini?

AHMAD  
Dari orang-orang yang pernah datang kemari.

MARJOSO  
Hmmmmm. Sebelum tertangkap kau sudah lebih kurang tiga hari berkeliaran di daerah ini, bukan?

AHMAD  
Tidak! Tepat pada waktu aku sampai, aku terus ditangkap.

MARJOSO  
Jangan bohong, Ahmad!

AHMAD  
Aku tidak bohong.

MARJOSO    
Di mana kau ditangkap?

AHMAD  
Di tengah-tengah bulak.

MARJOSO  
Mengapa kau di sana?

AHMAD  
Aku sedang melepaskan lelah.

MARJOSO  
Melepaskan lelah di tengah-tengah bulak? Ha .... ha ... ha ...

AHMAD  
Aku tersasar. Aku belum pernah memasuki daerah ini.

MARJOSO  
Waktu itu sebuah pesawat capung melayang-layang di atas bulak itu pula, bukan?

AHMAD  
Ya! Tapi itu hanya secara kebetulan.

MARJOSO  
Engkau tidak takut ditembak dari atas, Ahmad?

AHMAD  
Aku takut juga.

MARJOSO  
Mengapa kau tidak berlindung?

AHMAD  
Aku berlindung. Aku rapatkan diriku rapat-rapat ke tanah.

MARJOSO  (mengambil sebuah cermin kecil di atas meja)
Ahmad, ini cerminmu bukan?

AHMAD  (gugup sejurus)
Ya.

MARJOSO  
Hm, pesolek, benar, kau sekarang ...Apa gunanya cermin ini?

AHMAD  
Cermin gunanya untuk mengaca.

MARJOSO  
Ada sisirmu, Ahmad? Kau bawa sisir?

AHMAD  
Hilang!

MARJOSO  (menatap Ahmad, tenang)
Ya, Ahmad. Mengapa engkau bohongi aku? Baiklah kau takut pesawat capung itu menembakmu, bukan?

AHMAD (tersadar, akan masuk perangkap)
Maksudku ... akan ... aku tidak begitu takut.

MARJOSO   Mengapa?

AHMAD  
Karena ....... karena .......

MARJOSO  
Karena apa?

AHMAD  
Karena itu hanya pesawat capung.

MARJOSO  
Tapi engkau tiarap juga, bukan?

AHMAD (tak segera menyahut)
.....................Ya.

MARJOSO  
Dan engkau keluarkan cerminmu pada waktu itu. Barangkali kau pikir itu adalah kesempatan yang baik bagimu untuk melihat mukamu kena debu atau tidak. Kemudian orang melihat pantulan cerminmu bermain ke kiri dan ke kanan

(Ahmad tetap membisu)

Mengapa begitu, Ahmad?

AHMAD  
Aku tidak tahu

PERASAANNYA CEMAS SEKALI

MARJOSO  (marah)
Dusta! Dusta kau!!!

AHMAD  (tersentak)
Engkau toh tahu aku akan berdusta.

MARJOSO (merendah kembali)
Mengapa engkau dustai aku, Ahmad?

AHMAD  
Karena aku senang untuk berbuat begitu.

MARJOSO (mula-mula perlahan kian lama kian berkobar)
Engkau binatang yang tak perlu di beri ampun. Bukankah engkau yang membakar pesantren
ayahmu?

AHMAD  
Tidak! Tidak ........ aku tidak membakarnya.

MARJOSO (mengatasi suara Ahmad)
Engkau tak membakarnya. Tapi engkau biang keladi yang menyebabkan pesantren itu terbakar. Pesantren yang mewarisi tradisi turun-temurun. Mulai dari buyutmu, kakek-kakekmu sampai ke ayahmu. Pesantren tempat ayahmu menempa pemuda-pemuda yang bertanggung jawab akan hari depan agama dan tanah airnya, bangsanya. Ahmad ..... engkau tidak menyesali semua itu?

(terdiam sebentar-sebentar menarik nafas).

 Oh, Ahmad, tidakkah engkau takut akan siksa Tuhanmu? Bagaimana kelak dosamu akana membakar dirimu?

AHMAD  
Itu tanggunganku. Resiko!

MARJOSO  (ke depan)
Oooooooo, jiwa yang tak lebih berharga dari pada jiwa seekor anjing. Berapa banyaknya air
mata yang harus dicucurkan para ibu untuk mengenang murid-murid ayahmu yang hangus
terbakar bersama pesantren yang dicintainya, Ahmad.

