Pages

Showing posts with label pbm. Show all posts
Showing posts with label pbm. Show all posts

Belajar Aktif : Ciri-Ciri Siswa dan Model Pembelajaran yang Dapat Digunakan

Thursday, February 14, 2013

Bagaimanakah membedakan siswa yang aktif belajar dengan siswa yang tidak aktif? Siswa yang sedang belajar aktif baik secara fisik maupun mental. Tentu saja seorang guru dapat melakukan pengamatan untuk membedakan mana siswa yang aktif belajar, dan mana yang tidak dengan melihat ciri-ciri siswa belajar aktif atau karakteristik yang tampak saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Lalu, pendekatan atau model pembelajaran apakah yang dapat membantu memacu agar siswa aktif belajar? Nah, tulisan di blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran kali ini akan mengulas tentang ciri-ciri siswa yang aktif belajar. Berikut ulasannya.

Ciri-Ciri Siswa yang Sedang Aktif Belajar

Semua siswa yang sedang belajar secara aktif mempunyai ciri-ciri yang dapat dengan mudah diamati. Ciri-ciri tersebut yaitu: (1) Pengetahuan dialami, dipelajari, dan ditemukan oleh siswa; (2) Siswa melakukan sesuatu untuk memahami materi pelajaran (membangun pemahaman); (3) Siswa mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya; (4) Siswa berpikir reflektif.

Pengetahuan dialami, dipelajari, dan ditemukan oleh siswa

Sebagaimana konsep konstruktivisme yang sudah kita pahami betul, siswa yang aktif belajar selalu menemukan pengetahuan, informasi, atau keterampilan dengan mengalami langsung. Mereka dalam kegiatan pembelajaran dapat melakukan pengamatan atau penyelidikan, membaca dengan aktif (misal denganpen di tangan untuk menggarisbawahi atau membuat catatan kecil atau tanda-tanda tertentu pada teks), mendengarkan dengan aktif (menunjukkan respon, misal tersenyum atau tertawa saat mendengar hal-hal lucu yang disampaikan, terkagum-kagum bila mendengar sesuatu yang menakjubkan, dsb)
belajar aktif
belajar aktif

Siswa melakukan sesuatu untuk memahami materi pelajaran (membangun pemahaman)

Bila siswa belajar dengan aktif, maka dengan mudah kita bisa menemukan mereka sedang berlatih (misalnya mencobakan sendiri konsep-konsep misal berlatih dengan soal-soal), menggunakan kemampuan berpikir kreatif (misalnya mencoba memecahkan masalah-masalah pada latihan soal yang mempunyai variasi berbeda dengan contoh yang diberikan), serta berpikir kritis (misalnya mampu menemukan kejanggalan, kelemahan atau kesalahan yang dilakukan orang lain dalam menyelesaikan soal atau tugas).

Siswa mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya

Untuk menciptakan kestabilan dalam sistem memori jangka panjang, siswa perlu diberikan kesempatan untuk mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya. Bagi siswa mengemukakan pendapat, menjelaskan sesuatu kepada teman sebangku atau sekelompoknya, berdiskusi, mempresentasi laporan, dan memajang hasil karya untuk dikomentari oleh orang lain merupakan bukti dan tanda bahwa mereka belajar secara aktif.

Siswa berpikir reflektif

Siswa-siswa yang belajar secara aktif tampak pula mengomentari (tidak hanya meminta untuk dikomentari) , menyimpulkan  proses pembelajaran, mencoba memperbaiki kesalahan atau kekurangan dalam proses pembelajarannya, dan menyimpulkan  materi pembelajaran dengan kata-katanya sendiri
   
Untuk tindak lanjut anda tentang belajar aktif, pada tulisan sebelumnya, di blog ini juga telah diberikan contoh lembar observasi aktivitas siswa dalam belajar. Gunakan lembar observasi untuk mencermati seberapa banyak siswa anda yang aktif belajar dan seberapa bagus kualitas keaktifan mereka dalam belajar.

PAKEM, Pembelajaran Aktif (Active Learning) dalam Kaitannya dengan Belajar Aktif

Belajar aktif dapat memacu siswa agar bersemangat mengikuti pembelajaran. Salah satu pendekatan yang efektif untuk membuat siswa aktif belajar baik secara fisik maupun mental adalah pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru saat melaksanakan PAKEM seperti pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, penataan ruang dan organisasi kelas. Selain menggunakan PAKEM  guru juga dapat menggunakan model pembelajaran aktif. Model pembelajaran aktif (active learning)  adalah suatu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran aktif memiliki banyak kelebihan-kelebihan.Banyak penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran aktif (active  learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Demikian tulisan tentang  belajar aktif : ciri-ciri siswa dan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran, semoga bermanfaat.

Manfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Siswa

Wednesday, February 6, 2013

Pada artikel kali ini blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran akan mengulas tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Sumber belajar merupakan salah satu bidang kajian yang menarik dalam pelaksanaan ptk (penelitian tindakan kelas), karena itu rasanya topik ini cukup penting untuk diulas. Di sini kita akan membahas mulai dari pengertian sumber belajar, lingkungan sebagai salah satu sumber belajar, kelebihan lingkungan sebagai sumber belajar, jenis-jenis lingkungan sebagai sumber belajar, metode mengajar yang dapat digunakan saat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sampai langkah-langkah yang harus diperhatikan saat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Yuk kita simak.

