Pages

Cerpen - Hulu Silsilah, Hilir Sejarah

Thursday, January 24, 2013

Cerpen - Hulu Silsilah, Hilir Sejarah. Untuk cerpen kali ini yaitu berjudul hulu silsilah, hilir sejarah. Saya kurang faham dengan isinya namun melihat dari judul cerpen ini sepertinya menarik untuk dibaca. Pasti menarik, kalau tidak percaya silahkan saja baca cerpen ini sampai habis.




Hulu Silsilah, Hilir Sejarah
Cuplikan Cerpen Arman AZ (Suara Merdeka, 1 Juli 2012)

TUMPUKAN kertas itu, yakinlah aku, lama tak tersentuh. Tebalnya separuh jengkal jemari orang dewasa, dibebat tali plastik, berdebu, dan tepinya telah kusam kecokelatan. Hati-hati kusorong ia keluar dari lemari. Kupangku sambil duduk bersila di lantai kamar. Debu gentayangan menagih bersin beberapa kali. Tirai jendela meliuk ditiup angin petang. Kubayangkan roh Paman dalam gerak perlahan terbang turun naik berputar-putar, mengintai kelakuanku.

Telah lewat sepekan Paman dipanggil Tuhan. Manusia unik, menurutku. Kikir bicara, jarang nampak batang hidungnya bila ada acara keluarga, keras hati membujang sampai mangkat di rumahnya yang sepetak tak terawat. Jarang keluar rumah, namun sekali pergi, jauh dan lama. Juga hal lumrah memergoki buku dan kertas berserak dalam rumahnya.

Demikianlah, kubongkar lemari seraya menduga-duga ada sesuatu yang dirahasiakan Paman hingga akhir nafasnya. Lembar-lembar awal kuamati sekilas saja. Kliping koran, ketikan-ketikan, fotokopi sebuah buku. Terselip pula kertas berukuran lebih kecil; tiket-tiket ke sejumlah kota, kartu pos bergambar tempat wisata, nota makan, dan beberapa kartu nama. Menjelang akhir tumpukan ada beberapa helai yang entah kenapa membuatku tertarik membacanya. Di bagian atas kertas paling depan tertera kalimat:Hulu Silsilah, Hilir Sejarah. Di lembar terakhir, sejumlah kotak berisi nama-nama terhubung dengan garis, dan di bagian paling bawah ada kotak berisi sederet tanda tanya.
Aku merasa tulisan ini berisi sepotong sejarah yang nyaris hilang. Sebelum ada yang menghibahkannya ke warung untuk kelak remuk sebagai bungkus sayur, kuketik ulang cerita ini. Setelah berpikir beberapa hari, kuputuskan untuk menyebarkannya kepada siapa saja. Barangkali ada yang tertarik membacanya. Selebihnya, tinggal tunggu saja bagaimana nasib tulisan orang yang sudah mati ini.

***

Ke hulu silsilah aku menyisir jejak leluhur. Makuta yang tak jua kutemukan nisannya sepanjang Piabung. Nahkoda Muda yang mangkat di Bengkunat. Lella yang teguh hati mengantar surat ke Marlborough demi suaka bagi ratusan pengikut ayahnya. Juga Lauddin yang menguap bersama angin. Telah mereka toreh sejarah di tanah lada ini. Dan aku, serupa bocah piatu menyusun potongan-potongan puzzle seluas 230 tahun lebih.

 .

Hei....yang diatas hanya cuplikannya saja lho, kalau mau baca selengkapnya silahkan diruangan sebelah ya, pintunya ada di link diatas kok. Semoga dapat menghibur rekan semuanya.

No comments:

Post a Comment

 

Most Reading