Pages

Showing posts with label Bahasa Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Bahasa Indonesia. Show all posts

Naskah Drama 5 Pemain (Bagian II)

Thursday, February 13, 2014

Berikut ini adalah contoh naskah drama 5 pemain lanjutan dari bagian I dipostingan sebelumnya. Selamat menyimak.

AHMAD  
Aku tidak sudi memandang muka seorang pembunuh.

MARJOSO (tersentak sejurus)
Angkat mukamu, pengecut.

AHMAD (mengangkat mukanya perlahan-lahan)
Aku telah mengangkat mukaku, Marjoso. Aku telah mengangkat mukaku, seperti dulu, tatkala
kudengar serentetan tembakan. Dan kemudian rubuhlah ibuku .... mati. Aku telah mengangkat
mukaku. Marjoso.

MARJOSO (setelah berfikir)
Dengarkan aku, bicara! Pandanglah aku untuk penghabisan kalinya. Kenangkanlah kembali kawan-kawanmu. Kenangkanlah tatkala mereka dengan sepenuh tenaganya mengangkat tangan dan menyeruMERDEKA.....MERDEKA!    kemudian mereka tak kuasa lagi mengepalkan tinjunya. Mereka roboh berlumur darah. Kenangkanlah, betapa api telah memusnahkan mereka.

(UCAPAN INI MEMPENGARUHI AHMAD, SEHINGGA IA DUDUK TERMENUNG)

AHMAD  
Aku kenangkan itu. Aku menangkan ...... Mereka menang lalu mati. Dan aku ..... Ohhh, kemudian .... Letupan yang dasyat a ... aku terlempar. Aku lihat ayah .... Terbungkuk-bungkuk dan lari bersama Zulaecha. Aku menyeru mereka ... tapi tak terdengar. Aku hanya mendengar suaraku sendiri. Aku juga mendengar suara ayahku. Syahid, ya anakku” kemudian fajar yang memerah, yang kian terang. Aku lihat ..... Oh, siapa yang akan menuntut balas kematiannya? Siapa?

(menggigil, tangannya gemetar)

Marjoso! .....

MARJOSO (memanggil seorang prajurit)
Sersan!

(seorang prajurit menghadap)

Bawa tawanan itu ke dalam.

AHMAD (tergagap-gagap)
Marjoso. Engkaulah .... Engkaulah.....

AHMAD TAK DAPAT MELANJUTKAN PERKATAANNYA PRAJURIT ITU TELAH MEMBAWANYA. MARJOSO TERTEGUN, SUARA NYANYIAN TERDENGAR MAKIN KERAS, KEMUDIAN TERDENGAR KETUKAN PINTU

MARJOSO  
Masuk! .....

(H. Jamil masuk)

Pak Kyai ....

HAJI JAMIL  
Terlalu terhormat kalau dia di tembak. Seharusnya dia digantung.

MARJOSO  
Silakan bapak duduk. Saya ingin mendengarkan pertimbangan-pertimbangan bapak.

HAJI JAMIL  
Pertimbangan apa? Ragukah kau menggantung dia?

MARJOSO  
Bukan begitu, bapak. Ahmad sudah terang bersalah. Dan dia harus menerima hukumannya.
Namun, pada saat-saat terakhir, karena bapak adalah ayahnya, saya juga perlu mendatangkan
bapak kemari.

HAJI JAMIL  
Dia bukan anakku. Haji Jamil tidak mempunyai anak pengkhianat.

MARJOSO  
Harap diingat, Pak. Malam ini adalah malam terakhir bagi Ahmad. Tentulah bapak sependapat
dengan saya, bahwa saat-saat yang paling penting dalam kehidupan manusia adalah saat manusia
menghadapi mautnya. Saat-saat itu memerlukan  persiapan dan bimbingan. Pada saat-saat terakhir, saya ingin dia mati sebagai putra bapak, sebagai murid Pak Kyai. Saya ingin dia mati bukan sebagai anjing.

HAJI JAMIL  
Kutukan apa yang ditimpakan kepadaku ini? Oh anakku?

MARJOSO  
Pak Kyai!

HAJI JAMIL  
Aku telah besarkan anak itu. Aku turunkan ilmuku, karena dialah yang kuharapkan segala-galanya. Tetapi, mengapa dia tidak mengerti perjuangan bangsanya sendiri? Aku sungguh tidak mengerti. Balasan apa yang harus kuterima ini, Marjoso?

MARJOSO  
Pak Kyai tidak boleh menyesali diri hanya lantaran dia. Beratus-ratus murid bapak, bahkan beribu-ribu yang senantiasa menyebut-nyebut nama Kyai dengan hormat dan khidmat. Beribu murid yang akan mewarisi cita-cita bapak, dan meneruskan cita-cita itu. Marilah kita tidak bicarakan hal itu. Kini kita membicarakan seorang putra, yang walau  betapa sesat pun, dia masih seorang putra.

HAJI JAMIL (getir)
Bagaimana harus kujawab, kalau seandainya pada hari pengadilan tertinggi yang Maha Kuasa
bertanya padaku tentang tanggung jawabku. Mengapa anakmu menjadi musuh bangsaku, Haji
Jamil? Bagaimana kau mendidiknya?

MARJOSO  
Demi sesungguhnya ,Pak Kyai, bagaimana kita harus melawan suratan Tuhan? Adalah takdir
semata kalau Ahmad berbeda dengan ayahnya.

HAJI JAMIL (tersentak agak gusar)
Takdir semata? Apa yang kau ketahui tentang takdir, Marjoso? Tuhan memberikan kebaikan-kebaikan kepada kita, Tuhan memberikan kekuatan-kekuatan kepada kita. Tuhan memberikan kekuatan-kekuatan untuk melawan keburukan-keburukan pada kita. Tuhan  memberikan alat-alat yang kita perlukan untuk  memenuhi panggilannya sebagai makhluk  semulianya makhluk. Tuhan tidak menakdirkan  Ahmad sebagaia musuh bangsanya. Dia sendiri yang berbuat begitu. Dia sendiri yang menentukan harus mati sebagai dia. Tuhan memberinya akal, mengapa tidak dipergunakan akalnya untuk menginsyafinya, bahwa perbuatan yang sehina-hinanya di permukaan bumi ini adalah  mengkhianati bangsanya sendiri.