AHMAD (tegas)
Tapi, siapakah yang akan mencucurkan untuk rubuhnya ibuku? Siapa yang suka berkata
”Akan kutuntut kematian ini!” Siapa yang akan  membalas dendamnya?

MARJOSO  
Diam kau!

(Ahmad tertunduk).

Angkat mukamu,
pengkhianat! Pandanglah aku untuk kali yang  penghabisan. Karena malam ini juga rakyat menuntut darahmu.

*Bersambung*

Gimana, menarik bukan? Nah, untuk lanjutan naskah dramanya silahkan rekan lihat di Naskah Drama 5 Pemain (Bagian II) atau bila kalian ingin melihat contoh naskah lainnya silahkan lihat di "Kumpulan Naskah Drama Terlengkap"

Naskah Drama 5 Pemain (Bagian II)

Berikut ini adalah contoh naskah drama 5 pemain lanjutan dari bagian I dipostingan sebelumnya. Selamat menyimak.

AHMAD  
Aku tidak sudi memandang muka seorang pembunuh.

MARJOSO (tersentak sejurus)
Angkat mukamu, pengecut.

AHMAD (mengangkat mukanya perlahan-lahan)
Aku telah mengangkat mukaku, Marjoso. Aku telah mengangkat mukaku, seperti dulu, tatkala
kudengar serentetan tembakan. Dan kemudian rubuhlah ibuku .... mati. Aku telah mengangkat
mukaku. Marjoso.

MARJOSO (setelah berfikir)
Dengarkan aku, bicara! Pandanglah aku untuk penghabisan kalinya. Kenangkanlah kembali kawan-kawanmu. Kenangkanlah tatkala mereka dengan sepenuh tenaganya mengangkat tangan dan menyeruMERDEKA.....MERDEKA!    kemudian mereka tak kuasa lagi mengepalkan tinjunya. Mereka roboh berlumur darah. Kenangkanlah, betapa api telah memusnahkan mereka.

(UCAPAN INI MEMPENGARUHI AHMAD, SEHINGGA IA DUDUK TERMENUNG)

AHMAD  
Aku kenangkan itu. Aku menangkan ...... Mereka menang lalu mati. Dan aku ..... Ohhh, kemudian .... Letupan yang dasyat a ... aku terlempar. Aku lihat ayah .... Terbungkuk-bungkuk dan lari bersama Zulaecha. Aku menyeru mereka ... tapi tak terdengar. Aku hanya mendengar suaraku sendiri. Aku juga mendengar suara ayahku. Syahid, ya anakku” kemudian fajar yang memerah, yang kian terang. Aku lihat ..... Oh, siapa yang akan menuntut balas kematiannya? Siapa?

(menggigil, tangannya gemetar)

Marjoso! .....

MARJOSO (memanggil seorang prajurit)
Sersan!

(seorang prajurit menghadap)

Bawa tawanan itu ke dalam.

AHMAD (tergagap-gagap)
Marjoso. Engkaulah .... Engkaulah.....

AHMAD TAK DAPAT MELANJUTKAN PERKATAANNYA PRAJURIT ITU TELAH MEMBAWANYA. MARJOSO TERTEGUN, SUARA NYANYIAN TERDENGAR MAKIN KERAS, KEMUDIAN TERDENGAR KETUKAN PINTU

MARJOSO  
Masuk! .....

(H. Jamil masuk)

Pak Kyai ....

HAJI JAMIL  
Terlalu terhormat kalau dia di tembak. Seharusnya dia digantung.

MARJOSO  
Silakan bapak duduk. Saya ingin mendengarkan pertimbangan-pertimbangan bapak.

HAJI JAMIL  
Pertimbangan apa? Ragukah kau menggantung dia?

MARJOSO  
Bukan begitu, bapak. Ahmad sudah terang bersalah. Dan dia harus menerima hukumannya.
Namun, pada saat-saat terakhir, karena bapak adalah ayahnya, saya juga perlu mendatangkan
bapak kemari.

HAJI JAMIL  
Dia bukan anakku. Haji Jamil tidak mempunyai anak pengkhianat.

MARJOSO  
Harap diingat, Pak. Malam ini adalah malam terakhir bagi Ahmad. Tentulah bapak sependapat
dengan saya, bahwa saat-saat yang paling penting dalam kehidupan manusia adalah saat manusia
menghadapi mautnya. Saat-saat itu memerlukan  persiapan dan bimbingan. Pada saat-saat terakhir, saya ingin dia mati sebagai putra bapak, sebagai murid Pak Kyai. Saya ingin dia mati bukan sebagai anjing.

