Cerpen - Bulir-bulir Rindu. Seperti tak bosan, kali ini tugas sekolah dengan cerpen terbaru yaitu cerpen bulir-bulir rindu. Cerpen ini merupakan cerpen yang diterbitkan di Republika. Dengan menambah referensi cerpen mudah-mudahan tugas analisis cerpen menjadi lebih mudah dari sebelumnya. Rekan pelajar yang lagi belajar materi cerpen silahkan simak artikel ini.
Cerpen Irwan Kelana (Republika, 24 Juni 2012)
IA sudah tak berharap lelaki itu akan menemuinya meski hanya untuk sekadar mengucapkan selamat tinggal. Apalagi, hingga jam kantor berakhir, lelaki itu tak lagi menampakkan diri.
Mengapa ada perasaan yang hilang ketika Pak Bayu pindah ke Banjarmasin? Bukankah selama ini antara ia dan Pak Bayu tak pernah ada jalinan perasaan apa-apa? Ataukah diam-diam ada ruang di sudut hatinya yang terpatri nama lelaki tersebut?
Jangan pernah tanyakan kapan perasaan indah itu membelai lembut hatinya? Apakah ketika ia terpeleset dan hampir terjatuh di depan gerbang kantor pada hari pertama ia masuk kerja lima tahun silam? Ketika itu sebuah tangan kekar menyambar tangannya, menolongnya, dan tiba-tiba ia merasakan debaran aneh di dadanya.
Ataukah ketika ia dan Pak Bayu sama-sama mengikuti kursus bahasa Arab di kantor setiap hari Selasa dan Rabu pagi? Ataukah, ketika ia dan Pak Bayu rutin setiap ba’da Zhuhur menyimak kuliah tujuh menit (kultum) di mushala? Ataukah kenangan-kenangan lain? Perhatian-perhatian kecilnya, yang kini ia rasakan penuh arti?
Kegalauan hati mengantar langkahnya ke Pejaten Village, tepatnya di Resto Little Asia. Dia selalu menyukai tempat ini, apalagi pada saat-saat senja. Dari tempat duduknya, ia dapat memandangi gedung Republika yang cantik bagaikan puri di bagian utara. Di sebelah barat, gedung Philips selalu tampak bercahaya pada malam hari. Dan, kalau melihat ke bawah, dia bisa menyaksikan jalan Warung Buncit Raya, Jakarta Selatan, yang selalu macet, terutama pada pagi hari dan sore hingga malam hari.
Yang diatas tadi adalah penggalan cerpen bulir-bulir rindu, untuk membaca selengkapnya rekan pelajar dapat membacanya dan atau mengunduh cerpen bulir-bulir rindu ini melalui link dibawah ini.
Silahkan pertajam kemampuan rekan semua melalui analisis cerpen kali ini agar tugas sekolahnya dapat dikerjakan dengan baik dan mendapatkan nilai memuaskan.
Jangan pernah tanyakan kapan perasaan indah itu membelai lembut hatinya? Apakah ketika ia terpeleset dan hampir terjatuh di depan gerbang kantor pada hari pertama ia masuk kerja lima tahun silam? Ketika itu sebuah tangan kekar menyambar tangannya, menolongnya, dan tiba-tiba ia merasakan debaran aneh di dadanya.
Ataukah ketika ia dan Pak Bayu sama-sama mengikuti kursus bahasa Arab di kantor setiap hari Selasa dan Rabu pagi? Ataukah, ketika ia dan Pak Bayu rutin setiap ba’da Zhuhur menyimak kuliah tujuh menit (kultum) di mushala? Ataukah kenangan-kenangan lain? Perhatian-perhatian kecilnya, yang kini ia rasakan penuh arti?
Kegalauan hati mengantar langkahnya ke Pejaten Village, tepatnya di Resto Little Asia. Dia selalu menyukai tempat ini, apalagi pada saat-saat senja. Dari tempat duduknya, ia dapat memandangi gedung Republika yang cantik bagaikan puri di bagian utara. Di sebelah barat, gedung Philips selalu tampak bercahaya pada malam hari. Dan, kalau melihat ke bawah, dia bisa menyaksikan jalan Warung Buncit Raya, Jakarta Selatan, yang selalu macet, terutama pada pagi hari dan sore hingga malam hari.
**Bersambung**
Yang diatas tadi adalah penggalan cerpen bulir-bulir rindu, untuk membaca selengkapnya rekan pelajar dapat membacanya dan atau mengunduh cerpen bulir-bulir rindu ini melalui link dibawah ini.
Cari Juga
Silahkan pertajam kemampuan rekan semua melalui analisis cerpen kali ini agar tugas sekolahnya dapat dikerjakan dengan baik dan mendapatkan nilai memuaskan.
No comments:
Post a Comment