MARJOSO  
Terima kasih, Pak Kyai.

HAJI JAMIL  
Anak itu harus mempertanggungjawabkan seluruh dosanya.

MARJOSO  
Saya ingin mempertemukan dia dengan ayahnya. Mungkin ini adalah pertemuan kyai yang
penghabisan, dalam keadaan dia masih mungkin dibimbing ke jalan yang diridhoi Allah, walaupun  beberapa saat sebelum ia harus mati. Sukakah Pak Kyai memenuhi permintaan saya ini?

HAJI JAMIL (terdiam sejurus)
Dapatkah aku penuhi  permintaanmu itu, Marjoso?

MARJOSO  
Mengapa tidak, Pak Kyai?

HAJI JAMIL  
Dapatkah aku berhadapan dengan anjing yang harus kupangil anakku?

MARJOSO  
Pak Kyai ........... mengapa tidak?

HAJI JAMIL  
Tidak, ......tidak! .........Gantung saja dia! Tak perlu aku melihat mukanya lagi.

MARJOSO  
Benar-benar relakah Pak Kyai?

HAJI JAMIL  
Aa..., aku rela!

MARJOSO 
Namun, dialah putra yang pernah Pak Kyai harapkan, dialah putra yang pernah Pak Kyai
bisikkan dalam telinganya kalimat azan tatkala ia lahir. Masih ada beberapa saat lagi di mana bapak mungkin bisa mengharapkan sesuatu darinya, penyesalan umpamanya, atau taubat nasukha.

HAJI JAMIL    
Tidak! Tidak ada gunanya sedikitpun mengharap dalam nama Allah.

MARJOSO  
Tidak inginkah Pak Kyai agar Ahmad mati dengan menyebut nama Allah?

HAJI JAMIL  
Tidak!

MARJOSO  
Tidak, Pak Kyai?

HAJI JAMIL(setengah mengharap)
Oh, Marjoso ............. Aku telah berharap-harap dan harapanku dihancurkan, dimusnahkannya ..................

MARJOSO  
Pak Kyai, aku mohon sudi kiranya ......

HAJI JAMIL (cepat menyahut)
Tak perlu, Marjoso, tak perlu aku lihat mukanya lagi.

MARJOSO  (berfikir sejurus)
Baiklah Pak Kyai, saya sudah menawarkan kesempatan.

(memanggil    seorang  prajurit)

Sersan!

(seorang prajurit menghadap)

Sudah siap regu tembak?

SERSAN  
Siap, Pak!

HAJI JAMIL (bingung dan gugup)
Nanti dulu, dia akan  ditembak sekarang?

MARJOSO  
Saya menundanya hanya untuk memberikan kesempatan pada Pak Kyai.

HAJI JAMIL  (mengeluh)
Oh, Tuhan, mengapa kau timpakan bencana ini kepada hamba-Mu? Hamba-Mu yang
tak sekejappun melupakan engkau!

MARJOSO  
Pak Kyai!

HAJI JAMIL  
Mengapa justru di akhir hayatku Engkau panggil semua yang kucintai.

MARJOSO  
Tawakallah Kyai!

HAJI JAMIL (menenangkan dirinya)
Asstaghfirullah! ........... Ampunilah aku lantaran menyesali engkau

KEPADA MARJOSO

MARJOSO  (memerintah Sersan)
Sersan! Bawa Ahmad  menghadap!

SERSAN  
Siap, Pak!

BERANGKAT

MARJOSO  
Tenangkanlah jiwa Pak Kyai.

HAJI JAMIL 
Aku telah kehilangan segala-galanya.

MARJOSO  
Kecuali iman, Pak Kyai

HAJI JAMIL  
Yaaaach, kecuali iman.

KURIR (masuk)
Seorang anak wanita bernama Zulaecha minta menghadap, Letnan!

MARJOSO  (memandang Kyai seolah meminta pertimbangan)
Zulaecha Pak Kyai.

SEBELUM KURIR KELUAR, ZULAECHA SUDAH MEUNCUL DI PINTU

HAJI JAMIL  
Mengapa kau ikut kemari?

ZULAECHA  
Aku ingin melihat abangku.

HAJI JAMIL  
Mengapa kau pedulikan dia?

ZULAECHA  
Dia abangku, ayah, tidak bolehkah aku melihat abangku?  

MARJOSO  
Tentu saja engkau boleh menemuinya.

HAJI JAMIL  
Tidak!

ZULAECHA  
Mengapa aku tidak boleh menemuinya ayah?

HAJI JAMIL  
Anjing geladak itu segera mampus!

ZULAECHA  
Ayah! ..... Ayah mengatakan anakmu Bang Ahmad anjing geladak?

HAJI JAMIL  
Itu lebih baik daripada nama pengkhianat nusa dan bangsa.

ZULAECHA  
Tapi dia anakmu, ayah.

HAJI JAMIL  
Zulaecha. Engkau mencoba mempengaruhi peradilan ini dengan emnghbungkan darah?

MARJOSO  
Kholifah Umar membunuh anaknya sendiri yang  durhaka (menginsyafkan Zulaecha)

ZULAECHA  
Ayah, aku anakmu ........... Dia anakmu. Dia satu-satunya saudaraku. Satu-satunya .............!

HAJI JAMIL  
Cukup! Pulang kau! Aku rela dia dibunuh. Aku rela dia dilenyapkan. Karena dengan lenyapnya dia, lenyap pula satu di antara beratus-ratus penghalang untuk kemenangan republik.

MARJOSO  
Terima kasih, Pak Kyai, izinkan saya menemuinya dahulu.

KELUAR

ZULAECHA 
Ayah, kalaupun dia mati, kepada siapa aku berlindung? Kepada siapa aku harus
menumpangkan diri, kalau ............ kalau takdir Tuhan menghendaki Ayah kembali kepadanya.

HAJI JAMIL    
Zulaecha!

ZULAECHA  
Kepada siapa, Ayah?

HAJI JAMIL  
Kepada Yang Maha Pelindung, Allah SWT.

ZULAECHA  
Kalau pada suatu saat aku minta pertolongan, ayah?

HAJI JAMIL  
Kepada Yang Maha Kuasa!

ZULAECHA  
Hanya itu, Ayah?