Pengertian Sumber Belajar (Learning Resources)

Sumber belajar adalah sumber yang bentuknya dapat berupa data, orang, dan wujud tertentu yang bisa dipergunakan oleh siswa selama belajar , sehingga mempermudah mereka mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan pada pembelajaran itu. Beberapa sumber belajar dapat digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran secara terpisah atau secara kombinasi.

Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Dan Kelebihannya

Salah satu contoh sumber belajar yang sangat baik untuk digunakan adalah lingkungan. Ada beberapa kelebihan lingkungan yang akan didapat jika guru menggunakannya dalam kegiatan pembelajarannya, misalnya:

Lingkungan Adalah Sumber Belajar Riil, Bukan Tiruan Atau Model

Bila guru memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, ini berarti guru telah menggunakan sumber belajar riil (sesungguhnya), bukan berupa tiruan atau model. Tentu bila menggunakan sumber belajar yang riil maka kualitasnya lebih baik bila dibandingkan menggunakan model atau tiruan yang tentu memiliki keterbatasan-keterbatasan.

Pembelajaran Menjadi Lebih Menarik

Siswa akan lebih tertarik dengan sesuatu yang bersifat nyata dan asli dibanding tiruan atau model. Lingkungan sebagai sumber belajar adalah objek yang menarik untuk dipelajari. Dengan menariknya sumber belajar, maka siswa tentu akan lebih bersemangat dan termotivasi.

Lingkungan memberikan pembelajaran bermakna

Sebagai sumber belajar riil dan menarik, lingkungan akan memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran bermakna amat penting bagi mereka sehingga tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan akan dapat mereka capai dengan baik.

Mengaktifkan Belajar Siswa

Belajar dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber pembelajaran akan membuat siswa aktif. Ini dikarenakan mereka akan lebih mudah berinteraksi dengan lingkungan. Adanya interaksi dalam pembelajaran akan memberikan kontribusi yang positif pada proses pembelajaran. Siswa yang mungkin pasif selama pembelajaran reguler di kelas biasanya akan lebih terlibat dalam pembelajaran saat terjun ke lingkungan.

Memperkaya Sumber Belajar Di Kelas

Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar bagi siswa tentu saja akan menambah ragam dan memperkaya sumber belajar lain di kelas. Siswa menjadi tidak hanya duduk-duduk di kelas dan belajar seperti biasa. Banyak variasi yang dapat dilakukan guru bila menggunakan sumber belajar berupa lingkungan. Ini akan membantu siswa mengatasi kebosanan belajar di kelas.

Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap Lingkungan

Bila siswa berhasil memaknai lingkungan yang mereka pelajari, maka akan muncul dampak pengiring yang amat penting, yaitu rasa cinta terhadap lingkungan sekitar. Ambil contoh begini, ketika siswa diajak mempelajari bagaimana pola pikir masyarakat di sekiat sekolah tentang sampah dan kebersihan, maka mereka akan dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap kebersihan di lingkungan sekolah mereka sendiri atau di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri.

Jenis-Jenis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Berdasarkan asalnya, lingkungan belajar dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

Lingkungan Alam Asli

Lingkungan alam asli adalah lingkungan yang masih banyak tersentuh oleh tangan manusia. Contoh lingkungan alam asli yang dapat dijadikan sumber belajar misalnya hutan, gunung, danau, pantai, laut, sungai, dan sebagainya.

Lingkungan Alam Buatan Manusia

Lingkungan alam buatan adalah lingkungan alam yang merupakan hasil buatan manusia, seperti bendungan, waduk, museum, candi dan situs purbakala.

Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah lingkungan di mana padanya siswa dapat diajak untuk melihat aspek-aspek sosial (berhubungan dengan manusia atau masyarakat). Siswa dapat diajak ke pedesaan atau ke pinggiran kota, dsb. untuk memperoleh lingkungan sosial sebagai sumber belajar mereka.

Metode Pembelajaran Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Beberapa pertimbangan harus dilakukan guru saat menentukan metode pembelajaran untuk pemanfaatan sumber belajar dari lingkungan ini. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu metode survey, praktek lapangan (PPL dan PKL), karyawisata, berkemah, presentasi narasumber, dan pengabdian masyarakat. Berikut ulasannya:

Metode Survey

Pada metode survey, guru dapat mengajak siswa untuk melakukan survey dalam bentuk observasi, wawancara, dan mempelajari dokumen atau data untuk memperoleh informasi dan mempelajari proses-proses sosial yang ada di masyarakat, budaya, ekonomi, keagamaan, dsb.

Metode Praktek Lapangan (PKL atau PPL)

Melalui metode praktek lapangan (dapat berupa Praktek Kerja Lapangan atau Praktek Pengalaman Lapangan), siswa dapat memperoleh suatu keterampilan-keterampilan atau kecakapan-kecakapan khusus agar nantinya dapat terjun ke dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahlian atau minatnya.

Metode Karyawisata

Pembelajaran tidak melulu harus serius. Pembelajaran dengan metode karyawisata menjadikan siswa tak hanya belajar semata. Lingkungan yang mereka kunjungi sebagai sumber belajar juga dapat dinikmati sebagai wisata. Banyak sekali objek wisata yang relevan dengan pembelajaran, misalnya museum, pantai, pegunungan, bendungan, pabrik, dan sebagainya. Di tempat-tempat semacam ini siswa dapat belajar sekaligus bersantai.

