Cerpen - Mbah Kardoen. Jangan bosan sama cerpen ya, kali ini soalnya akan dibahas lagi contoh cerpen yaitu cerpen mbah kardoen, maksud saya cerpen yang berjudul mbah kardoen bukan cerpen karangan mbah kardoen. Langsung saja simak cerita yang menarik ini.
Cerpen Nur Mursidi (Republika, 22 Juli 2012)
MUSHOLLA itu terselip di sebuah gang kecil. Tak ada peziarah yang sempat singgah. Tak ada pengelana yang menumpang shalat, kecuali hanya beberapa orang yang tinggal di sekitar musholla. Bertahun-tahun sejak musholla itu berdiri, nyaris sepi dan hening. Tak ada shalat berjamaah di siang hari.
Bangunan untuk tempat sembayang itu baru mulai hidup dan bernapas tatkala petang menjelang, tepat azan Maghrib berkumandang. Tujuh sampai sepuluh orang kampung mulai berdatangan untuk shalat Maghrib berjamaah. Tapi, saat Isya tiba, jumlah itu mulai berkurang. Tidak lebih lima orang. Waktu Subuh, tinggal tiga atau empat orang. Demikianlah musholla itu menghembuskan irama. Setiap hari seperti itu, tak pernah ramai.
Bangunan untuk tempat sembayang itu baru mulai hidup dan bernapas tatkala petang menjelang, tepat azan Maghrib berkumandang. Tujuh sampai sepuluh orang kampung mulai berdatangan untuk shalat Maghrib berjamaah. Tapi, saat Isya tiba, jumlah itu mulai berkurang. Tidak lebih lima orang. Waktu Subuh, tinggal tiga atau empat orang. Demikianlah musholla itu menghembuskan irama. Setiap hari seperti itu, tak pernah ramai.
** bersambung **
Berani membaca cerpen mbah kardoen ini selengkapnya? Ah sepertinya sobat pelajar kali ini gak punya nyali untuk membaca lanjutan dari cerita ini. Apa, berani ya? yaudah kalau memang berani untuk membaca cerpen mbah kardoen ini ya silahkan masuk ke pintu sebelah aja, tapi jangan lupa bawa senter ya, disitu gelap, haa a a a....
Cari Juga
No comments:
Post a Comment