HAJI JAMIL  
Kepada-Nya-lah aku serahkan engkau. Bukan saja nanti, tapi sekarang juga! Sekarangpun aku
senantiasa memohon perlindungan Tuhan bagimu.

ZULAECHA (terdiam sejurus)
Ayah, kalau seorang datang kepadamu menyatakan taubatnya dan memintakan
perlindunganmu ........ apa yang akan ayah perbuat?

HAJI JAMIL 
Aku doakan agar ia diterima taubatnya oleh Allah SWT. Aku tidak punya hak untuk melindungi orang yang telah banyak dosa.

ZULAECHA  
Ayah, nabipun tak pernah membunuh orang yang telah mencoba akan membunuhnya.

HAJI JAMIL  
Aku bukan nabi!

ZULAECHA  
Tapi kita wajib mengikuti sunnah nabi! Bukankah begitu, Ayah?

HAJI JAMIL  
Anakku, kau mengajari ayahmu, Nak? Tahukah engkau, siapa abangmu itu? Dosa apa yang telah
diperbuatnya?

ZULAECHA  
Aku tahu, Yah!

HAJI JAMIL  
Mengapa kau membelanya?

ZULAECHA  
Karena dia abangku. Tanpa dia aku akan sendirian.

HAJI JAMIL  
Kita hidup bersama amal kita, anakku. Kita hidup bersama budi kita. Beramallah, berbudiluhurlah, berbuatbaiklah. Dan engkau tidak akan kehabisan saudara. Kau akan merasakan bahwa sesungguhnya kemanusiaan adalah satu keluarga. Kemanusiaan  adalah satu darah, satu urat, satu cita-cita.

ZULAECHA  
Ayah, ............... Berilah Bang Ahmad kesempatan untuk menebus dosanya, dengan amal saleh.

HAJI JAMIL  
Kesempatan itu telah disia-siakan. Bukan aku yang harus memberi kesempatan seperti itu kepadanya. Tetapi, apakah perjuangan yang meminta korban harta dan jiwa ini, relaa memberi kesempatan bagi hidup seorang serti dia?

ZULAECHA (mengeluh)
Oh, ayah, setiap kita pernah bersalah, mengapa tak ada ampun bagi dia?

HAJI JAMIL  (cemas)
Tapi, tidak setiap kita telah membakar pesantrennya sendiri, Zulaecha!

ZULAECHA (memandang tajam ayahnya)
Tidak! Dia tidak membakarnya.......... oh, ayah, aku tahu apa yang diperbuatnya, (mendesak) dia tidak membakarnya .... aku tahu benar, dia tidak membakarnya .... aku tahu benar, mengertilah, Ayah!

HAJI JAMIL  
Tapi dia telah menunjukkan tempat persembunyian prajurit gerilya itu! Dia yang menjadi penyebab kehancuran ini.

ZULAECHA  
Mungkin dia tidak rela, sebuah pesantren dijadikan tempat persembunyian prajurit gerilya.

HAJI JAMIL  
Tidak rela? Pikiran apa itu? Tidakkah ia tahu bahwa di dalam pesantren itu aku mengajarkan
murid-muridku, dan apa yang kuajarkan kepada mereka? Aku ajarkan kecintaan kepada agama,
kecintaan kepada tanah air, dan kecintaan kepada bangsa. Tidakkah ia tahu, di dalam pesantren itulah aku menyiapkan pemuda-pemuda yang jiwanya ditempa kepercayaan tauhid, yang mewajibkan kita bertahan, bersatu, dan bila diserang wajib kita balas serangan itu, oleh karena Islam tidak rela dijajah siapapun.

ZULAECHA  (terdiam sejurus)
Ayah, masih ingatkah ayah tatkala ibu tewas, tubuh itu hancur oleh peluru.

HAJI JAMIL  
Itu bukan salah siapa-siapa. Kematian ibumu, salahnya ibumu sendiri.

ZULAECHA  
Tapi, siapakah yang menewaskan ibu, ayah? Siapakah yang menembaknya, ayah?

HAJI JAMIL  
Sudah kuperingatkan supaya ibumu jangan lari, tatkala kita terkepung musuh, sebab hal itu bisa
menunjukkan tempat persembunyian prajurit kita.

ZULAECHA   (mendesak terus)
Tapi, siapa yang menembak? Aku ingin jawaban ayah. Siapa yang menembak?

HAJI JAMIL  
Ibumu tidak dapat menguasai ketenangan jiwanya dan lari.

ZULAECHA  
Dan kemudian serentetan tembakan, dan ibu jatuh, rubuh tak bangun-bangun lagi. (nada keras) Peluru siapakah yang merubuhkannya? Peluru siapa?

HAJI JAMIL (tegang menahan perasaan)
Peluru Marjoso!

* Bersambung *


Kembali ke: Naskah Drama 5 Pemain (Bagian I) Lanjut ke:  Naskah Drama 5 Pemain (Bagian III)

Naskah Drama 5 Pemain (Bagian III)

Berikut ini adalah bagian III dari Naskah Drama 5 PemainSilahkan dipelajari untuk menambah wawasan kita mengenai naskah drama, selain itu perlu diingat bahwa drama yang ini merupakan drama 5 pemain sambungan dari bagian sebelumnya.


Download


ZULAECHA  
Ya. Peluru dari murid yang paling ayah kasihi, lebih dari mengasihi anaknya sendiri.

HAJI JAMIL  
Tapi itu adalah hak Marjoso untuk berbuat begitu, apa artinya satu jiwa bagi beribu-ribu jiwa yang dalam tanggungannya.

ZULAECHA  
Namun dia adalah penyebab kematian ibu. Orang itu masih ayah lindungi juga, ayah beri tempat
persembunyian di pesantren. Dapatkah abang disalahkan, kalau sejak saat itu dia mendendam?
Karena dendam itulah dia menunjukkan tempat persembunyian Marjoso, tapi pesantren itu
terbakar semuanya. Belandalah yang membakarnya, bukan Ahmad. Dapatkah Bang  Ahmad disalahkan? Karena dendam sudah menutupi seluruh kesadarannya. Sadarlah, ayah!

HAJI JAMIL  (mengeluh)
Begitu banyak korban telah jatuh ......