Metode Berkemah

Metode berkemah sebenarnya hampir setujuan dengan karyawisata. Hanya saja metode berkemah membutuhkan waktu yang lebih lama dan mengahruskan siswa menginap di lingkungan tempat ia belajar. Metode berkemah sangat cocok untuk pembelajaran ilmu alam dan sosial. Siswa dapat mempelajari aneka ragam makhluk hidup beserta aspek-aspek lingkungan yang ada di dalamnya, atau mempelajari bagaimana suatu struktur sosial, kesenian, budaya, dan adat istiadat masyarakat atau suku-suku tertentu.

Metode Presentasi Narasumber

Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak selalu berarti siswa dan guru keluar kelas. Bisa juga lingkungan dibawa ke dalam kelas. Misalnya, kelas dapat mengundang narasumber dari lingkungan sekitar untuk memberikan presentasi di depan kelas. Siswa dapat berinteraksi dengan narasumber ini untuk mengetahui detil-detil yang mereka perlukan tentang suatu topik pembelajaran. Biasanya narasumber dapat berupa seorang yang profesional di bidang tertentu, misal dokter, bidan, pengacara, polisi, dan sebagainya. Narasumber dapat didapat dari orang tua yang kebetulan berada para profesi tersebut atau sukarelawan yang mau diajak bekerjasama untuk pembelajaran di sekolah.

Metode Pengabdian Masyarakat

Metode alternatif lain yang dapat digunakan untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar adalah metode pengabdian masyarakat. Siswa dapat diajak melakukan bakti sosial di suatu daerah tertentu. Mereka dapat mengunjungi panti asuhan, panti jompo dan berbagi bersama warga di sana. Siswa dapat pula diajak melakukan aksi bersih-bersih sampah di lingkungan sekitar sekolah atau mengunjungi suatu daerah bekas terkena bencana alam dan ikut memberikan bantuan di sana.

Langkah-Langkah Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Sebelum memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, maka guru harus mempersiapkan dan menentukan beberapa hal sehingga pemanfaatan lingkungan akan optimal dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya. Beberapa langkah-langkah di bawah ini patut diperhatikan oleh guru, yaitu sebagai berikut:

Menentukan Tujuan Pembelajaran

Belajar menggunakan sumber apapun, termasuk lingkungan harus memperhatikan tujuan pembelajaran. Jika guru memilih menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk pokok bahasan atau topik tertentu, maka ia harus menentukan tujuan pembelajaran apa yang akan dapat dicapai oleh siswa. Selain itu, dengan menentukan tujuan pembelajaran yang tepat kegiatan pembelajaran akan lebih terarah.

Menentukan Lingkungan yang akan Dijadikan Sumber Belajar

Setelah guru menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa, maka langkah selanjutnya yang penting sekali untuk diperhatikan adalah pemilihan lingkungan itu sendiri sebagai sumber belajar. Dalam tahap ini, guru mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan setiap alternatif sumber belajar. Lingkungan yang bagaimana yang sekiranya dapat membantu siswa lebih mudah mencapai kompetensi yang diharapkan, maka lingkungan itulah yang paling baik untuk dijadikan sebagai sumber belajar.

Memilih Metode Pembelajaran

Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar kadang-kadang memerlukan pemilihan metode mengajar yang tepat. Pemilihan metode mengajar tidak dapat dilakukan asal-asalan karena dapat mengakibatkan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang seharusnya dikuasai siswa tidak tercapai. Beberapa metode yang sekiranya dapat dipertimbangkan untuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar telah diuraikan pada tulisan ini sebelumnya, yaitu metode survey, karyawisata,  praktek lapangan, dan pengabdian masyarakat.

Mempersiapkan Perizinan

Mengajak siswa untuk belajar dari lingkungan seringkali harus melibatkan perizinan. Siswa yang diajak keluar kelas atau keluar lingkungan sekolah, bahkan seringkali di luar jam belajar dan melibatkan instansi lain. Perizinan akan menjamin pemanfaatan waktu yang lebih efisien karena ketika siswa telah tiba di lokasi sumber belajar akan langsung diterima oleh pihak yang berwenang di sana. Selain itu, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kecelakaan dan sebagainya, akan lebih mudah dimaklumi oleh pihak orang tua siswa/wali dan sekolah.

Mempersiapkan Teknis Pelaksanaan

Bila pemanfaatan lingkungan yang lokasinya cukup jauh dari sekolah dan menggunakan alokasi waktu di luar jam belajar sekolah, tentu teknis pelaksanaan perlu dipikirkan secara matang. Bahkan, jika menggunakan lingkungan pada lokasi yang dekat dengan sekolah dan masih dalam jam belajar sekolah, persiapan teknis tetap sangat penting. Guru perlu mempersiapkan alat-alat bantu apa saja yang mungkin diperlukan dalam pembelajaran, misalnya megaphone, transportasi dari sekolah ke lokasi, bagaimana pengaturan siswa saat tiba di lokasi dan sebagainya.

Menentukan Tindak Lanjut

Setelah siswa selesai belajar memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya, maka tindak lanjut apa yang harus dilakukan? Apakah siswa nantinya akan diminta membuat laporan perjalanan atau hasil observasi mereka. Bagaimana penilaian terhadap hasil belajar siswa diberikan, dan hal-hal lainnya perlu ditentukan sebelum pembelajaran dilaksanakan.