HAJI JAMIL  
Kutukan apa yang ditimpakan kepadaku ini? Oh anakku?

MARJOSO  
Pak Kyai!

HAJI JAMIL  
Aku telah besarkan anak itu. Aku turunkan ilmuku, karena dialah yang kuharapkan segala-galanya. Tetapi, mengapa dia tidak mengerti perjuangan bangsanya sendiri? Aku sungguh tidak mengerti. Balasan apa yang harus kuterima ini, Marjoso?

MARJOSO  
Pak Kyai tidak boleh menyesali diri hanya lantaran dia. Beratus-ratus murid bapak, bahkan beribu-ribu yang senantiasa menyebut-nyebut nama Kyai dengan hormat dan khidmat. Beribu murid yang akan mewarisi cita-cita bapak, dan meneruskan cita-cita itu. Marilah kita tidak bicarakan hal itu. Kini kita membicarakan seorang putra, yang walau  betapa sesat pun, dia masih seorang putra.

HAJI JAMIL (getir)
Bagaimana harus kujawab, kalau seandainya pada hari pengadilan tertinggi yang Maha Kuasa
bertanya padaku tentang tanggung jawabku. Mengapa anakmu menjadi musuh bangsaku, Haji
Jamil? Bagaimana kau mendidiknya?

MARJOSO  
Demi sesungguhnya ,Pak Kyai, bagaimana kita harus melawan suratan Tuhan? Adalah takdir
semata kalau Ahmad berbeda dengan ayahnya.

HAJI JAMIL (tersentak agak gusar)
Takdir semata? Apa yang kau ketahui tentang takdir, Marjoso? Tuhan memberikan kebaikan-kebaikan kepada kita, Tuhan memberikan kekuatan-kekuatan kepada kita. Tuhan memberikan kekuatan-kekuatan untuk melawan keburukan-keburukan pada kita. Tuhan  memberikan alat-alat yang kita perlukan untuk  memenuhi panggilannya sebagai makhluk  semulianya makhluk. Tuhan tidak menakdirkan  Ahmad sebagaia musuh bangsanya. Dia sendiri yang berbuat begitu. Dia sendiri yang menentukan harus mati sebagai dia. Tuhan memberinya akal, mengapa tidak dipergunakan akalnya untuk menginsyafinya, bahwa perbuatan yang sehina-hinanya di permukaan bumi ini adalah  mengkhianati bangsanya sendiri.

MARJOSO  
Terima kasih, Pak Kyai.

HAJI JAMIL  
Anak itu harus mempertanggungjawabkan seluruh dosanya.

MARJOSO  
Saya ingin mempertemukan dia dengan ayahnya. Mungkin ini adalah pertemuan kyai yang
penghabisan, dalam keadaan dia masih mungkin dibimbing ke jalan yang diridhoi Allah, walaupun  beberapa saat sebelum ia harus mati. Sukakah Pak Kyai memenuhi permintaan saya ini?

HAJI JAMIL (terdiam sejurus)
Dapatkah aku penuhi  permintaanmu itu, Marjoso?

MARJOSO  
Mengapa tidak, Pak Kyai?

HAJI JAMIL  
Dapatkah aku berhadapan dengan anjing yang harus kupangil anakku?

MARJOSO  
Pak Kyai ........... mengapa tidak?

HAJI JAMIL  
Tidak, ......tidak! .........Gantung saja dia! Tak perlu aku melihat mukanya lagi.

MARJOSO  
Benar-benar relakah Pak Kyai?

HAJI JAMIL  
Aa..., aku rela!

MARJOSO 
Namun, dialah putra yang pernah Pak Kyai harapkan, dialah putra yang pernah Pak Kyai
bisikkan dalam telinganya kalimat azan tatkala ia lahir. Masih ada beberapa saat lagi di mana bapak mungkin bisa mengharapkan sesuatu darinya, penyesalan umpamanya, atau taubat nasukha.

HAJI JAMIL    
Tidak! Tidak ada gunanya sedikitpun mengharap dalam nama Allah.

MARJOSO  
Tidak inginkah Pak Kyai agar Ahmad mati dengan menyebut nama Allah?

HAJI JAMIL  
Tidak!

MARJOSO  
Tidak, Pak Kyai?

HAJI JAMIL(setengah mengharap)
Oh, Marjoso ............. Aku telah berharap-harap dan harapanku dihancurkan, dimusnahkannya ..................

MARJOSO  
Pak Kyai, aku mohon sudi kiranya ......

HAJI JAMIL (cepat menyahut)
Tak perlu, Marjoso, tak perlu aku lihat mukanya lagi.