ZULAECHA  
Tapi apakah ia sengaja memusuhi perjuangan, atau hanya memburu musuh pribadinya karena dia
butuhkan, dan dia butakan dendam, ia hanya akan melepaskan sebutir peluru pada dada pembunuh ibunya, tapi malang, Bang Ahmad tertangkap, dan kini dia harus mati sebelum tuntutannya terpenuhi. Salahkah dia kalau begitu mencintai ibunya?

(menyerang terus)

Ayah, mintalah kebebasan baginya. Marjoso adalah murid ayah. Pergunakan  pengaruh ayah untuk kebebasan anakmu Ahmad. Dia tidak bersalah, satu-satunya kesalahan dia adalah terlalu cinta kepada ibunya.

HAJI JAMIL (komat-kamit sendiri)
Dapatkah ..... Dapatkah aku berbuat begitu?

ZULAECHA  
Ayah harus berbuat begitu.

HAJI JAMIL  (marah)
Mengapa aku harus berbuat begitu, Zulaecha?

ZULAECHA  
Karena dia adalah anakmu.

HAJI JAMIL  
Hanya karena dia anakku?

ZULAECHA  
Karena dia kini menderita, Ayah!

HAJI JAMIL  
Bagaimana dengan korban-korban yang telah tewas lantaran dia? Bisakah mereka mengijinkan saya?

ZULAECHA  
Ini semata-mata korban, Ayah.

HAJI JAMIL  
Kita semua adalah korban. Korban dari keserakahan suatu bangsa yang ingin menjajah dan
mengisap. Justru itu kita berjuang, menghancurkan mereka, kita berjuang agar bumi kita yang
kaya-raya ini tidak menjadi tempat berlaganya  serigala-serigala lapar yang menamakan dirinya
manusia. Zulaecha, mengapa kau bicara tentang  korban?

(Zulaecha akan bicara tetapi Haji Jamil segera menggerakkan tangannya)

Jangan sela aku dulu!

ZULAECHA (mulai berbisik)
Namun Ayah, .............. Ayah…  

HAJI JAMIL  (mengangkat suaranya)
Jangan kau perlemah hatiku. Tidak! Aku serahkan anak laki-lakiku satu-satunya untuk revolusi, atau sebagai pahlawan, atau sebagai pengkhianat, namun........aku serahkan dia.

MARJOSO (masuk dengan tenang)
Yah, dia boleh mati sebagai pengkhianat atau panglawan, sebab revolusi hanya mengenal dua ini, pahlawan revolusi atau pengkhianat revolusi. Zulaecha! Engkau tidak boleh membawa persoalan kematian ibumu, dalam persoalan abangmu. Revolusi tidak mengenal arti korban perseorangan, revolusi tidak mengenal siapa bapak, ibu atau anak. Revolusi hanya mengenal pengkhianat revolusi atau pahlawan revolusi.

ZULAECHA (tak terkendalikan lagi, marahnya memuncak)
Kau pembunuh! Pembunuh! Engkau membunuh  ibuku! Dan kini kau akan membunuh abangku, dua orang yang paling kucintai. Tapi tunggu, Marjoso! Ibu masih mempunyai anak satu orang lagi.

HAJI JAMIL (mengatasi anaknya)
Zulaecha, engkau akan  menjadi pengkhianat seperti abangmu?

ZULAECHA (tersedu-sedu)
Aku tak rela, Ayah ........Aku tak rela.

HAJI JAMIL  (menenangkan
 ............. Diamlah, Anakku, ........ Diamlah.

MARJOSO (penuh perasaan)
Apalah artinya korban satu atau dua jiwa yang kita cintai untuk perjuangan suci ini?

HAJI JAMIL  
Marjoso, maafkan adikmu, Nak!

ZULAECHA (bangkit dari isakannya dan mengancam)
Tidak! Aku tidak perlu meminta ampun kepada pembunuh.

MARJOSO (memandang jauh ke depan)
Zulaecha, perlukah aku bangga-banggakan korban-korban untuk tanah air ini? Perlukah aku katakan bahwa tak lebih dari satu bulan yang lalu aku juga mengalami kesedihan yang dalam, kedua orang tuaku dua-duanya ditangkap Belanda, dan meninggal dalam penjara.

HAJI JAMIL
Marjoso! Benar, Nak?

MARJOSO (tak bergerak)
Zulaecha, kalau engkau menuntut kematian ibumu lantaran perbuatanku,
sesungguhnya telah aku penuhi permintaan itu. Aku berikan arwah ibuku untuk arwah ibumu,
karena abangmu jua yang menyebabkan kematian mereka, dia yang telah menyebabkan aku menjadi sebatang kara, tetapi perlukah aku katakan itu semua? Namun aku telah relakan  ................ kedua orang tuaku. Seperti aku telah relakan diriku untuk revolusi besar ini. Aku memohon, semoga darah mereka yang mengalir akan mempercepat datangnya fajar kemenangan yang diharap-harapkan tujug puluh juta bangsa.

HAJI JAMIL  
Jangan kau lemahkan hatimu, anakku, jangan kau lemahkan.

MARJOSO  
Kini Pak Kyai satu-satunya orang tuaku.

HAJI JAMIL  
Sejak dulu kau adalah anakku.

ZULAECHA MENAHAN ISAKNYA, MENGANGKAT KEPALA, BERDIRI AKAN BERBICARA TETAPI KATA-KATANYA TAK DAPAT KELUAR KEMUDIAN LARI MENINGGALKAN TEMPAT ITU. HAJI JAMIL TAK SEMPAT BICARA. MARJOSO MENARIK NAFAS

MARJOSO  
Kini tiba saatnya Pak Kyai, tibalah saatnya bertemu dengan Ahmad.

HAJI JAMIL (berat menjawab)
Baik, bawalah kemari.

MARJOSO  (bergerak ke mejanya dan diam sejenak, kemudian  memanggil seorang prajurit) Sersan! Bawa tawanan itu kemari.

SERSAN  (datang menghadap)
Siap, Pak!

MARJOSO 
Bawa tawanan itu kemari!

SERSAN  
Siap Pak!

KEMUDIAN PERGI

MARJOSO  
Kiranya Pak Kyai dapat memberinya nasihat terakhir semoga ia menginsyafi
kesalahan-kesalahannya.