Pengertian Belajar dan Cara Meningkatkan Belajar

Tuesday, February 5, 2013

Blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran kali ini akan mengulas tentang pengertian belajar dan cara meningkatkan belajar pada siswa. Mari kita simak.

Pengertian Belajar

Pada tulisan ini, pengertian belajar yang akan diberikan adalah pengertian atau definisi belajar menurut kamus dan menurut para ahli pendidikan, terutama ahli psikologi pendidikan.

Pengertian Belajar Menurut Kamus

Berikut ini diberikan beberapa definisi belajar menurut kamus.

Kamus thefreedictionary.com

Pada kamus the free dictionary disebutkan bahwa pengertian belajar adalah untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau pembelajaran.

Kamus oxforddictionaries.com

Menurut kamus oxford dictionary belajar adalah memperoleh atau mendapatkan pengetahuan atau keterampilan tentang sesuatu melalui pengalaman, pembelajaran, atau pengajaran.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa belajar adalah berusaha mengetahui sesuatu atau berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan)

Pengertian Belajar Menurut Ahli Pendidikan

Berikut ini disajikan beberapa definisi belajar menurut ahli-ahli psikologi pendidikan.

Winkel W.S. (1997) dalam buku ‘Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar’

Winkel menyatakan pengertian belajar : suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Hasan (1994) dalam buku 'Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan'

belajar adalah kegiatan yang bersifat mental atau psikis dan terjadi saat ada interaksi aktif dengan lingkungan sehingga dhasilkan perubahan tingkah laku, ketrampilan dan sikap

Irwanto (1997) dalam buku ‘Psikologi Umum’

Irwanto menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Sudjana (1989) dalam buku 'Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar'

Menurut Sudjana, belajar adalah proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman.

Suryabrata, S. (1998) dalam buku ‘Psikologi Pendidikan’

Di dalam bukunya Suryabrata mengemukakan bahwa siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu belajar yang terbaik adalah dengan mengalami dan mempergunakan pancaindera.

Muhibbidin Syah (2000) menyatakan bahwa perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri yang khas yang dapat dilihat secara nyata dalam tiga bentuk: (1) perubahan intensional; (2) perubahan positif dan aktif; dan (3) perubahan efektif dan fungsional. Berikut pembahasannya masing-masing:

Perubahan Intensional

Perubahan tingkah laku dalam bentuk yang intensional bermakna bahwa proses belajar berupa pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Siswa sendiri dapat menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.

Perubahan Positif dan Aktif

Perubahan positif yang dimaksud oleh Muhibbin Syah adalah bahwa perubahan tersebut bersifat baik dan dapat bermanfaat bagi kehidupan kemudian sesuai dengan harapan karena mendapatkan sesuatu yang sifatnya baru dan tentu harus lebih baik dari keadaan sebelum ia belajar. Sedangkan perubahan bersifat aktif merujuk kepada perubahan yang terjadi karena adanya upaya oleh siswa itu sendiri.

Perubahan Efektif dan Fungsional

Perubahan hasil dari belajar dapat disebut sebagai perubahan yang efektif jika memberi dampak dan manfaat terhadap siswa yang bersangkutan. Kemudian, perubahan dapat dikatakan bersifat fungsional jika perubahan yang terjadi setelah belajar itu ada di dalam diri siswa dan bersifat relatif menetap dan bila diperlukan maka perubahan itu bisa direproduksi dan digunakan kembali.
Perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai dampak dari proses belajar dapat terjadi pada berbagai ranah, bisa kognitif, afektif, atau psikomotor. Perubahan-perubahan yang dimiliki oleh siswa ini tentu berdeda sekali dengan perubahan akibat refleks atau naluriah. Karena itu,untuk membuat perubahan yang lebih efektif sebagai hasil belajar oleh siswa, guru sebaiknya memberikan penguatan-penguatan (reinforcement) dan balikan-balikan (feedback) saat proses belajar sedang berlangsung.

Cara Meningkatkan Belajar

Nah, sudah jelas bukan tentang pengertian belajar? Mudah-mudahan untaian definisi belajar menurut beberapa kamus dan ahli psikologi pendidikan di atas dapat menambah pengetahuan anda. Berikutnya kita akan membahas tentang cara meningkatkan belajar pada diri siswa agar proses dan hasil belajar mereka efektif dan memuaskan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas belajar siswa, yaitu: (1) kesiapan fisik dan mental; (2) konsentrasi belajar; (3) minat dan motivasi belajar; (4) penggunaan berbagai strategi belajar yang sesuai; (5) belajar secara holistik; (6) berbagi; dan (7) menguji hasil belajar. Berikut paparannya:

Kesiapan Fisik dan Mental

Hal penting pertama yang harus diperhatikan sebelum siswa mulai belajar adalah kesiapan fisik dan mental (psikis) mereka. Bila siswa tidak siap belajar, maka pembelajaran akan berlangsung sia-sia atau tidak efektif. Dengan siap fisik dan mental, maka siswa akan dapat belajar secara aktif.

Tingkatkan Konsentrasi

Saat belajar berlangsung, konsentrasi menjadi faktor penentu yang amat penting bagi keberhasilannya. Apabila siswa tidak dapat berkonsentrasi dan terganggu oleh berbaagai hal di luar kaitan dengan belajar, maka proses dan hasil belajar tidak akan maksimal. Penting bagi guru untuk memberikan lingkungan belajar yang mendukung terjadinya belajar pada diri siswa.

