Pages

Pengertian, Jenis, dan Contoh Mobilitas Sosial

Wednesday, April 24, 2013

Mobilitas sosial berasal dari kata mobilitas dan sosial. Mobilitas merupakan kata baku dari bahasa Inggris mobility, yang artinya pergerakan. Sesuatu yang bergerak berarti terdapat perubahan, yaitu berpindah posisi dari satu tempat ke tempat lainnya. Jadi, mobilitas sosial adalah perubahan posisi seseorang dalam masyarakat.

Mobilitas atau pergerakkan sosial dalam masyarakat akan terjadi setiap saat, mengapa? Karena masyarakat adalah kelompok manusia yang bersifat dinamis. Setiap manusia tidak pernah puas dengan keadaan dirinya. Ia akan selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik.


Menurut Soerjono Soekanto
(249 ; 2005) gerak sosial atau social mobility diartikan sebagai suatu gerak dalam struktur sosial (social structure), yaitu pola-pola tertentu yang
mengatur organisasi suatu kelompok sosial.

Sebagai contoh: seorang yang hidupnya menganggur pasti tidak akan betah dengan keadaannya. Dalam keadaan menganggur, ia mungkin tidak mempunyai penghasilan. Padahal kebutuhan hidupnya akan selalu ada dan bertambah. Oleh karena itu, ia akan berpikir keras dan berusaha untuk dapat keluar dari keadaan tersebut. Mulailah ia berdagang kecil-kecilan untuk mendapatkan penghasilan. Dalam dirinya akan timbul ketidakpuasan dengan apa yang diperolehnya. Ia akan berusaha keras untuk meningkatkan usaha dagangnya dengan harapan akan meningkat pula penghasilannya.


Dengan meningkatkan penghasilan maka akan meningkatkan status sosialnya. Contoh lainnya adalah seorang siswa yang giat belajar. Ia belajar giat dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensinya. Dengan bekal pendidikan yang tinggi diharapkan ia akan dapat meningkatkan dan melakukan perubahan status sosialnya. Dalam hal ini pada diri siswa tersebut akan terjadi mobilitas sosial naik.


Jenis-Jenis Mobilitas Sosial

Tipe-tipe mobilitas sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu mobilitas horizontal dan mobilitas vertikal. Untuk jelasnya pahamilah uraian mengenai kedua tipe mobilitas berikut:
  • Mobilitas Horizontal

Mobilitas sosial horizontal dalam masyarakat banyak sekali terjadi. Mobilitas sosial horizontal pada dasarnya merupakan perpindahan dari suatu posisi ke posisi lainnya yang sederajat. Perpindahan ini dapat berupa:
  • Tingkatan atau status
Pernahkah Anda mendengar atau menyaksikan orang yang berpindah jabatan dalam status yang sama? Misalnya seorang menteri dalam kabinet sekarang menjadi menteri pula dalam kabinet sebelumnya. Artinya, pada menteri tersebut tidak terjadi peningkatan atau penurunan tetapi perubahan dalam status atau tingkatan yang sama.

Contoh lainnya adalah Kepala SMA X yang dipindah tugaskan menjadi Kepala SMA Y. Dalam hal ini berarti pada kepala sekolah tersebut terjadi mobilitas/berpindah posisi tetapi masih dalam status yang sama. Coba Anda simpulkan! Apakah seorang pedagang rokok eceran beralih menjadi pedagang koran eceran terjadi mobilitas horizontal? Jika jawaban Anda ya, berarti Anda sudah dapat menjawab dengan benar. Pada pedagang tersebut tidak terjadi perubahan yang meningkat atau menurun. Mobilitas sosial yang berkaitan dengan status atau tingkatan pada posisi sosial yang sama ini dinamakan dengan mobilitas sosial horizontal.

  • Wilayah
Hampir semua orang dalam kegiatan hidup sehari-hari melakukan mobilitas horizontal. Apakah di desa Anda, orang bekerja ke sawah atau ladang kemudian pulang ke rumah lagi? Tentu. Di kota orang bekerja pun pergi ke kantor dan kembali ke rumah. Semua kegiatan tersebut diartikan sebagai mobilitas horizontal.

Perpindahan penduduk secara permanen seperti pindah tempat tinggal juga merupakan contoh mobilitas sosial horizontal. Pada zaman sekarang dengan dukungan dari sarana transportasi yang modern frekuensi terjadinya mobilitas sosial horizontal sangat tinggi.

  • Mobilitas Vertikal

Pernahkan Anda naik kelas? Tentu. Pasti Anda pernah naik kelas. Sekarang Anda duduk di kelas XI berarti setahun lalu Anda duduk di kelas X. Pada 4 tahun lalu tentunya Anda duduk di SMP yang berarti setingkat lebih rendah dari sekarang. Hal ini berarti Anda mengalami perubahan jenjang atau kedudukan sosial secara vertikal. Artinya, Anda mengalami mobilitas sosial. Mobilitas sosial vertikal dapat diartikan sebagai perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat.