MARJOSO  (berfikir sejurus)
Baiklah Pak Kyai, saya sudah menawarkan kesempatan.

(memanggil    seorang  prajurit)

Sersan!

(seorang prajurit menghadap)

Sudah siap regu tembak?

SERSAN  
Siap, Pak!

HAJI JAMIL (bingung dan gugup)
Nanti dulu, dia akan  ditembak sekarang?

MARJOSO  
Saya menundanya hanya untuk memberikan kesempatan pada Pak Kyai.

HAJI JAMIL  (mengeluh)
Oh, Tuhan, mengapa kau timpakan bencana ini kepada hamba-Mu? Hamba-Mu yang
tak sekejappun melupakan engkau!

MARJOSO  
Pak Kyai!

HAJI JAMIL  
Mengapa justru di akhir hayatku Engkau panggil semua yang kucintai.

MARJOSO  
Tawakallah Kyai!

HAJI JAMIL (menenangkan dirinya)
Asstaghfirullah! ........... Ampunilah aku lantaran menyesali engkau

KEPADA MARJOSO

MARJOSO  (memerintah Sersan)
Sersan! Bawa Ahmad  menghadap!

SERSAN  
Siap, Pak!

BERANGKAT

MARJOSO  
Tenangkanlah jiwa Pak Kyai.

HAJI JAMIL 
Aku telah kehilangan segala-galanya.

MARJOSO  
Kecuali iman, Pak Kyai

HAJI JAMIL  
Yaaaach, kecuali iman.

KURIR (masuk)
Seorang anak wanita bernama Zulaecha minta menghadap, Letnan!

MARJOSO  (memandang Kyai seolah meminta pertimbangan)
Zulaecha Pak Kyai.

SEBELUM KURIR KELUAR, ZULAECHA SUDAH MEUNCUL DI PINTU

HAJI JAMIL  
Mengapa kau ikut kemari?

ZULAECHA  
Aku ingin melihat abangku.

HAJI JAMIL  
Mengapa kau pedulikan dia?

ZULAECHA  
Dia abangku, ayah, tidak bolehkah aku melihat abangku?  

MARJOSO  
Tentu saja engkau boleh menemuinya.

HAJI JAMIL  
Tidak!

ZULAECHA  
Mengapa aku tidak boleh menemuinya ayah?

HAJI JAMIL  
Anjing geladak itu segera mampus!

ZULAECHA  
Ayah! ..... Ayah mengatakan anakmu Bang Ahmad anjing geladak?

HAJI JAMIL  
Itu lebih baik daripada nama pengkhianat nusa dan bangsa.

ZULAECHA  
Tapi dia anakmu, ayah.

HAJI JAMIL  
Zulaecha. Engkau mencoba mempengaruhi peradilan ini dengan emnghbungkan darah?

MARJOSO  
Kholifah Umar membunuh anaknya sendiri yang  durhaka (menginsyafkan Zulaecha)

ZULAECHA  
Ayah, aku anakmu ........... Dia anakmu. Dia satu-satunya saudaraku. Satu-satunya .............!

HAJI JAMIL  
Cukup! Pulang kau! Aku rela dia dibunuh. Aku rela dia dilenyapkan. Karena dengan lenyapnya dia, lenyap pula satu di antara beratus-ratus penghalang untuk kemenangan republik.

MARJOSO  
Terima kasih, Pak Kyai, izinkan saya menemuinya dahulu.

KELUAR

ZULAECHA 
Ayah, kalaupun dia mati, kepada siapa aku berlindung? Kepada siapa aku harus
menumpangkan diri, kalau ............ kalau takdir Tuhan menghendaki Ayah kembali kepadanya.

HAJI JAMIL    
Zulaecha!

ZULAECHA  
Kepada siapa, Ayah?

HAJI JAMIL  
Kepada Yang Maha Pelindung, Allah SWT.

ZULAECHA  
Kalau pada suatu saat aku minta pertolongan, ayah?

HAJI JAMIL  
Kepada Yang Maha Kuasa!

ZULAECHA  
Hanya itu, Ayah?

HAJI JAMIL  
Kepada-Nya-lah aku serahkan engkau. Bukan saja nanti, tapi sekarang juga! Sekarangpun aku
senantiasa memohon perlindungan Tuhan bagimu.

ZULAECHA (terdiam sejurus)
Ayah, kalau seorang datang kepadamu menyatakan taubatnya dan memintakan
perlindunganmu ........ apa yang akan ayah perbuat?