Tingkatkan Minat dan Motivasi

Minat dan motivasi juga merupakan faktor penting dalam belajar. Tidak akan ada keberhasilan belajar diraih apabila siswa tidak memiliki minat dan motivasi. Guru dapat mengupayakan berbagai cara agar siswa menjadi berminat dan termotivasi belajar. Bila minat dan motivasi dari guru (ekstrinsik) berhasil diberikan, maka pada tahap selanjutnya peningkatan minat dan motivasi belajar menjadi lebih mudah apalagi bila siswa memiliki minat dan motivasi yang bersumber dari dalam dirinya sendiri karena kepuasan yang mereka dapatkan saat belajar atau dari hasil belajar yang mereka peroleh.

Gunakan Strategi Belajar

Guru dapat membantu siswa agar bisa dan terampil menggunakan berbagai strategi belajar yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Menggunakan berbagai strategi belajar yang cocok sangat penting agar perolehan hasil belajar menjadi maksimal. Setiap konten memiliki karakteristik dan kekhasannya sendiri-sendiri dan memerlukan strategi-strategi khusus untuk mempelajarinya.

Belajar Sesuai Gaya Belajar

Setiap individu demikian pula siswa memiliki gaya belajar dan jenis kecerdasan dominan yang berbeda-beda. Guru harus mampu memberikan situasi dan suasana belajar yang memungkinkan agar semua gaya belajar siswa terakomodasi dengan baik. Pemilihan strategi, metode, teknik dan model pembelajaran yang sesuai akan sangat berpengaruh. Gaya belajar yang terakomodasi dengan baik juga akan meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, hingga mereka dapat berkonsentrasi dengan baik dan tidak mudah terganggu (terdistraksi) oleh hal-hal lain di luar kegiatan belajar yang berlangsung.

Belajar Secara Holistik (Menyeluruh)

Mempelajari sesuatu tidak bisa sepotong-sepotong. Informasi yang dipelajari harus utuh dan menyeluruh. Perlu untuk menekankan hal ini kepada siswa, agar mereka belajar secara holistik tentang materi yang sedang mereka pelajari. Pengetahuan akan informasi secara holistik dan utuh akan membuat belajar lebih bermakna.

Berbagi: Biasakan Menjadi Tutor Bagi Siswa Lain

Siswa dapat difungsikan sebagai tutor sebaya bagi siswa lain. Ini tentu sangat baik bagi mereka sebagai bentuk lain dalam mengkomunikasikan hasil belajar atau proses belajar yang mereka lakukan. Berbagi pengetahuan yang baru atau sudah dimiliki akan menjadikan informasi atau pengetahuan itu terelaborasi dengan mantap.

Uji Hasil Belajar

Ujian atau tes hasil belajar penting karena ia dapat menjadi umpan balik kepada siswa yang bersangkutan sampai sejauh mana penguasaan mereka terhadap suatu materi belajar. Informasi tentang sejauh mana hasil belajar yang telah mereka peroleh akan menjadi umpan balik yang efektif agar mereka dapat membenahi bagian-bagian tertentu yang masih belum atau kurang dikuasai. Siswa menjadi mempunyai peta kekuatan dan kelemahan hasil belajar mereka sehingga mereka dapat memperbaiki atau memperkayanya.

Referensi:

  • Hasan, Ch. (1994). Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al- Ikhlas
  • Irwanto.  (1997). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
  • Muhibbin, Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
  • Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
  • Suryabrata, S. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada .
  • Winkel, WS (1997). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.

Langkah-Langkah Menyusun dan Contoh Instrumen Penilaian Afektif

Thursday, January 17, 2013

Tinjauan Umum tentang Penilaian Afektif

Penilaian afektif, bagi sebagian guru lebih sulit dilakukan dibanding penilaian kognitif atau penilaian psikomotor. Padahal dalam dunia pendidikan seperti halnya di sekolah, ranah afektif juga sangat perlu mendapatkan perhatian. Kenyataan selama ini di lapangan lebih menunjukkan penilaian afektif terkesan bagai “anak tiri” dibanding  penilaian kognitif maupun psikomotor. Ada juga kasus-kasus di lapangan yang menunjukkan guru telah melakukan penilaian afektif, tetapi tanpa panduan atau instrumen yang baik.

Pada tulisan kali ini, blog penelitian tindakan kelas (ptk)  dan model-model pembelajaran akan mencoba membahas mengenai penilaian afektif. Mari kita simak.

Ranah afektif sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Beberapa komponen penting ranah afektif misalnya minat dan sikap terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran. Siswa bisa memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu, bisa juga negatif, atau netral. Harapan semua guru tentunya, siswa mereka memiliki sikap dan minat positif terhadap semua mata pelajaran atau materi pelajaran. Melalui sikap yang positif ini kemudian dapat diharapkan, siswa juga akan memiliki minat yang positif. Siswa yang mempunyai sikap positif dan minat positif terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran akan mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berhasil dalam kegiatan pembelajaran.

Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penilaian Afektif

Dalam kaitan untuk mengetahui sejauh mana sikap dan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran, yang kedua termasuk bagian penting dari ranah afektif, maka guru perlu menyusun instrumen penilaian afektif. Untuk menyusun instrumen penilaian afektif, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Pemilihan ranah afektif yang ingin dinilai oleh guru, misalnya sikap dan minat terhadap suatu materi pelajaran.
  2. Penentuan indikator apa yang sekiranya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran
  3. Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran, yaitu: (1) persentase kehadiran atau ketidakhadiran di kelas; (2) aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, misalnya apakah suka bertanya, terlibat aktif dalam diskusi, aktif memperhatikan penjelasan guru, dsb.; (3) penyelesaian tugas-tugas belajar yang diberikan, seperti ketepatan waktu mengumpul PR atau tugas lainnya; (4) kerapian buku catatan dan kelengkapan bahan belajar lainnya terkait materi pelajaran tersebut.
  4. Penentuan jenis skala yang digunakan, misalnya jika menggunakan skala Likert, berarti ada 5 rentang skala, yaitu: (1) tidak berminat; (2) kurang berminat; (3) netral; (4) berminat; dan (5) sangat berminat.
  5. Penulisan draft instrumen penilaian afektif (misalnya dalam bentuk kuisioner) berdasarkan indikator dan skala yang telah ditentukan.
  6. Penelaahan dan meminta masukan teman sejawat (guru lain) mengenai draft instrumen penilaian ranah afektif yang telah dibuat.
  7. Revisi instrumen penilaian afektif berdasarkan hasil telaah dan masukan rekan sejawat, bila memang diperlukan
  8. Persiapan kuisioner untuk disebarkan kepada siswa beserta inventori laporan diri yang diberikan siswa berdasarkan hasil kuisioner (angket) tersebut.
  9. Pemberian  skor inventori kepada siswa
  10. Analisis hasil inventori minat siswa terhadap materi pelajaran

Bagaimana memberikan skor dalam penilaian afektif

Teknik penskoran untuk penilaian ranah afektif dapat dilakukan secara sederhana. Contoh, pada instrumen penilaian minat siswa terhadap suatu materi pelajaran terdapat 10 item (berarti ada 10 indikator), maka bila skala yang digunakan adalah skala Likert (1 sampai 5), berarti skor terendah yang mungkin diperoleh seorang siswa adalah 10 (dari 10 item x 1) dan skor paling  tinggiyang mungkin diperoleh siswa adalah 50 (dari 10 item x 5). Maka kita dapat menetukan median-nya, yaitu (10 + 50)/2 atau sama dengan 30. Bila kita membaginya menjadi 4 kategori, maka skor 10 -20 termasuk tidak berminat; skor 21 – 30 termasuk kurang berminat; skor 32 – 40 berminat, dan skor 41 – 50 termasuk kategori sangat berminat.

Contoh Instrumen Penilaian Afektif

Berikut ini diberikan contoh instrumen penilaian sikap siswa terhadap materi pelajaran evolusi pada mata pelajaran IPA di kelas IX
contoh instrumen penilaian afektif
Contoh Instrumen Penilaian Afektif

Artikel Lain Yang Berhubungan dengan Penilaian Afektif :

Prinsip-Prinsip Penilaian

Kata Kerja Operasional untuk Ranah Afektif

Dalam penyusunan instrumen penilaian afektif, kita harus menggunakan kata kerja operasional dalam indikatornya. Ini dilakukan (sama seperti instrumen penilaian kognitif dan psikomotor) agar indikator dapat diamati / terukur. Menurut taksonomi Bloom, ada 5 tingkatan ranah afektif yaitu: (1) A1 – menerima; (2) A2 – menanggapi; (3) A3- menilai; (4) A4 – mengelola; dan (5) A5 – menghayati. Berikut ini disajikan contoh-contoh kata kerja operasional untuk kelima tingkatan dalam ranah afektif.

A1 – Menerima

Contoh kata kerja operasional:
  • Memilih
  • Mempertanyakan
  • Mengikuti
  • Memberi
  • Mematuhi
  • Meminati
  • menganut

A2 – menanggapi

Contoh kata kerja operasional:
  • Menjawab
  • Membantu
  • Mengajukan
  • Mengkompromikan
  • Menyenangi
  • Menyambut
  • Mendukung
  • Menyetujui
  • Menampilkan
  • Melaporkan
  • Memilih
  • Memilah
  • Mengatakan
  • Menolak

A3 – menilai

Contoh kata kerja operasional:
  • Mengasumsikan
  • Meyakini
  • Melengkapi
  • Meyakinkan
  • Memperjelas
  • Memprakarsai
  • Mengimani
  • Mengundang
  • Menggabungkan
  • Memperjelas
  • Mengusulkan
  • Menyumbang

A4 – mengelola

Contoh kata kerja operasional:
  • Menganut
  • Mengubah
  • Menata
  • Mengklasifikasikan
  • Mengkombinasikan
  • Mempertahankan
  • Membangun
  • Memadukan
  • Mengelola
  • Menegosiasikan
  • Merembukkan

A4 – menghayati

Contoh kata kerja operasional:
  • Mengubah perilaku
  • Berakhlak mulia
  • Mempengaruhi
  • Mendengarkan
  • Mengkualifikasi
  • Melayani
  • Menunjukkan
  • Membuktikan
  • Memecahkan