SERSAN  MASUK MEMBAWA AHMAD MENGHADAP MARJOSO. AHMAD TERKEJUT MELIHAT AYAHNYA DI SITU, KEMUDIAN MEMBUANG MUKA

HAJI JAMIL  (menatap wajah anaknya)
Ketika pesantren itu dalam kobaran api, aku melihat jiwa merintih. Jiwa-jiwa yang igin menuntut balas, namun tak berdaya lagi. Pada saat itu aku memohon kepada Tuhan YME ...... ” Ya, Allah, bawalah dia yang telah membakar rumah ini tempat hamba-Mu mengagungkan nama-Mu, dan memenuhi panggilan-Mu, bawalah dia kepadaku agar aku bisa menyampaikan hasrat mereka yang tak kuasa lagi mengangkat tangan untuk menuntut keadilan, dan  kini Tuhan telah mengabulkan. Dia ... Dia adalah anakku sendiri, darah dagingku sendiri.

(sejurus ditatapnya anaknya)

Ahmad! Berlutut kau! Berlutut! Mintalah ampun kepada bumi tanah-airmu, tanah air yang telah kau khianati.

AHMAD (tak berperasaan)
Aku tidak mengkhianati tanah  airku.

HAJI JAMIL  
Tanganmu berlumur darah, dan darah itu adalah darah kawan-kawanmu sendiri, Ahmad.

AHMAD  
Aku tidak pernah membunh seorangpun.

MARJOSO  
Ya, memang kau tak pernah membunuh seorangpun dengan tanganmu. Tapi khianatmu!
Jiwa budakmu! .... Jiwa budakmu!

AHMAD  
Kenapa aku tidak boleh membunuh musuhku? Kenapa aku tidak boleh membunuh, membalas
dendam kematian ibuku? Apakah harganya aku sebagai anak laki-laki, kalau pembunuh ibuku
dibiarkan saja tanpa suatu pembalasan?

MARJOSO (bangkit memukul meja)
Kau tak berhak memakai alasan itu untuk mempersuci dirimu!

AHMAD (meludah benci)
Di mataku engkau tak berharga sedikitpun, Marjoso.

HAJI JAMIL  
Ahmad!

AHMAD  
Ayah akan membela dia?

HAJI JAMIL  
Ya. Ayah akan membela dia, lantaran dia benar.

MARJOSO  
Engkau selalau membawa soal ibumu, baik, Ahmad! Siapa yang telah menunjukkan tempat
persembunyian kedua orang tuaku? Siapa yang telah menyuruh mereka untuk menjebakku? Jawab! Siapa?

AHMAD (tegas)
Aku!

HAJI JAMIL  
Oh, Ahmad, di mana lagi hatimu?

MARJOSO  
Tapi kau tak berhasil menjebak aku, namun kedua orang tuaku ditangkap dan mereka tak ada lagi kini. Mereka mangkat akibat siksaan-siksaan yang keji.

AHMAD (gemetar)
Tidak! ............... Tidak! ..............

MARJOSO  
Mengapa tidak? Mereka adalah korbanmu. Sekarang apa maumu? Kau memburu aku? Korban
berjatuhan karena dendammu, kini kau berhadapan dengan aku (mengambil pistol dari meja) Ini ada sepucuk pistol untuk kau pakai menghabisi musuhmu. Terimalah! (melempar pistol itu ke
hadapan Ahmad, dan Ahmad menerimanya, kemudian Marjoso mencabut pistolnya sendiri)
Marilah kita habisi dendam di antara kia.

AHMAD DIAM TERPAKU, PISTOL DI TANGAN BELUM  DIAPA-APAKAN, MARJOSO BERGERAK MENJAUH. HAJI JAMIL TERPAKU TAPI TAK SEGERA MENENGAHI KEDUANYA

HAJI JAMIL  
Jangan! Jangan kalian saling membunuh. Kalian  bersaudara, kalian adalah anakku.

MARJOSO  
Kalau aku harus mati lantaran pelurunya, Pak Kyai, aku harus ikhlas mati untuk meyakinkan dia dan orang-orang seperti dia, bahwa dalam perjuangan ini tidak harus diperhitungkan untung rugi
perseorangan. Aku ikhlas mati untuk meyakinkan semua orang, bahwa sebab yang akan
menggagalkan revolusi ini ialah, manakala orang masih tidak meleburkan dirinya sendiri ke dalam leburan yang tidak lagi mengenal siapa ayah, siapa ibu, dan siapa itu saudara.

HAJI JAMIL  
Marjoso, anakku, kau tidak boleh mengorbankan diri untuk manusia yang begini rendahnya.

MARJOSO  
Korban telah cukup banyak, Kyai. Seorang demi seorang kawan-kawan gugur lantaran soal dendam-mendendam ini. Aku merasa ikut bersalah juga Kyai

(keterangan ini meliputi ketiga orang itu. Ahmad tampak tak dapat menguasai dirinya, Marjoso mengangkat pistolnya, Haji Jamil memalingkan muka, sedih, dan putus asa dalam kecemasan)

Angkat pistolmu agar kau mati dengan tidak membawa dendam ke dlam kubur. Aku akan
menghitung sampai tiga kali, maka tembaklah aku dan aku akan menembakmu.

AHMAD TIDAK  MENJAWAB, IA MENGANGKAT PISTOLNYA TAPI JELAS TANGANNYA MULAI GEMETAR. MARJOSO MENATAPINYA DENGAN TENANG. JARAK MEREKA KIRA-KIRA EMPAT LANGKAH DIPISAHKAN OLEH MEJA, HAJI JAMIL BERDIRI DI TENGAH-TENGAHNYA

HAJI JAMIL  
Nah, mulailah nembak kalian berdua. Mulailah  menembak Ahmad, mulailah menembak Marjoso!

(kedua-duanya tak beegerak, mulai menurunkan  pistolnya. Marjoso terpaku diam, keringat mengalir di dahinya)

Kalian orang-orang yang  dikuasai dendam dan nafsu.

AHMAD (sekonyong-konyong berseru dan berlutut, menjatuhkan badannya di meja dan menangis. Air mata mulai mengumpul, Haji Jamil menghampiri dan kemudian kedua orang itu, ayah dan anak saling berpelukan dengan mesranya)
Ayah! .....

