Pages

Teori Asal-Usul Kehidupan (Teori Kreasi Khas, Kataklisma, Kosmozoan dan Teori Evolusi Biokimia)

Tuesday, April 30, 2013

Teori Asal-Usul Kehidupan (Teori Kreasi Khas, Kataklisma, Kosmozoan dan Teori Evolusi Biokimia) - Sebelum abad 17, banyak orang yang menganggap bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati. Misalnya, ikan dan katak berasal dari lumpur, lalat berasal dari daging yang telah membusuk, dan sebagainya.

http://sibarasok.blogspot.com/2013/04/teori-asal-usul-kehidupan-lain.html
Aristoteles berpendapat bahwa mahluk hidup terbentuk dari benda mati secara spontan. Teorinya dikenal dengan nama generation spontanea. Para ilmuwan berusaha mencari jawaban tentang asal-usul kehidupan dengan melakukan berbagai macam percobaan. Setelah mencermati materi sebelumnya, dari percobaan-percobaan tersebut dihasilkan beberapa teori tentang kehidupan yang mengarah ke evolusi biologi.

Disamping beberapa teori asal-usul yang telah kita pelajari, cermati juga beberapa teori berikut ini ;

1. Teori Kreasi Khas

Teori Kreasi Khas menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (gaib) pada saat yang istimewa. Teori ini dikenal dengan nama Teori Kreasi Khas atau Teori Penciptaan Khusus. Carolus Linnaeus adalah salah satu pengikut teori ini.

2. Teori Kataklisma

Teori kataklisma menyatakan bahwa semua spesies diciptakan sendiri-sendiri dan berlangsung dalam periode-periode, di antara periode yang satu dengan yang lain terjadi bencana yang menghancurkan spesies lama dan memunculkan spesies baru. Pandangan ini dipelopori oleh cuvier.

3. Teori Kosmozoan

Teori ini menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet bumi berasal dari protoplasma yang membentuk spora-spora kehidupan. Spora kehidupan ini mencapai permukaan bumi dan berasal dari alam semesta. Pelopor teori ini adalah Arrhenius.

4. Teori Evolusi Biokimia

Teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup terbentuk berdasarkan hukum Fisika-Kimia yang dilanjutkan dengan Evolusi Biologi. Teori ini disebut Teori Evolusi Biokimia. Para ahli Biologi, Astronomi, dan Geologi sepakat bahwa planet bumi ini telah terbentuk kira-kira antara 4,5 - 5 milyar tahun yang lalu. Keadaan pada saat awal terbentuknya bumi sangat berbeda dengan keadaan saat ini.

Pada saat itu, suhu planet bumi diperkirakan mencapai 40.000 - 80.000ºC. Pada saat mulai mendingin, senyawa karbon beserta beberapa unsur logam mengembun membentuk inti bumi. Sedangkan, permukaannya tetap gersang, tandus dan tidak datar. Di atmosfer bumi terbentuk senyawa-senyawa sederhana yang mengandung unsur-unsur, seperti uap air (H2O), ammonia (NH3), metan (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Senyawa sedehana ini berbentuk uap dan bertahan di lapisan atas atmosfer.

Ketika suhu atmosfer turun sekitar 100º C terjadilah hujan air mendidih. Peristiwa ini berlangsung selama ribuan tahun. Dalam keadaan semacam ini, bumi dipastikan belum dihuni kehidupan. Namun, kondisi ini memungkinkan berlangsungnya reaksi kimia, karena tersedianya zat (materi) dan energi yang berlimpah.

Berdasarkan uraian tersebut, beberapa ilmuwan mengemukakan pendapat serta melakukan eksperimen. Di antaranya adalah: Harold Urey dan Stanley Miller.

a. Teori Evolusi Kimia menurut Harold Urey (1893) 

Urey menyatakan zat-zat organik terbentuk dari zat-zat anorganik. Menurut Urey, zat-zat anorganik yang ada di atmosfer berupa gas karbondioksida, metana, amonia, hidrogen, dan uap air. Semua zat ini bereaksi membentuk zat organik karena energi petir.

Menurut Urey, proses terbentuknya makhluk hidup dapat dijelaskan dengan 4 tahap, yaitu:

Tahap I : Molekul metana, amonia, hidrogen, dan uap air tersedia sangat banyak di atmosfer bumi.
Tahap II : Energi yang diperoleh dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar kosmis menyebabkan zat-zat bereaksi membentuk molekul-molekul zat yang lebih besar.
Tahap III : Terbentuk zat hidup yang paling sederhana yang memiliki susunan kimia, seperti susunan kimia pada virus.
Tahap IV : Zat hidup yang terbentuk berkembang dalam waktu jutaan tahun menjadi organisme (makhluk hidup) yang lebih kompleks.

b. Teori kimia menurut Stanley Miller

Miller adalah murid Harold Urey yang berhasil membuat model alat yang digunakan untuk membuktikan hipotesis Urey. Miller memasukkan uap air, metana, amonia, gas hidrogen, dan karbondioksida ke dalam tabung percobaan. Tabung tersebut kemudian dipanasi. Untuk mengganti energi listrik halilintar ke dalam perangkat alat tersebut dilewatkan lecutan listrik bertegangan tinggi sekitar 75.000 volt. 

http://sibarasok.blogspot.com/2013/04/teori-asal-usul-kehidupan-lain.html
Hal ini dimaksudkan untuk meniru kondisi permukaan bumi pada waktu terjadi pembentukan zat organik secara spontan. Dengan adanya energi listrik, terjadilah reaksi-reaksi yang membentuk zat baru. Zat-zat yang terbentuk didinginkan dan ditampung. Hasil reaksi kemudian dianalisis. Ternyata, di dalamnya terbentuk zat organik sederhana, seperti asam amino, gula sederhana seperti ribosa dan adenin.

Dengan demikian, Miller dapat membuktikan bahwa zat organik dapat terbentuk dari zat anorganik secara spontan. Sejak saat itu, perkembangan ilmu evolusi kimia makin maju dengan ditemukannya senyawa-senyawa penyusun unsur kehidupan.

Salah satu peneliti bernama Melvin Calvin yang menemukan bahwa radiasi sinar dapat mengubah metana, amonia, hidrogen, dan air menjadi molekul-molekul gula, asam amino, purin dan pirimidin yang merupakan zat dasar pembentuk DNA, RNA, ATP dan ADP.

Jadi, asal-usul kehidupan menurut Teori Evolusi Kimia adalah bahwa di dalam sup prabiotik terkandung zat-zat organik, DNA, dan RNA. RNA dapat melakukan sintesis protein atas perintah DNA. Dengan demikian, di dalam sup prabiotik terdapat protein. Setelah itu, terbentuklah sel pertama. Sel tersebut hidup secara heterotrof yang mendapatkan makanan dari lingkungannya berupa zat-zat organik yang melimpah. Sel tersebut mampu membelah diri sehingga jumlahnya makin banyak. Sejak saat itu berlangsunglah Evolusi Biologi.

Demikianlah Materi Teori Asal-Usul Kehidupan (Teori Kreasi Khas, Kataklisma, Kosmozoan dan Teori Evolusi Biokimia), semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment

 

Most Reading