Guru yang Mampu Menciptakan Lingkungan Belajar yang Positif

Monday, November 5, 2012

Guru yang Mampu Menciptakan Lingkungan Belajar yang Positif

Beberapa poin penting tentang guru yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif untuk mendorong keberhasilan belajar siswa:
  • Guru yang profesional selalu merencanakan pembelajaran dengan hati-hati. Mereka memahami hubungan antara perencanaan yang baik dengan lingkungan kelas yang berorientasi pada tugas dan berjalan dengan lancar. Berikut beberapa poin tentang guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif.
  • Guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang mendorong tumbuhnya interaksi sosial positif, keikutsertaan yang aktif dalam belajar (hands on dan minds on), dan motivasi diri.
  • Guru harus mampu mengembangkan sistem untuk mengawasi kelasnya sehingga siswa dan guru dapat fokus pada belajar, bukan pada mengontrol kenakalan. Disiplin dan teknik manajemen berbeda-beda dan tidak ada satupun yang paling efektif, semua memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Karena itu guru yang mumpuni mempertimbangkan hasil belajar yang diharapkan, pengetahuan tentang siswa, keadaan sosial, dan pengalaman sebelumnya dalam memilih suatu strategi manajemen.
  • Guru harus memahami prinsip manajemen kelas yang efektif dan dapat menggunakan berbagai variasi manajemen untuk meningkatkan hubungan positif, kerjasama, dan pembelajaran yang bertujuan dalam kelasnya.
  • lingkungan belajar positif
    Kelas yang Ideal?
  • Pengawasan oleh guru harus bersifat preventif (pencegahan) dan halus. Siswa mengawasi perilaku mereka masing-masing dan teman-temannya, saling memperbaiki dengan penuh hormat.

Buat Siswa Memahami Bacaan Melalui Pertanyaan Guru

Saturday, July 28, 2012

Guru dan Pertanyaan

Pertanyaan-pertanyaan guru yang dilontarkan saat siswa sedang belajar atau mempelajari sebuah teks seperti buku paket akan sangat bermanfaat buat mereka. Pertanyaan guru akan membantu mereka agar dapat lebih memahami teks tersebut. Hal ini terjadi karena, dengan diberi pertanyaan maka siswa akan:
  • Memberikan siswa tujuan/acuan dalam membaca.
  • Membuat mereka lebih fokus dan perhatian terhadap pelajaran atau materi pelajaran.
  • Memabntu siswa menjadi aktif secara mental saat mereka sedang membaca.
  • Merangsang siswa untuk selalu belajar memonitor pemahamannya sendiri terhadap bacaan yang sedang digelutinya.
  • Membantu siswa menghubungkan apa yang mereka baca dengan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya.
  • dsb.
Bacaan, Pertanyaan, Pemahaman
Bacaan, Pertanyaan, Pemahaman
Untuk mencapai tujuan-tujuan guru melontarkan pertanyaan saat siswa sedang membaca buku atau teks sebagaimana di sebut di atas, maka guru dapat melontarkan pertanyaan dengan level sederhana hingga level yang benar-benar memicu mereka untuk aktif berpikir.

Beberapa pertanyaan yang dapat dilontarkan oleh guru:

  1. Pertanyaan yang jawabannya langsung tertulis di dalam teks yang sedang dibaca. Jadi untuk menjawab pertanyaan ini, siswa hanya perlu menemukan satu atau beberapa kalimat yang dapat dikutip atau dibaca langsung dari buku atau teks yang ada ditangan mereka.
  2. Pertanyaan yang menuntut mereka untuk berpikir dan mencari. Sebenarnya jenis pertanyaan ini dibuat berdasarkan beberapa fakta yang ada di dalam bacaan. Tetapi biasanya letaknya ada beberapa tempat atau bagian teks, sehingga memerlukan kejelian siswa dalam menemukan dan saling mengubungkannya untuk membuat kalimat sendiri. Hal ini tentu menuntut sedikit pemikiran dari mereka.
  3. Pertanyaan yang meminta siswa menghubungkan apa yang telah mereka baca dengan pengetahuan mereka sebelumnya (pengetahuan awal yang telah mereka miliki). 
  4. Jadi pada prinsipnya, mereka harus terlebih dahulu memahami isi teks atau bacaan, baru kemudian menghubungkannya dengan pengetahuan awal mereka.
  5. Pertanyaan yang didasarkan pada pengetahuan awal siswa dan pengalaman mereka. Ketika siswa diberi pertanyaan demikian, maka mereka akan berusaha mencari jawaban pada teks yang sebenarnya tidak ada di sana, atau mereka tak akan dapat menjawab pertanyaan itu meskipun mereka memahami teks atau bacaan yang sedang digeluti.Untuk menjawab pertanyaan ini, siswa sebenarnya hanya perlu mengungkapkan pengalamannya dan pengetahuan yang telah mereka miliki.  
Demikian artikel tentang Cara Membuat Siswa Memahami Bacaan Melalui Pertanyaan dari blog ptk dan model pembelajaran, semoga manfaat.

(referensi: readingrocket.org)

Cara Menciptakan Suasana Positif dalam Kelas Anda

Sunday, July 22, 2012

Anda guru kelas baru yang belum terlalu bagus mengelola kelas? Atau Anda adalah seorang guru yang ingin memperbaiki suasana kelas Anda sehingga pembelajaran yang berlangsung di dalamnya menjadi lebih efektif dari sebelumnya? Berikut ini blog ptk dan model pembelajaran memberikan tiga (3) cara untuk menciptakan (dan tentu saja menjaga) suasana kelas Anda agar senantiasa positip bagi pembelajaran:

3 Cara Menciptakan Suasana Positif dalam Kelas Anda

Peduli dengan kemajuan dan keberhasilan pembelajaran siswa

Selalu yakinkan kepada siswa Anda, bahwa Anda selalu peduli dengan kemajuan dan keberhasilan pembelajaran mereka. Kebanyakan siswa membutuhkan perhatian dari guru. Kehadiran guru di dalam kelas sangat penting bagi mereka. Bila Anda seorang wali kelas yang baik, selalulah membiasakan diri untuk rutin menjenguk kondisi siswa Anda di kelas. Berikan perhatian terhadap tugas-tugas yang telah diberikan guru-guru lain kepada mereka, tanyakan bagaimana PR yang diberikan, berapa nilai yang diperoleh, atau berapa banyak dari mereka yang membutuhkan pembelajaran remedial, dsb. Bersikaplah peduli dan tunjukkan dengan tulus bahwa Anda senang jika siswa di kelas asuhan Anda sukses.
Cara Menciptakan Suasana Positif dalam Kelas Anda
Ciptakan Suasana Positif dalam Kelas Anda

Ajarkan kepada siswa Anda bagaimana berperilaku di dalam kelas

Berikan waktu khusus untuk mengajarkan kepada siswa Anda bagaimana berperilaku di dalam kelas.  Ada banyak siswa yang membutuhkan hal ini. Itu terjadi karena pada beberapa dari mereka mempunyai kehidupan yang amat berbeda, tentang bagaimana bersikap dan berperilaku yang baik, juga di dalam kelas. Seringkali beberapa siswa berasal dari keluarga amburadul yang sama sekali tak memperhatikan tata krama. Biasakan mereka untuk selalu berdisiplin. Ajari mereka manajemen waktu dan kegiatan sehingga tugas-tugas belajar yang diberikan di sekolah dapat dilaksanakan dengan baik oleh mereka.

Atasi masalah dengan ketegasan

Atasi siswa yang bermasalah di kelas Anda dengan suara dan tindakan yang tegas tetapi tetap menunjukkan rasa sayang dan peduli. Kebanyakan guru menjadi frustasi dengan perilaku tak pas atau kenakalan siswa mereka. Semakin frustasi Anda menghadapi tingkah polah mereka, semakin tertutup pemikiran kreatif Anda untuk menyelesaikan masalah yang timbul. Jika ada siswa Anda yang menimbulkan masalah atau melakukan kenakalan, maka tegur ia dengan suara yang tegas dan tunjukkan wibawa Anda. Katakan padanya bahwa guru juga manusia, sehingga apabila perilaku dan tingkah polah mereka mengganggu dan tidak cocok dengan pembelajaran dan tata tertib sekolah,maka guru juga bisa marah atau jengkel. Nasihati mereka baik-baik. Tunjukkan rasa sayang Anda kepada mereka, dan beri kesan bahwa jauh di lubuk hati Anda, Anda selalu membela mereka, seberapun besar kesalahan mereka.


Terimakasih telah membaca artikel: Cara Menciptakan Suasana Positif Dalam Kelas Anda. Semoga bermanfaat.

Pendekatan Top-Down dalam Pembelajaran

Tuesday, February 21, 2012

Teori konstruktivis yang menekankan bahwa siswa siswa harus membangun sendiri pengetahuannya menggunakan pendekatan top-down dalam pembelajaran. Istilah top-down mengacu pada, siswa memulai pembelajaran dengan menghadapi masalah-masalah rumit dan nyata dalam kehidupan sehari-hari, sebelum mereka diberikan tugas untuk mengembangkan kemampuan dasar mereka terkait mata pelajaran yang sedang dipelajari.

Sebuah contoh, pada pembelajaran dengan pendekatan top-down, siswa mungkin terlebih dahulu belajar untuk menemukan berapa uang yang diperlukan untuk membeli 2 buah pensil yang harganya Rp. 2.500,-. Mereka diberi persoalan yang terkait kehidupan sehari-hari yang sebenarnya lebih komplek dan rumit bila dibanding konsep dasar perkalian pada mata pelajaran matematika. Nah, setelah siswa dapat menemukan uang yang dibutuhkan untuk membeli dua pensil yang harganya Rp. 2.500,- adalah sebesar Rp. 5.000,- barulah mereka diajak untuk menemukan konsep perkalian dengan bilangan yang lebih sederhana, misalnya 2 x 15, dll. Pada pendekatan top-down yang berkaitan dengan implikasi teori konstruktivis ini, sering pula persoalan komplek dimunculkan oleh siswa sendiri, bukannya dari guru, ketika mereka menemukan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh lain misalnya, pada pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa dapat diberi tugas mengarang. Kita ketahui tugas mengarang adalah sebuah tugas yang amat komplek dan rumit. Nah, setelah mereka berhasil membuat sebuah karangan, barulah guru mengajarkan akan tentang ejaan, tanda baca, atau tata bahasa. Jadi permasalahan pembelajaran dimunculkan dari tugas otentik, bukan dibuat-buat oleh guru Bahasa Indonesia. Guru tidak langsung mengajarkan ejaan dengan langsung membahas ejaan lalu menerapkannya dalam tugas mengarang, tetapi urutan langkahnya adalah sebaliknya.

Pada pembelajaran tradisional, pembelajaran justru lebih sering dilakukan secara bottom-up, artinya siswa diberikan tugas sederhana, lalu dilanjutkan secara bertahap kepada tugas-tugas yang lebih sulit dan komplek. Kelebihan pendekatan top-down adalah, pada pembelajaran itu, siswa diajak berpikir bagaimana cara memecahkan suatu masalah atau tugas dengan lebih aktif.
 

Most Reading