HAJI JAMIL  
Ahmad ............... oh, Ahmad ......... kau anakku! Kau anakku!

AHMAD (tak bisa menguasai dirinya)
Ayah, mengapa aku harus begini?

HAJI JAMIL  (menggeletar)
Aku serahkan engkau kepada Tuhan. Semoga Tuhan mengampuni engkau, aku ampuni
dosamu kepadaku, tetapi dosamu terhadap orang  lain pertanggungjawabkan sendiri terhadap
Tuhanmu. Engkau anakku. Matilah engkau sebagai anakku! Sebagai seorang muslim yang mengerti arti  taubat, janganlah engkau menangis karena sedih  akan berpisah dengan aku, tetapi menangislah karena telah terlalu banyak berbuat dosa!

AHMAD  (dengan penuh keraguan dan penyesalan yang  dalam)
Ayah, ....... di manakah adikku Zulaecha?

HAJI JAMIL  
Dia dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.

AHMAD  
Ayah, sampaikan salamku padanya ... agar  ia tetap menjadi patriot bangsa dan pembela tanah air
mengikuti jejak ayahnya.

MARJOSO  
Ahmad, saatmu sudah tiba!

AHMAD TERSENTAK SEKETIKA TERTEGUN MEMANDANG AYAHNYA DAN MARJOSO. DENGAN BERAT LALU MELANGKAHKAN KAKI MENUJU KELUAR DIIKUTI OLEH MARJOSO DAN  SERSAN

HAJI JAMIL (mengikuti dengan pandangan penuh arti,  kemudian beberapa saat terdengar tembakan tiga kali, pertanda tamatnya riwayat Ahmad, kemudian Haji Jamil melangkah ke tengah panggung dengan pandangan yang dalam dan jauh sekali)
.......... Tuhanku, inilah pertanda datangnya fajar kemenangan. Kemerdekaan bangsa
dan negaraku.


SELESAI

Kembali ke: 




Referensi:

Contoh Naskah Drama 7 Pemain

Setelah pada postingan sebelumnya kita membahas mengenai "Contoh Naskah Drama 5 Pemain", kali ini kita akan bersama-sama membahas mengenai naskah drama yang terdiri dari 7 pemain. Selain untuk menambah sumber referensi belajar kita, contoh yang akan kita bahas ini juga bisa menjadi salah satu kajian pendalaman tentang naskah drama.


Rekan semua bisa mempelajarinya, atau menggunakannya untuk latihan pementasan drama. Contoh naskah drama 7 pemain ini akan kita bahas dalam 3 bagian sebagai berikut:

Naskah drama 7 pemain bag 1

Berikut cuplikannya
Disuatu rumah yang megah, hiduplah dua orang kaya, bernama Adrian & Amanda . Mereka sedang berakabung atas kematian kakeknya, yang meninggal karena kecelakaan. Mereka sangat terkejut atas kematian kakeknya itu, karena kematian kakenya benar- benar tak di duga oleh mereka.

Amanda : Ka, bagaimana kita sekarang?
Adrian : Maksudmu? 
Amanda : Ka, bagaimana kita sekarang? 
Adrian : Maksudmu? 
Penasaran? langsung saja lihat naskahnya "Naskah drama 7 pemain bagian 1"

Naskah drama 7 pemain bag 2

Berikut cuplikan dari bagian 2
Ketiga orang itupun mempunyai watak yang berbeda-beda . yaitu Daniel yang pintar dan cerdas Laura seorang cewek yang pemberani, dan Chaca yang penakut dan berlebihan. Mereka adalah seorang detektif muda yang cukup berbakat. 
Mereka pun segera masuk ke rumah orang kaya itu dan kedua orang kaya itupun menyambutnya dengan baik. 
Chaca : apakah ini benar kediaman almarhum kakek Widodo ? 
Adrian : ya betul, tentu ini kediaman almarhum bapak Widodo 
Bagian 2 seluruhnya bisa rekan lihat di tautan berikut: "Naskah Drama 7 Pemain Bag 2"

Naskah drama 7 pemain bag 3

Ini dia cuplikan dari bagian 3 
Daniel : Bolehkah kami mewawancarai seluruh orang yang masih berada di rumah ini? 
Adrian : Tentu 
Setibanya diruang tamu, mereka mengintrogasi semua orang, yaitu Tuan Adrian, Nyonya Amanda, Tarjo dan Bejo. Mereka dilanda perkara yang rumit. 
Laura : Baiklah! Jawab! Dimana Anda semalam? 
Adrian : Santai sedikit nak, kemarin malam saya hanya tidur di kamar saya sendiri. 
Laura : hmm… lalu Nyonya? 
Bagian 3 yang merupakan ending dari contoh naskah drama ini dapat rekan pelajari di tautan berikut: "Naskah drama 7 pemain (ending)"


Download

Contoh Terbaru Naskah Drama 7 Orang Pemain

Selain contoh naskah drama 7 orang diatas, masih ada juga contoh-contoh dari koleksi naskah drama khusus untuk drama dengan pemain 7 orang ini. Contoh ini merupakan contoh terbaru yang ditambahkan untuk kumpulan naskah drama, jadi jangan sampai rekan pelajar melewatkan yang baru ini ya... Silahkan dilihat-lihat contoh terbaru berikut ini:

  1. Naskah Drama 7 Orang: Sundel Krowong
  2. Naskah Drama 7 Orang: Mendadak Najis
  3. Naskah Drama 7 Orang: Kawin Suntik
  4. Naskah Drama 7 Orang: Temanku Oon
  5. Naskah Drama 7 Orang: Ambilkan Bulan Donk
  6. Naskah Drama 7 Orang: Muslimah, Muslimkan Aku
  7. Naskah Drama 7 Orang: Pagar Sekolah

Lumayan melelahkan ya belajar drama, tapi asyik kan.... Cemungutlah pokoknya buat rekan semua. Oiya...kalo mau lihat contoh naskah lainnya silahkan lihat pada "Naskah Drama Terlengkap" pada posting sebelumnya ya....


Naskah Drama 7 Pemain (Bagian 1)

Berikut ini adalah bagian 1 dari contoh naskah drama yang bisa kita gunakan untuk mempelajari dan mendalami seni pementasan drama. Silahkan rekan lihat dan pelajari sendiri yaa....