HAJI JAMIL 
Aku doakan agar ia diterima taubatnya oleh Allah SWT. Aku tidak punya hak untuk melindungi orang yang telah banyak dosa.

ZULAECHA  
Ayah, nabipun tak pernah membunuh orang yang telah mencoba akan membunuhnya.

HAJI JAMIL  
Aku bukan nabi!

ZULAECHA  
Tapi kita wajib mengikuti sunnah nabi! Bukankah begitu, Ayah?

HAJI JAMIL  
Anakku, kau mengajari ayahmu, Nak? Tahukah engkau, siapa abangmu itu? Dosa apa yang telah
diperbuatnya?

ZULAECHA  
Aku tahu, Yah!

HAJI JAMIL  
Mengapa kau membelanya?

ZULAECHA  
Karena dia abangku. Tanpa dia aku akan sendirian.

HAJI JAMIL  
Kita hidup bersama amal kita, anakku. Kita hidup bersama budi kita. Beramallah, berbudiluhurlah, berbuatbaiklah. Dan engkau tidak akan kehabisan saudara. Kau akan merasakan bahwa sesungguhnya kemanusiaan adalah satu keluarga. Kemanusiaan  adalah satu darah, satu urat, satu cita-cita.

ZULAECHA  
Ayah, ............... Berilah Bang Ahmad kesempatan untuk menebus dosanya, dengan amal saleh.

HAJI JAMIL  
Kesempatan itu telah disia-siakan. Bukan aku yang harus memberi kesempatan seperti itu kepadanya. Tetapi, apakah perjuangan yang meminta korban harta dan jiwa ini, relaa memberi kesempatan bagi hidup seorang serti dia?

ZULAECHA (mengeluh)
Oh, ayah, setiap kita pernah bersalah, mengapa tak ada ampun bagi dia?

HAJI JAMIL  (cemas)
Tapi, tidak setiap kita telah membakar pesantrennya sendiri, Zulaecha!

ZULAECHA (memandang tajam ayahnya)
Tidak! Dia tidak membakarnya.......... oh, ayah, aku tahu apa yang diperbuatnya, (mendesak) dia tidak membakarnya .... aku tahu benar, dia tidak membakarnya .... aku tahu benar, mengertilah, Ayah!

HAJI JAMIL  
Tapi dia telah menunjukkan tempat persembunyian prajurit gerilya itu! Dia yang menjadi penyebab kehancuran ini.

ZULAECHA  
Mungkin dia tidak rela, sebuah pesantren dijadikan tempat persembunyian prajurit gerilya.

HAJI JAMIL  
Tidak rela? Pikiran apa itu? Tidakkah ia tahu bahwa di dalam pesantren itu aku mengajarkan
murid-muridku, dan apa yang kuajarkan kepada mereka? Aku ajarkan kecintaan kepada agama,
kecintaan kepada tanah air, dan kecintaan kepada bangsa. Tidakkah ia tahu, di dalam pesantren itulah aku menyiapkan pemuda-pemuda yang jiwanya ditempa kepercayaan tauhid, yang mewajibkan kita bertahan, bersatu, dan bila diserang wajib kita balas serangan itu, oleh karena Islam tidak rela dijajah siapapun.

ZULAECHA  (terdiam sejurus)
Ayah, masih ingatkah ayah tatkala ibu tewas, tubuh itu hancur oleh peluru.

HAJI JAMIL  
Itu bukan salah siapa-siapa. Kematian ibumu, salahnya ibumu sendiri.

ZULAECHA  
Tapi, siapakah yang menewaskan ibu, ayah? Siapakah yang menembaknya, ayah?

HAJI JAMIL  
Sudah kuperingatkan supaya ibumu jangan lari, tatkala kita terkepung musuh, sebab hal itu bisa
menunjukkan tempat persembunyian prajurit kita.

ZULAECHA   (mendesak terus)
Tapi, siapa yang menembak? Aku ingin jawaban ayah. Siapa yang menembak?

HAJI JAMIL  
Ibumu tidak dapat menguasai ketenangan jiwanya dan lari.

ZULAECHA  
Dan kemudian serentetan tembakan, dan ibu jatuh, rubuh tak bangun-bangun lagi. (nada keras) Peluru siapakah yang merubuhkannya? Peluru siapa?

HAJI JAMIL (tegang menahan perasaan)
Peluru Marjoso!

* Bersambung *


Kembali ke: Naskah Drama 5 Pemain (Bagian I) Lanjut ke:  Naskah Drama 5 Pemain (Bagian III)
 

Most Reading