Ilustrasi tentang kenaikan kelas di atas menunjukkan adanya mobilitas sosial vertikal dalam pendidikan. Selain pendidikan, masih ada unsur-unsur lain yang dapat memengaruhi mobilitas sosial vertikal, di antaranya sebagai berikut:

  • Kekayaan
Kekayaan dapat mengubah kedudukan sosial seseorang. Mungkin akan menjadi lebih kaya (naik) atau sebaliknya menjadi lebih miskin (turun).
  • Kekuasaan
Kekuasaan demikian pula, dapat mengubah status atau kedudukan seseorang. Orang yang naik jabatan berarti kekuasaannya bertambah, artinya ia mengalami mobilitas vertikal atau naik. Sebaliknya orang yang turun jabatan akan menyebabkan kekuasaannya juga turun.
  • Pendidikan
Pendidikan menjadi penting dalam kehidupan individu. Artinya, dengan pendidikan maka seseorang akan naik status atau kedudukan sosialnya. Melalui pendidikan formal akan sangat mudah bagi kita untuk mengenali jenjang/tingkatan pendidikan seseorang, misalnya SD, SMP, SMA, ataupun perguruan tinggi.

Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis mobilitas sosial vertikal, yaitu yang naik ( social climbing) dan yang turun ( social sinking).

Mobilitas vertikal naik

Mobilitas vertikal naik ( climbing mobility) berarti terjadi perubahan kedudukan menjadi lebih tinggi. Pada mobilitas sosial vertikal naik akan mengubah status dan peran sosial seseorang.

Mobilitas vertikal yang naik mempunyai dua bentuk utama, yaitu:

  1. Masuknya individu dengan kedudukan rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Contohnya seorang lurah yang karena prestasi kerjanya dinilai baik, maka diangkat menjadi camat. Dalam hal ini terjadi mobilitas vertikal naik pada dirinya. Kedudukan camat lebih tinggi dari lurah. Dengan jabatan atau kedudukan yang naik menjadi camat, maka kekuasaannya juga akan semakin besar. Ketika menjadi lurah, ia hanya mempunyai wilayah kekuasaan pada satu kelurahan saja, namun sekarang kekuasaannya berubah menjadi satu kecamatan. Naiknya kedudukan ini diikuti pula oleh naiknya pendapatan sebagai konsekuensi dari jabatan yang disandangnya.
  2. Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut. Contohnya untuk menampung aspirasi, kepentingan, dan menjadi wadah perjuangan bagi para pekerja, maka dibentuklah SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia). Di mana dalam hal ini SPSI memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada para pembentuk dan pekerja-pekerja yang tergabung di dalamnya.

Mobilitas vertikal turun

Di samping mobilitas sosial vertikal naik, ada pula mobilitas sosial vertikal turun (sinking mobility). Pada mobilitas sosial vertikal turun, terjadi penurunan tingkat sosial seseorang.
Gerak sosial vertikal yang menurun juga mempunyai bentuk yang utama, yaitu:
  1. Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya. Contohnya seorang pegawai negeri yang pensiun dari dinas aktif. Ia mengalami penurunan dari status pegawai negeri aktif menjadi pensiunan pegawai negeri. Hal ini berarti terjadi penurunan pada kekuasaan yang dimilikinya. Demikian pula terjadi penurunan pada pendapatannya. Contoh lainnya, seorang pedagang besar tentunya ia mempunyai pendapatan yang besar pula. Dari kriteria kekayaan, ia mempunyai kedudukan yang tinggi. Namun, ketika terjadi krisis ekonomi, maka usahanya mengalami kebangkrutan. Dengan bangkrutnya perusahaan, maka berdampak pada tingkat pendapatannya. Dalam hal ini terjadi penurunan pendapatan, sehingga menyebabkan kedudukan sosialnya menjadi lebih rendah (mengalami penurunan).
  2. Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan. Contohnya dalam sebuah desa dibentuk sebuah kelompok (organisasi) kepemudaan sebagai wadah aspirasi dan aktualisasi keinginan dan potensi pemuda. Setelah berjalan beberapa waktu, banyak hambatan yang menghalangi perjalanan kelompok tersebut. Mulai dari perilaku indisipliner dari anggotanya, seperti kekurangan anggota karena banyak yang merantau, sampai pada kekurangan anggaran untuk membiayai semua kegiatannya.
Kesemuanya itu pada akhirnya memicu pertentangan dan masalah. Karena dirasa sudah tidak sehat lagi akhirnya kelompok tersebut dibubarkan berikut dengan struktur dan kepengurusannya, sehingga individu-individu yang dulunya memiliki wewenang dan kekuasaan dalam kelompok tersebut juga turut kehilangan wewenang dan kekuasaan.

No comments:

Post a Comment

 

Most Reading