Pada sisi negatif, behaviorisme sangat dikaitkan dengan kekuasaan dan kontrol, serta selalu dikonotasikan sebagai training untuk hewan. Teori behaviorisme juga sering dikaitkan sebagai model pelatihan di dunia industri yang telah sangat ketinggalan jaman. Teori ini juga dapat dipertimbangkan sebagai teori yang anti-humanistik, dimana teori ini menolak adanya pilihan dan kebebasan dalam diri manusia. Teori behaviorisme gagal untuk menjelaskan faktor-faktor kontekstual seperti faktor kondisi sosial, ekonomi, dan politik dan kekuatan-kekuatan yang memicu munculnya suatu aksi. Teori behaviorisme juga gagal untuk menjelaskan bagaimana terjadinya perbedaan hasil belajar yang disebabkan oleh intelejensi yang diwariskan oleh orang tua dan kepribadian seseorang.
Pada belajar di tingkatan yang lebih tinggi, teknik-tekknik behavioris tidak efektif untuk memicu belajar yang lebih dalam (deep learning), yang mana berkaitan dengan pemahaman dan pembentukan makna. Pada pembelajaran orang dewasa, pembelajaran tingkat lanjut, dan pembelajaran di tingkat pendidikan yang lebih tinggi, juga sangat sulit untuk mengaplikasikan teori behaviorisme karena teori ini gagal menjelaskan proses kreatif dan proses insidental dalam belajar, serta pebelajar mandiri. Secara umum, tampaknya teori behaviorisme adalah teori belajar yang anti intelektualitas.
Di sisi lain, behaviorisme sangat efisien dalam memicu belajar cepat (rapid learning) karena spesifikasi aksi dan tujuan pembelajarannya yang akurat. Prinsip-prinsip behaviorisme juga bermanfaat—yaitu menawarkan saran yang spesifik dan praktis kepada guru atau perancang kurikulum tentang apa yang harus mereka lakukan.
Behaviorisme sesungguhnya tidaklah total antagonistik dengan teori-teori belajar yang lain, bahkan ia dapat eksis bersama-sama berdampingan dengan teori-teori belajar terbaru dengan berfokus pada kognisi atau akuisisi sosial dari pemaknaan. Teori behaviorisme dapat berperan sebagai elemen fondasi bagi proses-proses kognitif yang lebih kompleks. Sebagai contoh, beberapa budaya Asia memandang pentingnya perolehan keterampilan repetitif (berulang / pengulangan) sebagai syarat mutlak untuk perkembangan kreativitas.
Behaviorisme masih menjadi interes bagi para pelajar dan pendidik karena banyak tingkah laku manusia dapat dihubungkan atau dijelaskan oleh teori ini. Beberapa praktisi behaviorisme baru-baru ini banyak bekerja sama dengan dunia pendidikan—termasuk penggunaan tujuan pembelajaran terstandar yang merangsang kemajuan belajar dan belajar sepanjang hayat. Sebenarnya teori behaviorisme dapat dipandang sebagai teori yang lebih memuaskan terutama bila dipandang sebagai pelengkap bagi teori belajar konstruktivisme dan kognitivisme.
No comments:
Post a Comment