Download



Judul
Misteri Kakek Widodo 


Tema
Kehidupan Sosial 



Alur Cerita
Alur Maju 

Latar Tempat
Di Rumah Afif dan Diniar 



Latar Waktu
Pagi hari, Malam hari 


Tokoh
Tuan Adrian 
Nyonya Amanda 
Chaca 
Laura 
Daniel 
Tarjo 
Bejo 

Penokohan
Tuan Adrian = jahat, serakah, licik 
Nyonya Amanda = baik, lembut, penyayang 
Chaca = penakut, bersikap berlebihan, cerewet 
Laura = pemberani, sok tau 
Daniel = pintar, serius 
Tarjo = setia, baik, misterius 
Bejo = cerewet, lebay 


MISTERI KAKEK WIDODO 

Segmen 1 

Disuatu rumah yang megah, hiduplah dua orang kaya, bernama Adrian & Amanda . Mereka sedang berakabung atas kematian kakeknya, yang meninggal karena kecelakaan. Mereka sangat terkejut atas kematian kakeknya itu, karena kematian kakenya benar- benar tak di duga oleh mereka.

Amanda : Ka, bagaimana kita sekarang?

Adrian : Maksudmu?

Amanda : Yaa..sekarang kita harus bagaimana setelah kakek meninggal?

Adrian : Yasudah..lebih baik kita doakan saja agar kakek tenang di alam sana.

Amanda : Iya..aku tau. Tapi bagaimana hidup kita setelah tidak ada kakek?

Adrian : Kan masih ada kakak disini..

Amanda : Iya sih..tapi kan kakek itu orangtua kita satu-satunya..

Adrian : Iya, kakak tau..

Amanda : Dulu, saat masih ada kakek, kakek yang selalu mengajari kita tentang banyak

hal..sekarang..kakek sudah tidak ada..bagaimana kita..huhuhu(sambil menangis)

Adrian : Kamu jangan nyerah..kita harus ikhlas menerima kalau kakek sudah dipanggil tuhan..

Amanda : Iya..kak..tapi aku masih bingung..kenapa kakek bias kecelakaan gara-gara rem mobilnya rusak..padahal kan kakek selalu mengecek mobilnya sebelum dia berangkat..kenapa ya..bisa gitu..

Adrian : (dengan wajah agak pucat) yaa..yya mungkin kakek lupa mengecek rem mobilnya..

Amanda : Itu gak mungkin ka..kakek tuh teliti sekali..

Adrian : Yaa..kakak tau, tapi mungkin memang sudah jalannya kakek harus kecelakaan gara-gara remnya rusak.

Amanda : Tapi aku masih penasaran ka..

Adrian : Yasudah, kita bicarakan besok saja..sekarang kamu tidur saja dulu.

Amanda : Yasudah..dahh..ka.

Adrian : Daaah..



Segmen 2

Amanda terus saja memikirkan tentang kecelakaan yang dialami kakeknya..Keesokan harinya Amanda masih penasaran dan kembali bertanya pada kakanya.

Amanda : Ka, bagaimana kalo kita menyelidiki tentang kematian kakek ?

Adrian : Maksudmu ?

Amanda : Ya, maksudnya aku ingin tahu kebenaran tentang kematian kakek !

Adrian : Bukankah itu sudah jelas, bahwa kematian kakek itu karena kecelakaan ?

Amanda : Iya, aku memang tau, tapi aku tetap merasa ada kejangglan dalam kematian kakek itu.

Adrian : Sudahlah, lupakan, kita harus mengikhlaskan tentang kematian kakek !

Amanda : Iya, tapi justru itu ! apabila kita tidak tau tentang kebenaran kematian kakek, kakek tidak akan tenang di atas sana !

Adrian : Jadi apa rencanamu sekarang ?

Amanda : Aku ingin tau kenapa kakek meninggal seperti itu ! bagaimna pun caranya ! Mungkin dengan menyewa detektif..?

Adrian : Detektif?

Amanda : Iya, menyewa detektif..Tapi apakah kakak punya seorang kenalan detektif?

Adrian : Tenanglah aku tau siapa yang cocok ! aku mempunyai kenalan yang mungikn bisa memecahkan kematian kakek itu !

Amanda : Tapi siapa kenalan kakak itu..

Adrian : Beberapa anak SMA.
Kakak dengar mereka berpengalaman dalam hal ini.
* Bersambung *

Nah....buat rekan yang penasaran, silahkan lanjutkan cerita dramanya di Naskah Drama 7 Pemain Bagian 2. Kalau yang ingin melihat contoh naskah drama lainnya bisa lihat di artikel sebelumnya "Naskah Drama Terlengkap"
Semoga bermanfaat ya...

Naskah Drama 7 Pemain (Bagian 2)

Jangan bingung ya kalo tiba-tiba naskah drama ini dibaca gak nyambung soalnya postingan ini adalah lanjutan dari "Naskah Drama 7 Pemain Bagian 1" yang telah diposting sebelumnya. Langsung aja deh silahkan dilihat lanjutan naskahnya dibawah ini:

Amanda : Anak SMA? Mereka kan masih anak-anak..
Adrian : Memang..tapi kamu harus lihat dulu kemampuan mereka..

Amanda : Yasudah..terserah kakak sajalah.


Segmen 3
Beberapa hari kemudian setelah Amanda meminta Adrian untuk mencari detektif, datanglah 3 orang remaja ke rumah Amanda dan Adrian. Yang bernama Daniel, Chaca dan Laura . Mereka bermasud ingin mengunkap kebenaran tentang kematian kakek kedua orang kaya itu yang sangat misterius.

Ketiga orang itupun mempunyai watak yang berbeda-beda . yaitu Daniel yang pintar dan cerdas Laura seorang cewek yang pemberani, dan Chaca yang penakut dan berlebihan. Mereka adalah seorang detektif muda yang cukup berbakat.

Mereka pun segera masuk ke rumah orang kaya itu dan kedua orang kaya itupun menyambutnya dengan baik.

Chaca : apakah ini benar kediaman almarhum kakek Widodo ?

Adrian : ya betul, tentu ini kediaman almarhum bapak Widodo

Chaca : Apakah anda yang menyuruh kami kesini, apakah ada yang bisa kami bantu ?

Amanda : saya ingin kalian mengunkapkan kebenaran tentang kematian kakek kami !

Laura : jadi anda ingin kami menyelidiki tentang semua ini ?

Adrian : ya, benar sekali !

Daniel : memangnya anda sangat kehilangan kakek anda?

Adrian : Ya, tentu kami sangat kehilangan dia.

Chaca : tapi kenapa anda ingin menyelidiki tentang kematin kakek anda ?

Amanda : karena saya merasakan ada kejangglan dengan kematian kakek

Daniel : baiklah, kami akan mencoba membantu kalian

Laura : tapi, ngomong-ngomong, Saya mendengar rumor tentang hantu kakek anda yang gentayangan. Benar kah itu?

Amanda : Bohong! Semua itu bohong! Aku tak habis pikir kalian percaya pada hantu

Chaca : maaf, maaf, teman kami ini memang percaya pada hal-hal seperti itu !

Amanda : baiklah, tapi awas klo klian beranggapan seperti itu !

Daniel : ya tentu saja tidak !

Adrian : kapan anda akan menyelidiki semua ini ?

Daniel : Kami akan memulai penyelidikan besok, kalau begitu izin juga kami untuk menginap.

Adrian : Baiklah! Tarjo siapkan kamar untuk mereka!

Tarjo : Baik tuan.

Dan merekapun akhirnya menerima permintaan untuk menyelidiki misteri ini. Dan tinggal beberapa hari di rumah itu.



Segmen 4

Malam harinya di sebuah kamar megah, chaca yang tidur bersama laura ketakutan dengan rumor dirumah tersebut. Tiba-tiba…

Chaca : Saya kebelet, mau kencing! Dimana WC nya ya?

Dan sesuatu muncul dihadapanya..

Bejo : Ada apa de?

Chaca : Wah saya kaget! Saya kira hantu!

Bejo : Hahahaha! Saya terlalu ganteng untuk disebut hantu

Chaca : Tapi bohong, Hahahaha! Pak, dimana WC nya ya?

Bejo : Oh dari sini lurus saja terus, ada pintu putih disebelah kanan.

Chaca : Thank you, pak!

Bejo : Huh thank you?

Dengan wajah aneh, bejo berjalan pelan menuju WC, dan tiba-tiba muncul lagi sesuatu.
Saat sesuatu menyentuh pundaknya dan…

Chaca : Apa lagi, Pak bejo ?

Hantu : Groaargg!!

Chaca : Haaaaaaaahhh…(teriak) ada hantu



Segmen 5

Sambil berlari Chaca pingsan sepanjang malam. Sampai pagi harinya…

Laura : Dimana Chaca? (sambil berjalan didekat pintu)

Daniel : Itu dia, sedang terkujur disana!

Mereka menghampiri chaca, mereka menyadarkanya, dan..

Chaca : Saya kemarin malam melihat hantu!

Laura : benarkah? Oh bagus!

Daniel : Bagus..? Seperti apa rupanya?

Chaca : sangat tinggi

Kemudian datanglah Adrian dan Amanda

Amanda : Ada apa ini?

Daniel : chaca melihat hantu semalam katanya

Adrian : Apakah kau tidak apa-apa nak?

Chaca : Saya takut pak, saya mau pulang!

Adrian : sudah ku bilang ini percuma!

Laura : Maaf tuan kami belum menyerah!

Adrian : Terserah!


* BERSAMBUNG *


Buat yang belum lihat bagian 1-nya, silahkan lihat melalui tautan berikut ya "Naskah Drama 7 Pemain Bagian 1". Ga lucu kan kalo tiba-tiba baca cerita dari tengahnya aja, hee e e ..

Contoh Khutbah Jumat Lengkap

Khutbah Jumat merupakan bagian yang sangat penting dalam ibadah sholat jumat yang dilakukan oleh kaum muslim. Dalam khutbah jumat kita akan mendapatkan nasehat-nasehat yang baik serta ilmu-ilmu agama yang bisa kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai macam tema khutbah dapat kita gunakan untuk khutbah jumat ini baik itu tema agama maupun tema kehidupan sosial budaya yang dilihat dari sisi agama. Pembahasan terpisah mengenai tema khubah jumat di Kumpulan Tema Khutbah Jumat.


Lihat Materi 

Dalam menyampaikan khutbah jumat ini harus sesuai dengan tata cara pelaksanaan yang telah ditentukan dengan bagian-bagian khutbah tertentu yang harus ada. Namun kali ini kita tidak akan membahas susunan atau aturan bagaimana khutbah jumat tersebut, yang akan kita bahas kali ini adalah beberapa contoh khutbah jumat lengkap yang sengaja disusun sebagai referensi bagi kita yang akan mempelajarinya. Dari contoh-contoh khutbah jumat yang akan disusun dibawah ini diharapkan dapat memberikan sumber pengetahuan bagi kita semua.

Sebagaimana kita ketahui khutbah jumat terdiri dari dua bagian yaitu khutbah pertama dan khutbah kedua. Kedua bagian tersebut juga mempunyai rukun khutbah jumat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya, sebagai contoh khutbah jumat itu wajib dimulai dengan hamdalah. Yaitu lafaz yang memuji Allah SWT. Penjelasan lebih lanjut mengenai rukun khutbah jumat bisa kita lihat di Rukun Khutbah Jumat.

Setelah membaca beberapa penjelasan diatas sekarang kita sedikit ada gambaran bagaimana seharusnya khutbah jumat itu disusun, untuk lebih jelasnya kita bisa melihat contoh-contoh khutbah jumat seperti berikut ini:
  1. Sebab-sebab lapangnya hati
  2. Nikmat dan azab kubur
  3. Ahlak islami
  4. Persiapan Menyambut Ramadhan
  5. Meraih Kemenangan Dengan Ketaatan (Khutbah Idul Fitri)

Lihat dan Pelajari Contoh

Selain khutbah, untuk sobat pelajar yang belajar juga mengenai materi pelajaran Agama Islam tentang kultum dapat membacanya pada artikel Contoh Kultum Terbaru. Demikianlah pembahasan kita kali ini, semoga bermanfaat bagi kita semua, amin...

 

Most Reading